BAB. 35 MGT🍃

76 1 0
                                    

Panas mentari begitu menyengat membakar kulit putih bersihnya.

di jam 12 siang,setelah rizkia melaksanakan sholat dzuhur langsung bergegas pergi ke pondok pesantren untuk melaksanakan hukumannya,walaupun ia tak melakukannya dan dia tidak bersalah,dia akan tetap tanggung semua ini dengan tegar.

" _Lo memang hebat jadi wanita tangguh,walau pun begitu gue tetep ngga tega ngeliat lo dengan keadaan lo kayak gini"_

Kata kata itu terdengar dari daun telinga nya,yang sangat terngiang ngiang di pikirannya yang menjadi penguat rasa ketegaran hatinya kini.

"Riz"

"Rizkia!!"

"Emm iya,ada apa ra"Sontak rizkia,mulai tersadar dari lamunannya.

"Lo ngga papa kan,kalau lo ngga siap mening kita balik aja yuk"Syahara mengajak rizkia untuk balik kembali,melihat wajah yang sedikit pucat itu membuat dirinya pilu.

"Aku siap kok ra,aku harus nyelesain semuanya"Tegasnya.

"Kalau gue bisa,gue pengen bantu lo semuanya"Lirih syahara.

Rizkia tersenyum kecil, "Kata siapa ngga bisa?,kamu sudah membantu aku sampai sejauh ini ra terima kasih"Ujarnya.

"Ta-tapi.."

"Ngga ada tapi tapi ini urusan aku,jadi kamu ngga usah repot repot bantu aku semua itu aja aku sudah cukup"Ujarnya lagi berusaha untuk setegar mungkin di hadapan sahabatnya itu.

"Lo hebat riz,kalau gituh lo tatap mata gue sini"Beo syahara membalikan badan rizkia yang tadi posisinya bersampingan dengannya kini berhadapan dengannya.

Rizkia memiringkan satu satu alisnya ke atas,"Ada apa?"Tanya nya.

"Tatap aja mata gue,"

Dia pun menurut dan manatap mata syahara sesuai dengan apa yang dia suruh,terlihat cahaya dari bola matanya seperti menginpnotis dirinya dari cahaya itu yang begitu tulus padanya membuat dirinya semakin tenang dan lebih tegar.

"Udah tenang belum?"

Rizkia mengangguk tanda bahwa sudah lebih tenang dan lebih baik dari pada keadaan sebelumnya tadi.

"Oke,lo diem terus tatap mata gue dan dengerin perkataan gue oke"Ucapnya lagi pada rizkia.

Dia memicingkan matanya semakin lekat memandang wajah dan matanya yang begitu tulus.

Pancaran cahaya mata meningatkan pada satu sahabatnya dulu yang selalu ada buatnya namun,kini mereka menimba ilmunya masing masing tanpa selalu bersamanya.

_"Erin aku kangen kamu"_ lirih rizkia membatin.

"Gue tau kodrat seorang istri harus menurut pada sumianya apapun yang di larang dan perintahnya, tapi kalau pun lo ngga di hargain apa hak nya dia untuk melarang lo buat tidak melawannya bukan itu tidak adil kan?"

"Gue percaya lo itu kuat tapi tak setegar yang kamu pikirkan,gue tau lo lagi dan sedih tapi lo harus ingat lo adalah wanita hebat yang gue kenal,tolong pegang prisip dari gua,kalau lo terasa di hina di caci maki oleh mereka jangan takut untuk melawan selagi kita yang paling benar walaupun itu suamimu jika dia tidak menghargaimu lo jangan diam saja kasih dia penjelasan dan selagi penjelasan itu tidak di dengarkan oleh dia maka hanya ada satu cara yaitu LAWAN".

******

*_Ceklek_*

"Dek udah ngerjain tugasnya?"Tanya bang difta,setelah melihat adeknya sudah pulang dari pesantren.

"Baru juga gue sampe bang"Sahutnya,sambil meminum air yang berada di atas meja.

"Gimana berhasil ngga?"

MELALUI GARIS TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang