Bahkan, pertemuan itu begitu singkat, namun entah kenapa namamu selalu melekat di hatiku.
~~Rizkia Asy-Syifa~~
Di malam yang gelap nan indah. Di pondok pesantren Ibnu Falah, seperti biasa sebagian para santri berlalu lalang di jam pukul 03:30 untuk melaksanakan sholat tahajud dan persiapan melaksanakan sholat berjama'ah bersama di masjid besar pondok.
Adapun juga santri putra yang sudah stand bay di masjid duluan. Karena mereka di tugaskan untuk tahrim, sebelum adzan shubuh tiba. Itu pun yang dapat gilirannya, kalau tidak yang mereka masih tertidur.
Yah, mungkin di jam setengah empat ini masih banyak juga para santri, maupun santri putri ataupun santri putra. Masih ada banyak yang masih tertidur. Mau tak mau para penguruslah yang harus membangunkan mereka.
Salah satunya adalah Kiya, dan juga sahabatnya Erin. Kedua khadimah itu dengan terpaksa harus membangunkan ketiga teman sekamarnya yang masih berada di alam mimpi mereka.
Kamar mereka adalah kamar yang paling sedikit penghuninya. Karena tempatnya begitu sempit, dan berada sangat ujung. Bahkan cahayanya pun agak redup karena terhalang oleh kamar-kamar yang lainnya. Itulah mengapa tidak banyak menempatinya.
Namun tidak dengan kelima penghuninya, mereka sangat tidak suka bising dan terlalu bercahaya. Mereka merasa senang dan nyaman jika mereka menempati kamar itu.
Rizkia dan juga Erin selaku salah satu penguruh pondok, ia harus membangun kan ketiga temannya yang masih tertidur.
""Hey, hey bangun. Sudah tahrim, cepat siap-siap ke kamar mandi keburu adzan," ucap Rizkia dan juga Erin, sambil menepuk-nepuk badan temannya supaya bangun.
"Aaaaahmmm."
"Lima menit lagi deh ya."
"Hmm, udah tahrim yah? Ayo ke kamar mandi."
Kedua pengurus itu menggelengkan kepalanya, melihat ketiga temannya saat di bangunkan malah berkelakuan aneh.
Ada yang sudah bangun, lalu ia malah terpejam kembali. Dan ada yang nawar lima menit lagi, lagih. Dan parahnya, ada yang sudah terbangun namun matanya masih terpejam sambil berjalan ngga jelas.
"Astagfirulloh," ucap Rizkia dan Erin mengusap dadanya.
Erin sudah sudah tidak sabar lagi dengan ketiga temannya, ia pun membawa speker yang ada di kamarnya itu dan menyalakannya.
Ia menghembuskan nafasnya sejenak."AKU HITUNG SAMPAI TIGA, KALAU KALIAN NGGA BANGUN, AKU AKAN SEMBUR KALIAN PAKE AIR COMBERAN, MAU?" ucapnya dengan satu kali nafasan.
"Sadis," kririk Kiya.
Dalam hitungan satu detik, ketiga orang itu langsung membuka matanya bulat-bulat saat mendengar perkataan Erin, yang mendengung di telinganya.
Seseorang yang bernama Karin, ia pun terbangun dengan bersontak saat kedua teman yang membangunkannya sudah berada di hadapannya.
"Astagfirulloh."
Karin mengerutkan keningnya."Kiya? Erin? Tumben udah bangun. Mana udah pake mukena lagih, ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELALUI GARIS TAKDIR
Teen FictionDi Pondok Pesantren Ibnu falah, Rizkia Asy-syifa hidup dalam ketaatan dan ketaatan yang tak tergoyahkan terhadap para guru dan pemimpinnya. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah ketika sang gurunya memutuskan untuk menjodohkannya dengan seorang pria yan...