[00:38]

1.3K 133 0
                                    

Tandai kalo ada typo

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎


38. Berjalannya Waktu

6 Tahun Kemudian

Banyak yang berubah selama enam tahun terakhir ini, dimulai dari Azura yang memilih meneruskan pendidikannya di Oxford University setelah lulus S1.

Butuh waktu 4 tahun pula untuk Azura menyelesaikan pendidikan S2 nya. Setelah lulus S2 ia di tempat kerjakan di salah satu rumah sakit jiwa di London, Inggris.

Maudsley Hospital, salah satu rumah sakit jiwa terbaik di Inggris. Rumah sakit ini terletak di London selatan dan merupakan lembaga pelatihan kesehatan mental terbesar di Inggris.

Selama itu pula Azura tinggal sendirian di London. Padahal di kehidupan pertamanya Azura melanjutkan S2 nya di Indonesia. Namun, karena alasan sesuatu ia ingin melanjutkan pendidikannya di negara lain.

Begitu pula dengan teman-temannya. Manda tetap melanjutkan S2 nya di Australia, sahabatnya itu sudah bertunangan dengan Arsel 1 tahun yang lalu.

Meskipun Azura tak bisa datang menghadiri acara pertunangan Manda dan Arsel, ia tetap mengucapkan selamat pada pasangan itu.

Kalau Naina, gadis itu memilih melanjutkan pendidikannya di Indonesia dan sudah menjadi dokter umum di salah satu rumah sakit di Bandung. Sementara Sofia dan Kanha mereka masih tinggal di Belanda.

Hubungan keduanya pun sudah membaik, bahkan informasi yang Azura dengar mereka akan melangsungkan pernikahan. Karena kedua orang tua mereka sudah saling dekat satu sama lain.

Mengenai Ella yang menjadi salah satu sahabatnya di kehidupan pertama, justru di kehidupan kedua ini, ia dan teman-temannya tidak terlalu dekat dengan Ella.

Mereka hanya sebatas saling kenal satu sama lain. Mungkin hanya Manda saja karena Ella juga merupakan sepupu dari Arsel.

Dan Jayden, pria itu kini sudah sukses menjadi seorang musisi terkenal dan terpandang di dunia musik. Pria itu berhasil meraih impiannya berkat kerja kerasnya sama seperti di kehidupan pertamanya dulu.

Pria itu juga sudah berkali-kali mengadakan konser di luar negeri maupun dalam negeri. Jayden juga sudah sering berkolaborasi dengan penyanyi lain dari luar negeri maupun di Indonesia.

Banyak para wanita terpesona akan ketampanan seorang musisi muda seperti Jayden Louis. Tak banyak orang yang tahu tentang Jayden berasal dari keluarga mana, karena Jayden tidak mempublikasikannya. Kecuali dirinya.

Hari ini Azura akan berangkat kerja ke rumah sakit di siang harinya. Ia berangkat menggunakan mobilnya menuju rumah sakit.

Saat di perjalanan Azura menyalakan radio untuk mendengarkan musik. Terkadang ia mengikuti alunan melodi dan ikut bernyanyi dari radio itu.

Azura terdiam saat siaran radio di mobil memutar lagu seseorang yang sangat ia kenal suaranya.

Perasaan sesak itu kembali muncul hanya dengan mendengar suaranya saja. Dengan cepat tangannya mematikan radio itu. Napasnya sedikit memburu.

Selama ini ia sebisa mungkin untuk tidak mengingat pria itu, bahkan ia rela menyibukkan dirinya agar bisa melupakan Jayden. Azura juga selalu tutup mata dan telinga jika mendengar berita tentang Jayden di media sosial.

Intinya ia hanya mengetahui jika Jayden berhasil meraih impiannya menjadi musisi terkenal selebihnya ia tak mengetahui berita tentang Jayden karena Azura menutup dirinya akan Jayden.

Ia ingin menghapus nama Jayden dari hidupnya, meskipun sulit ia harus tetap melakukannya. Ia hanya tak ingin berharap lebih pada pria itu.

Azura memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, ia keluar dari mobil dengan jas putihnya, ia menatap bangunan merah bata di depannya.

Sudah hampir satu setengah tahun ia bekerja di sini. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam, Azura di sapa oleh beberapa dokter lain yang bekerja di sini.

Di lorong rumah sakit Azura bertemu dengan rekan kerjanya, Caroline atau yang sering akrab disapa Carol.

Carol itu asli orang Inggris, begitu juga dengan ayah dan ibunya. Gadis bernetra coklat itu berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangan.

Saat pertama kali dirinya kerja di sini, Carol lah orang pertama yang menjadi temannya. Gadis itu tipe orang yang ceria dan mudah berbaur dengan orang lain. Carol juga memiliki hati yang lembut terkadang gadis itu bisa menjadi orang yang bijaksana seperti sahabatnya, Manda.

“Kau baru sampai, ya?” tanya Carol.

“Iya, kebetulan hari ini jam kerja ku siang hari.”

Carol mengangguk-angguk mengerti, “Pantas saja tadi aku ke ruanganmu kau tidak ada.”

“Kau tau? Pasienmu di kamar 16 itu mengamuk lagi, aku tadi melihatnya saat lewat di depan sana.”

Azura menatap Carol sekilas lalu menghela napasnya kasar. “Sangat sulit sekali menenangkan pasien kamar 16 itu.”

Carol ikut prihatin melihatnya, ia tak bisa membayangkan selelah apa Azura mempunyai pasien seperti itu.

Di belokkan lorong Carol dan Azura harus berpisah, karena Azura harus pergi mengunjungi pasiennya di kamar 16 itu.

Sebelum berpisah, Carol sempat berkata sesuatu padanya, jika ia di suruh menemui pak Arthur di ruangannya setelah selesai jam kerja.

Pikirannya mulai berkelana, seingatnya ia tak melakukan kesalahan bukan selama bekerja di sini? Azura mencoba menenangkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

🎤🎤🎤

Di belahan negara yang berbeda, seorang pria berpakaian formal sedang duduk di depan jendela kamarnya. Raut wajah pria itu terlihat datar, tak ada raut kebahagiaan yang terpancar dari matanya meskipun semua impiannya sudah ia dapatkan.

Jayden, selama 6 tahun ini, ia selalu dihantui rasa bersalah. Demi kariernya, ia dengan teganya mengacuhkan orang yang selalu membantunya. Bahkan saat terakhir mereka bertemu ia malah bersikap seperti orang asing pada gadis itu.

Bicara tentang gadis itu, Jayden sangat merindukannya. Perasaannya pada gadis itu pun tidak pernah hilang sampai sekarang.

Sejak pertemuan terakhirnya dengan gadis itu Jayden sudah tidak pernah melihat Azura lagi. Apartemen Azura juga sudah kosong sejak 6 tahun yang lalu.

Bertanya pada teman gadis itu pun sangat sulit baginya untuk berinteraksi dengan mereka. Karena ke mana pun ia pergi, bodyguard akan selalu mengikutinya. Apa lagi para awak media yang selalu mengawasi gerak-geriknya jika di luar.

Ceklek

Suara pintu terbuka, membuat Jayden enggan menoleh karena ia sudah tahu siapa yang datang ke kamarnya. Siapa lagi kalau bukan Drivar, manajernya yang selama ini menjadi tangan kanannya dan selalu membantunya.

“Kau belum bersiap-siap? Sebentar lagi ada jadwal pemotretanmu dengan Nona Shine.”

Jayden mendengus malas, “Aku tahu, tapi aku malas.”

“Kau tidak boleh bermalas-malasan, ingat kerja sama kali ini untungnya sangat besar.”

"Aku tidak peduli. Kau pergilah, jangan menggangguku.”

“Aku tidak akan ke–“

“Kau ini cerewet sekali, aku akan menyusul nanti. Jadi bisakah kau pergi?” potong Jayden menatap Drivar jengah.

“Baiklah, jika kau tetap tidak datang, aku akan kemari lagi dan menyeretmu detik itu juga.”

Melihat Drivar sudah pergi, Jayden mendengus kasar, “Dasar pria mata duitan."

“Hei aku masih di sini, dan aku mendengar ucapanmu!” teriak Drivar yang tiba-tiba muncul dari pintu.

“Cerewet! Pergi kau!”

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

To Be Continued

⭐👇

Thread of Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang