Chapter 16 : Pasar Malam

3 3 1
                                    

Pertama, suatu ajakan yang tiba-tiba. Kedua, menurutku sikapmu mulai menjadi aneh. Dan selanjutnya apa lagi?

***


Dan ternyata...

Ceklek

Pintu pun terbuka, Azkia langsung menutup kedua matanya menggunakan tangan sebelah kanannya. Lelaki yang sedang berdiri itu pun mengerutkan dahinya ketika melihat tingkah Azkia yang menutup matanya. "Lo kenapa nutupin mata gitu?" Tanya Danish heran sambil mengangkat sebelah alisnya.

Merasa tidak asing dengan suara itu, akhirnya gadis itu menurunkan tangan yang menutupi matanya tadi. "Oh lo ternyata, gue kira siapa." Azkia menjawab dengan ekpresi yang dibuat senormal mungkin.

"Iya gue. Emang lo kira siapa?"

"Gue kira..." Danish menunggu jawaban dari Azkia. "Udah lupain aja gak penting." Lanjutnya.

Disela-sela obrolan mereka berdua, datanglah Daffin yang berhenti di halaman rumah Azkia. Setelah itu ia langsung menghampiri Azkia tanpa melihat Danish yang ada di dekatnya. "Kia, Karina nya ada gak?" Tanya Daffin to the point.

"Ada, bentar gue panggil." Azkia bergegas masuk ke dalam rumah. Beberapa menit kemudian Azkia datang bersama Karina.

"Eh Fin, mau berangkat sekarang?" Tanya Karina.

Dafdin mengangguk sambil tersenyum. "Iya, ayo berangkat."

Karina mengangguk sambil tersenyum lebar dan langsung mengikuti langkah Daffin yang menuju ke motor sportnya.

Danish kembali menatap ke arah Azkia. "Yuk! kita berangkat sekarang." Ajaknya.

Azkia menoleh ke arah belakang. "Hm bentar, di dalam masih ada Nesya. Masa gue tinggal sendiri sih dia."

Danish tampak berpikir lalu menjentikkan jarinya dan mulai mengetik sesuatu di ponselnya. Azkia yang melihat itu pun merasa penasaran. "Lagi chat siapa?"

"Gilang." Jawab Danish tanpa menoleh. Mendengar itu, Azkia tidak mengerti mengapa Danish mengirim pesan kepada Gilang.

Tak lama terdengar suara deru motor yang berhenti di depan rumah Azkia. "Ngapain lo nyuruh gue ke sini?" Gilang langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Danish saat ia baru sampai.

"Bentar lo diem dulu." Selanjutnya Danish menatap ke arah Azkia. "Kia, tolong panggilin Nesya ya."

Azkia hanya mengangguk dan beberapa menit kemudian ia keluar bersama Nesya. "Nah jadi gini, gue sama Azkia mau jalan. Dan Gilang, lo ajak Nesya jalan juga gih sana. Kasian dia sendirian." Perintah Danish.

"APA?!" Ucap Gilang dan Nesya bersamaan.

"Udah kalian jalan berdua sana, gue duluan ya." Pamit Danish kemudian ia menarik pelan lengan Azkia dan langsung menaiki mobilnya.

Gilang menatap kepergian mobil Danish, kemudian ia menoleh ke arah Nesya. "Yaudah, jadinya lo mau jalan sama gue apa enggak hah?" Tanya Gilang malas.

"Enggak mau. Mending gue sendirian di sini." Jawabnya percaya diri.

Gilang mengedikkan bahunya. "Oke kalau gak mau. Hati-hati aja, lo kan sendirian ntar biasanya suka ada yang tiba-tiba muncul kayak kun-"

"Stop jangan dilanjut!" Ucap Nesya memotong ucapan Gilang.

"Ya kan bener nanti ada yang keta-" belum sempat menyelesaikan ucapannya lagi, Gilang sudah mendapat cubitan di lengannya.

"Berisik Gilang! Udah deh pergi aja lo sana!" Usir Nesya dengan nada tinggi.

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang