4 jam berlalu, gus Zaidan dan juga putranya Royyan, menempuh perjalanan yang begitu sangat melelahkan. Yaitu mereka melakukan penerbangan dari kota Tanggerang ke Jombang, Jawa Timur. Untuk mengikuti pelaksanaan acara yang di selenggarakan di sana.
Tebu ireng, adalah salah satu tempat di mana dia juga pernah menuntut ilmu di universitas sana, namun hanya sebentar karena setelah dua tahun dia kuliah di sana, melanjutkannya di universitas yang ada di kairo, Al-Azhar.
Tentu dia sangat senang, karena keluarga yang ada di tebu ireung sangat berkenan mengundangnya ke acara ini, setelah sekian lamanya meninggalkan tempat itu.
Kini, Zaidan beserta putranya sedang berada mobilnya menuju ke rumah yang dulu ia tempati. Sebenarnya itu bukan mobilnya, ia hanya meminjam dulu pada rekan kerjanya yang kebetulan sama-sama di Kota Jombang juga.
Ia tidak membawa mobil sendiri karena mungkin perjalanannya akan sangat melelahkan juga. Apalagi ini membawa anak kecil, ia takut malah nanti terjadi apa-apa pada putranya itu.
"Abi kapan ini sampainya, Loyyan udah lelah nichh," celoteh Royyan, pada abinya.
"Sebentar lagih saya bentar lagi sampai kok di rumah abi nya," balas Zaidan sambil terkekeh melihat putra kecilnya itu merengek ingin segera sampai.
"Emang abi punya lumah di sini?" tanya nya kepo.
"Tentu punya dong Royyan sayang."
"Hah, bukannya abi cuman punya lumah di Tangelang saja?"
"Ngga, kan dulu abi pernah tinggal di sini, dan abi punya rumah di sini juga. Sayang kalau di jual juga, karena pasti akan ke pake lagi saat abi sedang berlibur ke sini lagi. Buktinya abi akan sekarang mau nempatinnya lagih," ujar gus Zaidan panjang lebar.
"Ouhh, hebat yah abi punya lumah dua hihi." Laki-laki kecil itu terkekeh.
Selang beberapa menit mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan mereka. Mobil yang bernuansa putih itu sudah terparkir tepat berada di depan gerbang yang lumayan besar.
Ia pun berlari kecil turun untuk membuka gerbangnya, lalu masuk kembali ke mobil memasukannya ke dalam.
"Wahh besal juga lumahnya abi." Mata kecil itu membinar menatap bangunan yang ada di hadapannya itu.
Gus Zaidan pun ikut terkekeh, dan juga terkagum juga. Karena, sekian lamanya ia meninggalkan tempat ini masih bersih dan sama sekali tidak ada bedanya dengan di saat dia masih menempati tempat ini.
"Ayok!"
Laki-laki itu menjulurkan tangan kekarnya untuk membawa putranya itu ikut masuk ke dalam rumahnya.
Dan lagi-lagi ia pun juga di buat kagum dengan rumahnya. Ternyata bukan hanya luarnya saja yang sangat rapih dan bersih, dalamnya pun juga. Tidak ada sedikit pun debu yang menempel.
Sungguh sahabatnya merawatnya dengan sangat baik. Yahh, tempat ini ia titipkan pada sahabatnya yang bernama Abiyan untuk menjaganya karena takut di suatu saat nanti akan ia pakai.
Abiyan adalah putra dari pemilik pondok pesantren tebu ireung, dan rumahnya pun sangat dekat dengan pondok itu. Makanya ia titipkan saja pada temannya itu, karena satu-satunya teman yang sangat dekat dengan rumah adalah Abiyan lah seorang, jadi sekalian aja dia titipin pada.
"Abi bener ini rumah abi?" tanya Royyan dengan mata membinar.
Gus Zaidan terkekeh."Tentu sayang."
"Kok besal banget yahh?"
"Ya kan tadinya abi mau tinggal di sini tetep, cuman karena kakek mu nyuruh tinggal di Tangerang ya sudag ngga jadi tinggal di sini nya," jawab laki-laki yang sekarang sudah menjadi seorang ayah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELALUI GARIS TAKDIR
Teen FictionDi Pondok Pesantren Ibnu falah, Rizkia Asy-syifa hidup dalam ketaatan dan ketaatan yang tak tergoyahkan terhadap para guru dan pemimpinnya. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah ketika sang gurunya memutuskan untuk menjodohkannya dengan seorang pria yan...