[00:23]

7K 423 56
                                    

Don't forget to leave votes and comments (◠‿◕)

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

23. Di Bawah Langit Malam


Malam hari ini Azura bergelung dengan selimutnya, tangannya sedang mengutak-atik laptopnya mencari film drama yang akan ia tonton.

Malam ini ia bisa sepuasnya menonton dikarenakan besok tidak ada jadwal kelas.

Lampu kamarnya ia matikan, hanya tersisa cahaya dari lampu yang berada di atas nakas dan sebuah lilin aroma lavender yang membuat suasana malam ini semakin nyaman.

Azura duduk bersandar pada tumpukkan bantal saat sudah menemukan film yang cocok untuk ia tonton malam ini. Namun, tepat ketika adegan awal film dimulai ponselnya bergetar pelan.

Sebuah pesan masuk membuat Azura mengambil ponselnya dengan raut wajah kesalnya. Ia mengernyit saat melihat nama yang muncul di layar ponselnya.

Jayden Abraham
| Keluar, temui aku di balkon

Balkon? Untuk apa Jayden menyuruhnya untuk menemuinya malam-malam begini?

Azura mendongak menatap balkon kamarnya.  Karena penasaran, ia bangkit dari tempat tidurnya.

Berjalan perlahan menuju pintu balkon, tangannya meraih pegangan pintu lalu membukanya. Saat itu juga angin malam menerpa wajahnya dan menerbangkan beberapa anak rambutnya.

Dalam pencahayaan yang remang-remang Azura menoleh ke arah balkon kamar Jayden, ternyata pria itu sudah berdiri bersandar pada pagar besi dengan tatapan tenangnya.

Pandangan mereka saling bertemu dalam keheningan malam, Azura masih diam menunggu apa yang ingin Jayden katakan.

“Apa aku mengganggu waktumu?” tanya Jayden dengan nada rendah yang terdengar jelas di keheningan malam.

Azura terdiam sejenak, mencoba membaca maksud di balik pertanyaan itu.

Ia mengangkat bahu ringan, “Tidak, memangnya kenapa?” tanya Azura santai.

“Tidak kenapa-kenapa, aku hanya bertanya.” Jayden mengalihkan pandangannya menatap ke arah langit.

“Aku hanya merasa, langit malam ini terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Apa kau merasa begitu?” lanjut Jayden.

Azura ikut menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang, memang benar yang dikatakan Jayden barusan malam ini terasa berbeda.

“Jadi kau menyuruhku keluar hanya untuk ini?”

Jayden menghela napas gusar dan kembali memandang Azura intens. “Mungkin menurutmu perkataanku ini tidak terlalu penting untukmu–“

“Jangan cepat menyimpulkan yang tidak kau ketahui kebenarannya,” ucap Azura menyela ucapan Jayden.

Jayden tersenyum tipis saat mendengar pernyataan Azura barusan, ia melirik ke arah langit malam sebelum kembali menatap Azura.

“Apa kau ingat dengan ucapanmu kemarin yang memberiku saran untuk ikut kompetisi musik itu?”

Azura mengangguk mengingat percakapan mereka kemarin saat Jayden berada di apartemennya.

“Ya, aku ingat. Dan? Apa kau akhirnya memutuskan untuk ikut?” Azura bertanya dengan rasa penasaran.

“Iya, aku mengikuti saranmu itu. Jujur saja, itu karena dorongan darimu. Kalau kau tidak memberikan saran itu, mungkin aku masih akan ragu sampai sekarang.”

Azura tersenyum lebar mendengar itu, ia merasa senang karena takdir Jayden untuk menjadi seorang musisi masih berjalan dengan semestinya.

Namun tak lama senyuman itu luntur saat Azura teringat potongan memori saat pemakaman Jayden. Hatinya kembali sesak saat mengingat itu.

Jayden yang melihat raut tak mengenakan yang ditunjukkan Azura mencoba bertanya, “Kau kenapa?”

Azura tersadar, ia menggeleng pelan dan tersenyum tipis. “Aku tidak papa.”

“Oh iya? Kapan audisi nya dimulai?” elak Azura cepat.

Jayden kembali mengingat-ingat, “Hmmm, kalau tak salah ingat itu sekitar 3 Minggu lagi.”

“Wow, jadi apakah dalam waktu yang singkat itu kau bisa menyiapkan lagu mana yang akan kau pilih nanti?”

Jayden terdiam sejenak, “Entahlah, aku tidak yakin.”

Azura menaikkan sebelah alisnya. “Kenapa?"

Jayden menghela napas gusar, “Bukan apa-apa.”

“Apa kau besok ada kegiatan?”

Azura berpikir sejenak. Sebenarnya, ia tidak ada kegiatan apa pun besok, biasanya jika tidak ada jadwal kelas ia selalu bermalas-malasan di apartemennya seharian penuh.

“Tidak ada, kebetulan besok aku tidak ada jadwal kelas.”

“Kalau begitu datanglah ke gedung fakultas seni musik besok, dan temui aku di ruang musik jam 2 nanti.”

Belum sempat Azura membalas perkataan Jayden barusan, pria itu malah langsung pergi begitu saja meninggalkan dirinya sendirian di sana.

Lagi-lagi Jayden suka sekali berteka-teki padanya.

Azura mendengus kesal sebelum akhirnya ia membalikkan badannya berjalan masuk ke kamarnya.

Tak lupa ia menutup tirai balkonnya, ia melangkah malas menuju kasur, membanting tubuhnya di atas kasur.

Azura menoleh ke arah laptopnya yang sudah mati, mood untuk menontonnya sudah hilang entah ke mana.

Dengan malas Azura menaruh laptop miliknya di atas meja dan memilih untuk tidur saja, ia menatap langit-langit kamarnya yang gelap.

Kembali memikirkan ucapan Jayden beberapa menit yang lalu, entah mengapa ia tak sabar menanti esok. 

“Sebaiknya aku harus segera tidur agar cepat pagi.”

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

To Be Continued


Halo maaf aku baru update, jujur, nulis ini aku gak fokus banget karena kepikiran kucingku yang hilang, jadi maaf kalo part ini agak pendek atau kurang nyambung😔

Sedih banget, jadi aku gak mood untuk nulis karena kepikiran kucingku yang entah di mana😢

Mohon doanya ya teman-teman semoga kucingku cepet pulang dan aku bisa fokus lagi untuk nulis🙏

maaf author malah curhat hehe •́  ‿ ,•̀

Thread of Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang