[00:34]

1.7K 152 17
                                    

Tandai kalo ada typo

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

34. Balas Dendam

Jalan raya kala sore hari memadat, Azura terjebak macet saat hendak menuju Nebula Entertainment.

Ia melirik jam di tangannya, hari sudah semakin sore. Ia takut jika Jayden menunggunya terlalu lama.

Azura kembali menoleh ke depan saat pengendara yang lain mulai berjalan normal. Butuh waktu 15 menit untuk sampai ke Nebula Entertainment.

Setelah memarkirkan motornya, Azura melangkah masuk ke dalam gedung di depannya.

Akan tetapi sebelum itu ia malah di hadang oleh seorang satpam yang berjaga di sana.

“Tunjukan id card mu, Mbak.”

Azura mengumpat dalam hati, ia lupa akan hal itu. Pasti orang asing yang tidak berkepentingan di sini akan dilarang masuk kecuali memiliki id card yang membuat keluar masuk perusahaan dengan mudah.

Dan kemarin ia bisa masuk juga karena bersama Jayden, tapi kali ini ia masuk sendiri meskipun Jayden yang menyuruhnya. Azura menatap satpam itu tak enak.

“Maaf, Pak. Saya nggak punya id card nya, tapi saya datang kemari karena teman saya yang meminta untuk datang ke sini.”

Satpam itu menggeleng tegas, “Maaf, Mbak. Anda tetap tidak diizinkan masuk jika tidak memiliki id card.”

“Tapi Pak, saya nggak bohong. Teman saya yang menyuruh saya kemari,” ucap Azura memohon.

“Enggak bisa, Mbak. Tolong ikutin peraturan yang ada. Di sini orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.”

“Pak–“

“Ada ribut-ribut apa ini?” ucap seseorang memotong perkataan Azura.

Sontak keduanya menoleh, di sana ada Eliza yang baru saja datang keluar dari gedung. Gadis yang memakai dress selutut itu berjalan dengan tatapan tajamnya. Sontak satpam itu menunduk hormat.

“Maaf, Nona. Perempuan ini memaksa ingin masuk ke dalam padahal dia tidak punya id card nya,” ujar sang satpam sembari menunjuk Azura.

“Dia juga bilang, dia datang ke sini karena di suruh temannya,” lanjutnya.

Eliza menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ia tersenyum remeh.

“Bagus, Pak. Jangan biarkan orang yang tidak berkepentingan ini masuk ke dalam. Bisa saja dia penguntit artis-artis di sini yang berpura-pura jika temannya yang menyuruhnya kemari."

Azura yang tak terima di tuduh sebagai penguntit pun merasa marah.

“Apa maksudmu mengataiku sebagai penguntit?” geramnya.

“Memang benar, kan? Apa lagi memangnya? Kau bukan orang berkepentingan di sini, dan kau memaksa untuk masuk ke sini, apa lagi namanya jika bukan penguntit!” Cemooh Eliza dengan nada tinggi di akhir kalimatnya yang membuat orang-orang yang lewat di sana melihat ke arah mereka.

Tangan Azura terkepal kuat, dalam hati ia bertanya-tanya mengapa Jayden tidak datang padahal pria itulah yang menyuruhnya kemari. Ia menatap sekitarnya saat orang-orang mulai berbisik-bisik buruk tentangnya.

Eliza tersenyum puas saat ia berhasil mempermalukan gadis ini sama seperti Jayden mempermalukannya kemarin.

“Usir dia dari sini, Pak. Jangan sampai penguntit ini membuat keributan di sini.”

“Baik, Nona.”

Satpam itu berjalan ke arah Azura, “Mari, Mbak,”

Azura menepis pelan lengan satpam itu, “Saya bisa sendiri.”

Azura pergi dari sana, sesekali ia menoleh ke arah gedung itu berharap Jayden muncul. Ia juga sudah mengirimkan pesan pada Jayden bahwa dia sudah sampai di sana.

Tapi Jayden belum membalas pesannya. Dengan harapan yang pupus, Azura memilih pergi dari sana.

Sementara di tempatnya Jayden baru saja membaca pesan chat yang dikirimkan Azura, Jayden sedikit bingung untuk apa Azura datang kemari padahal ia tak menyuruh gadis itu untuk datang.

Dengan sedikit berlari saat menuruni tangga, ia berkali-kali mencoba menghubungi Azura. Namun, tidak ada satu pun dari teleponnya yang dijawab.

Brukkk!

Tiba-tiba  Jayden tak sengaja menabrak seseorang yang membuat ponselnya jatuh.

“Maaf, saya tidak sengaja,” ucap orang yang menabrak Jayden.

“Tidak papa, salah saya juga yang tidak melihat jalan.” Jayden mengambil ponselnya yang terlihat rusak. Ia berdecak, padahal semua data-data penting miliknya ada di sini.

Ia tak ingin memusingkan itu, dengan cepat Jayden berlari keluar gedung. Matanya melihat kesana-kemari mencari keberadaan Azura, tapi ia tak menemukan Azura di sana. Apa gadis itu sudah pergi?

“Jayden!”

Panggil seseorang membuatnya menoleh. Raut datarnya kembali datar saat melihat siapa yang memanggilnya.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Eliza saat sudah di hadapan pria itu.

“Bukan urusanmu,” jawabnya singkat, lalu Jayden langsung pergi dari hadapan Eliza karena malas berhadapan dengan gadis itu.

🎤🎤🎤

Azura baru saja sampai di apartemennya dengan perasaan kesal, ia memilih untuk membersihkan diri supaya pikirannya menjadi tenang kembali.

Lima menit setelah membersihkan diri, Azura berjalan menuju meja belajar untuk mengerjakan tugasnya. Ia membuka ponselnya dan terkejut melihat panggilan tak terjawab dari Jayden.

Jayden Abraham
Kau dimana?
📞 5 Panggilan suara tak terjawab

Azura Gabriella
Apart, kau lama sekali datangnya
Jadi aku memutuskan untuk pulang

Ceklis satu, itu artinya nomor ponsel Jayden sedang tidak aktif. Ia menaruh ponselnya dan mulai mengerjakan tugasnya berusaha melupakan kejadian tadi.

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

To Be Continued

Thread of Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang