Chapter 39 : Masalah

6 3 1
                                    

Aku sangat kesal kepada mereka. Dan di saat itu juga kamu mengerti dan berusaha membuat suasana hatiku membaik. Terima kasih, aku sangat beruntung sekali bisa mengenal dan memilikimu.

~~~

Keempat sahabat itu berangkat ke sekolah bersama dengan menggunakan mobil Azkia. Setelah kurang lebih 20 menit, akhirnya mereka sampai di sekolah. Satu persatu dari mereka turun dari mobil. Yang terakhir turun dari mobil adalah Azkia. "Eh Nes anter gue yuk!" Karina langsung menarik lengan Nesya.

"Apaan dah mau ke mana?" Nesya mengernyit.

"Toilet," langsung saja Karina menarik lengan Nesya. Tinggalah Azkia dan Zia sekarang. Ketika Azkia mencari ponselnya, ternyata benda itu tidak ada di dalam saku rok nya. Bahkan ditasnya pun tidak ada.

"Zi, hp gue kemana ya? Kok gak ada sih?" Azkia masih mencarinya di dalam tas. Sudah 5 menit ia mencari benda itu di tasnya, namun nihil.

"Keselip kali, Ki. Coba lo cari bener-bener."

Azkia menatap Zia, "Lo ke kelas duluan aja. Ntar gue nyusul."

"Oke deh, nanti gue balik lagi ke sini," Azkia hanya mengangguk, sedangkan Zia langsung berlalu pergi meninggalkan area parkiran sekolah. Benar, sekarang posisi mereka sedang berada di parkiran sekolah.

Dan ternyata, ponselnya terselip di dalam mobil. Jadi, pantas saja tidak kelihatan. "Di sini ternyata," gumamnya dan langsung mengambil benda itu.

Setelahnya ia langsung bergegas menuju ke kelas. Sedikit lagi Azkia akan sampai ke kelasnya, namun tiba-tiba ada 3 siswi yang menghadangnya. Itu adalah Nata, Naya dan Kiran. Yang dihadang pun mengernyit, karena ia merasa heran saja kenapa ia tiba-tiba dihadang seperti ini.

Padahal, ia sama sekali tidak punya masalah dengan siswi lain.
''Kenapa liatnya kayak gitu?'' Sungguh Azkia tidak nyaman diperhatikan seperti itu.

Nata masih menatap Azkia dengan tatapan tidak suka. ''Hubungan lo sama Danish tuh apa sih?"

Naya dan Kiran hanya memperhatikan saja, selebihnya tidak ikut campur. Tetapi tatapannya itu sama saja. ''Gue sama dia cuma temen,'' jawabnya dengan santai sambil menatap balik.

Mendengar itu, Nata berdecih. ''Terus kalau cuma temen, ngapain lo deket banget sama dia?''

Azkia menghela napas, ''Intinya gue sama dia itu temen.''

''Cih murahan!" Nata sedikit membentak.

Sontak hal itu membuat mereka menjadi pusat perhatian. ''Maksud lo apa?" jelas sekali Azkia tidak mengerti ucapan Nata barusan.

''Sebelumnya lo deket banget sama Danish, Tapi kemaren lo datang bareng sama cowok lain terus keliatan akrab juga. Bener-bener serakah lo!''

"Gue masih belum ngerti maksud lo apa?" Azkia menatap datar Nata.

''Lo pura-pura polos apa bego sih?!'' Sarkasnya. Orang-orang di sekitar mereka hanya menonton perdebatan itu tanpa berniat melerainya.

''Bisa nggak lo gak usah bentak gue gitu?" Lama-lama ia pun muak dengan Nata.

''Gak bisa, orang kayak lo itu pantes untuk dibentak!' Ucapnya sambil menampilkan smirk.

''Seinget gue, kita gak punya masalah apa pun.''

Nata sudah mengepalkan tangannya, ''Lo tuh ya masih aja gak tau letak kesalahan lo di mana!"

Ya memang benar toh Azkia tidak mempunyai masalah dengannya. Mengobrol saja tidak pernah, apalagi masalah jelas tidak punya. ''Tapi emang bener, gue gak punya masalah sama lo!" Jelasnya bersikeras. Sudah tidak tahan dengan hal ini, Nata langsung mengangkat tangannya. Dan...

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang