Mobil Nevan sudah terparkir di halaman depan rumah Azkia. Cowok itu melepas seatbeltnya. Tatapannya beralih kepada gadis yang sedang tertidur pulas di sebelahnya. Sebenarnya ia tidak tega untuk membangunkannya, namun apa boleh buat. "Azki," panggil Nevan pelan, sambil menepuk pelan bahunya.
"Azki bangun. Ini udah sampe rumah," Nevan masih dengan nada lembutnya, namun kali ini ia menepuk pelan pipi Azkia. Dulu, memang ia berbeda sekali. Cuek dan menyebalkan.
Mulai ada pergerakan dari sana, Azkia perlahan-lahan membuka matanya dan mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu. "Udah sampe ya?" tanya Azkia dengan suara khas orang bangun tidur.
"Hm udah sampe," Nevan keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Azkia.
"Kan gue udah bilang bisa sendiri," pandangan gadis itu menatap Nevan yang sudah berada di luar mobil.
"Selagi gue masih ada, gue bakalan bukain pintu buat lo."
Senyum simpul terukir di wajah gadis itu. "Emm iya makasih," Azkia turun dari mobil, sebenarnya ia masih mengantuk dan malas untuk berjalan. Nevan hanya menggelengkan kepalanya melihat hal itu.
Sampai di depan rumah. "Assalamualaikum," ucap Azkia dan Nevan.
"Waalaikumsalam, sebentar!" seseorang berteriak dari dalam. Kalau bukan Citra, itu Cakra.
Keluarlah seorang wanita yang tak lain adalah Citra, Mamanya Azkia. "Eh Nevan, sini nak masuk dulu," Nevan menyalami tangan Citra, begitu pun dengan Azkia.
"Yang disapa duluan kok bukan anaknya sih, Ma?" celetuk Azkia sambil mengerucutkan bibirnya.
Citra terkekeh mendengar ucapan anaknya itu. "Udah gak usah ngambek gitu. Ada Nevan juga, gak malu kamu?"
Azkia hanya mencebik dan memerhatikan Nevan yang mengulum senyumnya. Setelah itu, mereka bertiga masuk ke dalam rumah.
"Nevan duduk dulu saja ya, Tante mau buat minum dulu," Citra mempersilahkan Nevan duduk di sofa ruang tamu.
"Iya, Tante," Nevan duduk di salah satu sofa.
"Gue tinggal dulu ya," ucap Azkia yang diangguki oleh Nevan. Langsung saja Azkia menaiki tangga menuju ke lantai atas.
Beberapa menit kemudian, Citra datang dengan membawa 1 gelas air sirop dengan memakai es batu. "Ini diminum ya. Pasti haus, kan?" Citra meletakkan gelas tadi di meja.
Nevan mengangguk. "Makasih, Tante."
Terdengar suara motor yang berhenti di halaman depan rumah. "Assalamualaikum," ucap seseorang dari luar.
"Waalaikumsalam," sahut Citra. "Nak, sebentar ya. Tante mau ke depan dulu."
Respon Nevan hanya mengangguk, lalu tinggal lah ia sendirian di ruang tamu. Saat sampai di depan, Citra melihat Danish yang sudah berada di dekat pagar. Lantas, Citra pun membuka pagar terlebih dahulu. "Oh Danish rupanya, kirain siapa."
"Iya nih, Tante," Danish menyalami tangan Citra.
"Yasudah ayo masuk, di luar panas."
Mereka berdua menuju ruang tamu, dan Citra pun mempersilahkan Danish untuk duduk. Sofa yang tersisa hanyalah tinggal yang diduduki oleh Nevan. Danish hanya menatap datar Nevan. Sedangkan, Nevan hanya menatap sinis Danish . Azkia turun menuruni tangga, gadis itu masih belum sadar dengan kehadiran Danish.
Azkia masih asyik bersenandung kecil, sampai dimana ketika ia melihat ke depan. Ternyata, ia tengah diperhatikan Nevan dan Danish. Kalau Danish, seperti biasa tersenyum dengan manisnya. Dibalik senyuman yang diberikan Danish, ada sebuah raut wajah bete Nevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unexpected
Novela JuvenilAzkia Barsha Prameswari, dia anak tunggal. Suatu hari, ia tidak sengaja bertemu dengan Danish. Nama lengkapnya Danish Haidar Sakya. Danish merupakan ketua dari geng CCR. Sang ketua geng ini mulai mencoba mendekati Azkia. Namun, Azkia mencoba untuk t...