BAB.02 MGT 🍃

90 8 1
                                    

Terkadang, ada saatnya kita nanti akan mengikhlaskan seseorang yang kita cintai dan lebih memilih pilihan orang lain, apa lagi itu sang guru kita.


        ~~Zaidan Mukhtar El-Fatih~~

Zaidan Mukhtar El-Fatih seorang dosen muda dari universitas islamic di Tangerang. Dia adalah keponakan ummi Aulya dan kiyai Sopyan, anak dari kakak mereka yaitu kiyai Aldzam dan ummi Syaidah. Salah satu pemilik pesantren ternama yang ada di kota Tangerang.

Sejak kecil Ia di didik dan di besarkan di pondok Ibnu Falah oleh paman bibinya hingga dirinya beranjak umur sembilan belas tahun, semenjak dirinya lulus pondok di kelas Aliyah. Dan sekarang ia menginjak berumur 25 tahun, telah menjadi dosen universitas islamic milik abinya.

Setelah lulus ia melanjutkan pendidikannya di universitas Al-Azhar, kairo. Dan setelah 4 tahun lamanya menuntut ilmu, ia pulang langsung di tugaskan oleh abinya untuk mengajar di pondok serta di kampus menjadi dosen di sana.

Dan sekarang ia sedang berkunjung ke rumah orang yang telah mendidik dan membesarkan dirinya pada saat dirinya masih mondok. Yaitu guru sekaligus pamannya, kiyai Sopyan.

Kini, Zaidan sedang terduduk di ruang tamu Ndalem bersama beliau serta istrinya, ummi Aulya. Sungguh sangat luar biasa, di saat kerinduan yang memuncak di hatinya, akhirnya dia bisa bertemu dan bersama kembali dengan masyaikh-masyaikh nya.

Ummi Aulya begitu sangat menyayangi Zaidan melebihi kasih sayangnya dia pada anaknya sendiri. Yahh, walaupun dia sudah mempunyai dua anak, namun ia menginginkan seorang anak-anak laki-laki, alhasil Zaidan ia urus dan sekalian di pondokin di pesantrennya sendiri.

Wanita yang sudah hampir kerutan itu menatap wajah keponakannya dengan rasa kagum."Zidan bener bener banyak yang berubah ya abah," ujarnya, di anggukin oleh kiyai Sopya, suaminya sendiri.

"Iya mi, ngga sia-sia dia kita didik dari kecil, hehe." Kiyai Sopyan agak sedikit terkekeh.

"Pasti kamu betah yah di sana?" Abah sopyan menepuk bahu Zaidan.

Gus Zaidan tersenyum."Tentu betah, namun lebih betah di sini hehe," ungkapnya.

"Pasti kamu sibuk yahh, badan udah gagah, wajah nambah ganteng, tapi agak cungkring tuh," canda umi Aulya.

Gus Zaidan ikut terkekeh."Iya, mungkin karena Zaidannya juga ngga sempet buat jaga diri karena terlalu sibuk di kampus juga, mi."

"Nah itu, itu yang kami mau bahas pada kamu," tunjuk kiyai Sopyan pada ponakannya.

Laki-laki muda itu seketika mengerutkan keningnua tak mengerti."Apa abah?"

"Ummi sama abi mau jodohin kamu sama salah satu santriwati di sini," sela wanita paruh baya, saat suaminya sudah membuka kan mulut untuk melontarkan ucapannya.

"Di jodohin? Ma-maksud umi?"

Seketika mulut Zaidan keluh, apa maksudnya dengan kata ngejodohin itu. Ia tak mungkin di jodohkan, dan jika itu benar ia tak mungkin pula menerima perjodohan itu.

"Iya, umi mau kamu nikah sama khadimah kesayangan ummi tuh. Sekalian kan kamu selalu sibuk dengan pekerjaan, jadi insyaallah ia akan jaga jamu juga," jelas kiyai Sopyan.

MELALUI GARIS TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang