BAB. 33 MGT 🍃

56 1 0
                                    

Di malam yang indah yang di penuhi percikan percikan bintang dan terpaan cahaya bulan yang begitu menenangkan bagi siapa pun,dan mungkin untuk semua orang akan menjadikan langit malam ini dengan malamnya yang paling terindah.

Tidak dengan rizkia,malam ini yang seharusnya menjadi obat penenangnya kini malah menjadi malam yang begitu menyakitkan bagi dirinya.

"Jawab rizkia kamu sedang apa di sini"Bentak gus zaidan.

Rizkia hanya bisa menggigit bawah bibir ranumnya,lagi lagi ia tidak bisa berkata untuk membela dirinya sendiri,dia lemah dia sangat lemah hanya dengan suara bentakan saja.

"Tidak gus,kami tidak melakukan apapun ini salah paham gus saya bisa menjelaskan semuanya"Ucap ustadz alfan dengan nada memohon,dan mata yang berkaca kaca.

"Tidak usah,kalian berdua ikut saya"

  Hati gus zaidan terasa sesak melihat pemandangan semuanya ini di hadapan,antara kesedihan dan kebencian kini melanda di hatinya.

"Ak-aku bisa menjelaskannya gus ini hanya sebuah jebakan saja"Ucapan itu dengan lolos di lontarkan oleh rizkia.

Hanya itu saja yang ia bisa ucapkan selebihnya ia hanya menahan sakit dan amarah hatinya pada seseorang.

"Menjelaskan? sebuah jebakan? Maksud kamu apa? kamu mau memcoba membohongi suami mu ini hah!" Bentaknya lagi.

Bagaimana dia tidak marah dengan hal ini sedangkan dia melihat istrinya itu sedang tidur berdua dengan yang bukan mahramnya dengan baju yang sangat berantakan membuat dirinya semakin curiga dan marah.

Tubuh rizkia bergetar, menangis tersendu sendu pilu meratapi kesedihannya ini.

"Sekarang kalian ikut saya," titahnya.

*******

Rizkia dan ustadz alfan di giring paksa oleh gus zaidan untuk ikut ke ndalem untuk mengadu kepada abinya tentang soal ini.

Bagaimana dia tidak mengadu dengan abinya itu sedangkan dirinya berada dalam kesedihan dan juga kebingungan harus melakukan apa pada istrinya itu yang sudah melakukan perbuatan keji yang sangat di larang oleh allah.

kini rizkia dan juga ustadz alfan sedang berada di ndalem yang sudah di kerumuni oleh semua penghuni ndalem di sana.

Malu?

Sangat malu dengan posisinya dia di sini,di pertontonkan oleh orang orang yang sholeh sholehah di hadapannya.

Yah,semua guru di sini semua di kumpulkan oleh kiyai aldzam untuk berkumpul dan bermusyawarah di ndalem tentang masalah dirinya.

"Gus aku tidak melakukannya gus"Lirih rizkia,memohon pada suaminya itu.

Gus zaidan tersenyum kecut dan menepis tangan rizkia yang sempat dirinya pegang.

"Pak kiyai saya mohon,saya benar benar tidak melakukannya pak"Mohon ustadz alfan pada gurunya itu.

Ustadz alfan kini sedang di landa kesedihan dan kebingungan,siapa yang membuat jebakan ini sampai memitnah dia berbuat sekeji ini.

"Istigfar kamu al,kamu sudah berbuat zina taubatlah kamu"Teguh kiyai aldzam.

"Apakah benar dan,mereka tidur berduaan di sebuah gubuk kecil belakang pondok kita?" Tanya kiyai aldzam,dia sangat tidak percaya tentang hal ini dia tahu betul sifat ustadz alfan tentang ketawadu'annya,dan mana mungkin anak didiknya itu berbuat yang sangat di haramkan oleh allah.

"Iya abi benar begitu"Jawab gus zaidan datar.

  Kiyai aldzam menatap semua ustadz ustadzah yang sempat ia kumpulkan tadi untuk ikut bermusyawarah di sini.

"Bagaimana pendapat kalian untuk hukuman mereka berdua"Tanya kiyai aldzam,serasa sesak saat menantu dan anak didik kesayangannya itu akan di hukum olehnya,tapi bagaimana pun ia harus memberi keadilan karena mereka sudah berbuat zina walaupun tak percaya dia tidak punya bukti untuk membela mereka.

Hatinya terasa ada sesuatu yang mengganjalnya,tapi dia tidak bisa berbuat apa apa selain memberikan keadilan dan kebenaran.

"Pendapat saya abi hukuman yang setimpal dengan apa yang di lakukan mereka adalah di cambuk 100 kali sebagai mana dalam Qur'an Surah an-Nur ayat dua dan diasingkan selama setahun (HR al-Bukhari abi"Celetuk ning fatim,dengan spontan ia berbicara begitu.

"Betul yai,apa yang di katakan oleh ning fatim"Timpal seseorang.

"Saya juga berpendapat begitu"

"Iya yai itu adalah hukumannya untuk mereka,"

Semua para langsung ustadz ustadzah menyetujui pendapat dari ning fatim tentang hukuman yang setimpal untuk rizkia dan ustadz alfan.

Kiyai aldzam tersenyum pilu,"Ya sudah kalau kalau keputusan kalian begitu besok kita akan melaksanakan hukumannya," cetusnya, walau tak rela ia tetap harus memberi keputusan.

Sedangkan rizkia menahan rasa sakit dan tangisnya,dia ingin teriak sejadi jadinya saat ini dia ingin,teriak pergi jauh jauh dari tempat sini,ingin melampiaskan semua rasa sakit di hatinya ini.

  "Gus aku tak bersalah," lirihnya.

Sedikit pun ia tak menoleh
kepadanya, amarah kesal dalam hatinya begitu bergejok panas dengan melihat istrinya tidur dengan orang lain.

Gus zaidan meleos begitu saja meninggalkan rizkia yang sedang memohon mohon padanya meminta maaf dan meminta menjelaskan kesalah pahamannya ini.

"Gus,gus mau kemana"Ujar rizkia sesegrukan.

"Saya kecewa sama kamu nduk rizkia"Celetuk umi sayyida,yang dari tadi menahan rasa kecewa dan kesalnya itu.

  Dia menatap sendu pada mertuanya, rasa sakitnya kini tak tertopang lagi di hatinya, semua tidak ada yang mempercayainya dan tidak mendengarnya penjelasan darinya.

Dia pun memilih untuk pergi meninggalkan tempat permusyawarahan itu, malu menjadi pertontonan para ustadz ustadzah di sana,buat apa di bertahan sedang yang mempertahankan juga tidak adan,lebih baik menyusul gua zaidan yang untuk meminta mendengarkan penjelasannya.

Beberapa langkah ia berlari keluar melihat gus zaidan sedang berdiam seorang di tempat sepi berada di belakang ndalem,dia pun menghampiri suaminya itu untuk memberi penjelasan.

"Gus?"Lirih rizkia memanggil suaminya.

Lagi lagi gus zaidan mengacuhkan dirinya,dia terpokus dengan tatapan kosongnya entah apa yang di pikirkan sampai dia tidak menoleh sedikit pun pada orang yang memanggilnya.

Rizkia pun menghampiri suaminya itu dengan tangisan tersenggal senggal.

"Gus,aku minta maaf tapi benar aku tidak melakukan apa pun bersama ustadz alfan," mohonnya, dengan memegang kedua kaki gus zaidan supaya memaafkan.

"Ini semua adalah sebuah jebakan gus,ada seseorang ya--"Ucapan nya terpotong saat ada sesuatu yang mendarat di pipi putihnyan.

_PLAKK_

Rizkia yang tadinya terisak isak oleh tangisan nya kini berhenti membolakan matanya saat ada sesuatu yang memanas di pipinya.

"Cukup kamu!! Cukup kamu menyalahkan seseorang sudah jelas jelas kamu berzina dan kamu berhak dapat hukuman yang setimpal," bentak gus zaidan,dengan dada terengah engah.

Rasa sakit, kecewa, marah, kesal, sedih kini bercampur rata di hatinya antara tak menyangka dan kecewa di sana.

Dengan rasa sakit yang tak terbendung lagi rizkia berlari meninggalkan area pesantren,entah kemana ia berlari, dia hanya butuh ketenangan dan kesepian untuk melampiaskan rasa sakitnya kini.

Berani beraninya suaminya itu manampar dirinya,dia begitu egois dalam mengambilkeun keputusan kecewa sangat kecewa yang di rasakan juga oleh rizkia.

"Arggh...."Lampiasnya.

_"Ya allah aku apakah aku salah mencintai orang yang dia pun juga mencintai orang lain ya allah"_

_"Aku tidak mengambil darinya, Aku hanya menginginkan keberkahan seorang guruku,bukan karena hawa nafsuku,kenapa dia sampai menuduhkan sampai se keji ini"Batin rizkia.

"Aku akan mengungkapkan semuanya wahai wanita munafik," gumamnya, dengan memukul jalanan sampai yang dia pijakinya.

MELALUI GARIS TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang