Chapter 36 : Nevan Hartigan Aldari

8 3 1
                                    

Dia adalah salah satu orang yang paling berarti bagiku.

○○○


Pagi harinya Azkia sudah siap dengan memakai seragam putih abunya. Sarapan pun sudah ia lakukan. Ponselnya tiba-tiba berdering, lantas hal itu mengalihkan perhatiannya. Tertera kontak bertuliskan favorite di sana, Azkia langsung saja mengangkat telepon itu.

"Halo." Sapa Azkia.

"Halo, selamat pagi cil," ucap seseorang dari seberang sana.

"Cil cil, dikira cilok kali!"

Kekehan terdengar dari sana. "Pacarku udah siap-siap buat berangkat sekolah belum?"

"Apa? Pacar? Emang gue punya pacar ya?" iseng sedikit tidak apa-apa pikirnya.

"Oke, kalau lo gak nganggep gue pacar gapapa. Tapi intinya lo tetep pacar gue."

"Ututu gue bercanda kok, udah to the point aja sih mau ngapain," Azkia jadi geli sendiri dan refleks mengulum senyumnya.

"Lagian lo tadi mancing-mancing, kan gue jadi gak langsung nanya."

"Nggak tuh, gue gak lagi mancing." Jawab gadis itu.

Terdengar helaan napas. "Sini biar gue cubit hidungnya ck."

Azkia yakin kalau mereka berdua bertemu, Nevan akan iseng kepadanya lagi.

"Nggak mau, makasih. Lo mau nanya apaan sih emang?" Azkia masih tertawa.

Dari seberang sana sepertinya Nevan sudah kesal dengan Azkia, gadis itu jadi merasa tidak enak hati. Tapi tidak apa-apa, kapan lagi coba bisa mengerjai pacar? Wkwk. "Ini alamat rumah lo masih sama kayak dulu?" Tanya Nevan.

"Iya. Masih inget, kan?"

"Masih, gue gak akan pernah lupa."

"Yaudah. Kalau inget, cepetan ke sini. Tapi jangan ngebut bahaya." Nasihat Azkia kepada Nevan.

"Hm, bentar lagi gue otw."

"Iya, gue tunggu." Jawab Azkia

"Jangan ditunggu, kalau gue gak nyampe-nyampe gimana?"

"Ish ngomongnya ya, jangan gitu!"

Lelaki itu tertawa pelan. "Bukan gitu, maksud gue kalau gue gak nyampe-nyampe karena macet gitu."

"Udah jangan ngomong aneh-aneh masih pagi, mending lo cepet otw ke sini! Soalnya takut telat tau!"

"Iya, bawel banget cil," sambungan telepon pun terputus.

Azkia menaruh ponselnya di saku roknya. "Mama, papa, aku berangkat sekolah dulu ya," gadis itu mengulurkan tangannya untuk menyalami kedua orang tuanya.

"Iya sayang. Hati-hati ya," Ucap Citra.

Cakra menatap anak semata wayangnya itu. "Kamu mau berangkat sendiri?" karena biasanya jika ada sopir, Azkia selalu di antar ke sekolah oleh pak Ian. Tetapi kali ini ia memilih untuk tidak diantar lagi.

Azkia menggeleng "Nggak, Pa. Aku berangkat bareng Nevan."

"Yasudah cepat ke depan gih, nanti kalau Nevan sudah sampai jadi gak nunggu lama." Cakra melanjutkan kegiatan minum kopinya.

"Aku berangkat, assalamualaikum." Pamit Azkia lalu berjalan menuju pintu depan.

"Waalaikumsalam," jawab Citra dan Cakra berbarengan.

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang