Chapter 45 : Pertengkaran

2 1 0
                                    

Pertengkaran itu membuatku terkejut dan banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku. Apakah selama ini semuanya selalu seperti itu?

***

Saat Azkia hendak berjalan keluar kelas, di depan pintu sudah ada Nevan yang menunggunya. Langsung saja Azkia menghampiri lelaki itu. "Mau langsung ke rumah kamu?

"Kamu cape nggak? Kalau misal cape mending gak usah."

Azkia menggeleng, "Nggak sih, lagian di rumah sepi gak ada siapa-siapa."

"Yaudah, sini biar aku bantu," tangan Nevan hendak memapah Azkia.

Sontak gadis itu menahannya. "Gausah, lagi pula kakinya cuman memar doang."

Seperti biasa Nevan membukakan pintu untuk Azkia dan membantunya naik ke dalam mobil. Barulah Nevan bergegas masuk ke dalam mobil juga. Ia mulai melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah. Butuh waktu selama 30 menit untuk sampai di rumah Nevan. Dan akhirnya sekarang mereka sudah sampai.

Sesampainya di sana, Nevan memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Lalu membantu Azkia turun dari mobil. Nevan membuka pintu depan rumahnya.

Ceklek

Pintu pun terbuka, "Assalamualaikum Bun. Ini ada Azkia."

"Waalaikumsalam, iya sebentar!" Indira datang dari arah dapur.

"Eh Kia, udah lama Tante gak ketemu sama kamu," Indira memeluk Azkia. Dan gadis itu pun balas memeluknya.

Indira melepaskan pelukannya, "Oh iya Mama sama Papa lagi ada di rumah?"

Azkia menggeleng, "Lagi gak ada, Tan. Salnya Mama sama Papa lagi liburan."

Wanita paruh baya itu mengernyitkan dahinya. "Loh? Terus kamu nanti sendirian di rumah?"

"Iya Tan, atau nggak paling aku ajak sahabatku nginep."

Indira terdiam sebentar. "Gini aja, mending kamu nginep di sini. Kan kalau di sini, ada Tante sama Nevan. Gimana? Kamu mau?"

Azkia akan menolak, namun tidak enak juga. "Tapi aku gak bawa baju ganti, Tan."

"Tenang aja, nanti kamu di anter sama Nevan buat bawa baju ganti."

"Emm iya Tan."

"Jangan panggil Tante dong, panggil aja Bunda ya sayang. Kan kamu udah dianggap jadi anak perempuannya Bunda," tutur Indira sambil mengelus pelan surai hitam Azkia.

Perkataan tersebut spontan membuat Azkia mengukir senyuman. "Baik, Bunda."

Azkia dan Indira hanya tertawa. Respons Nevan hanya sedikit tersenyum melihat kejadian itu.

"Yasudah kamu taro tas dulu, terus abis itu kita makan yuk. Bunda tinggal ke dapur dulu ya."

Azkia mengangguk. "Siap Bunda."

Sekarang tinggal Azkia dan Nevan yang berada di ruang tamu. "Sini biar gue taro tas lo."

Azkia menyerahkan tasnya kepada Nevan. "Bentar ya, gue taro tas dulu." Nevan meninggalkan Azkia sendirian di ruang tamu.

Tak lama, ia kembali lagi. "Kita ke dapur yuk?" Nevan mengulurkan tangannya untuk membantu Azkia berjalan.

"Nggak usah, gue bisa kok. Jangan lebay gitu ih!" Azkia menolak uluran tangan dari Nevan.

Akhirnya Nevan tidak membantu Azkia, ia hanya berjalan dibelakangnya. Tak butuh waktu lama, mereka pun sampai di dapur dan langsung menuju ke meja makan. "Nih piringnya. Makan yang banyak ya sayang," Indira menyodorkan sebuah piring.

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang