Sekeras apa pun bangkai ditutupi, baunya akan tetap tercium juga. Sekeras apa pun kamu menutupi fakta, nyatanya ia akan terbongkar juga.
●●●
Matahari sudah tidak menampakkan dirinya. Ia digantikan oleh sang bulan, langit pun sudah berubah menjadi gelap. Di sinilah sekarang Azkia berada, di rumah yang cukup mewah. Namun, kemewahan itu tidak sesuai dengan susana di dalamnya. "Eh kalian baru pulang?" Sapa Indira yang baru saja muncul dari dapur.
Azkia langsung menghampiri Indira. "Hehe iya nih, Bun."
"Di dapur ada kue tuh, gih coba kamu cicip," tawar indira kepada Azkia.
Sedangkan Nevan, lelaki itu duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya. Bundanya yang mendapati itu pun, lantas langsung menggelengkan kepalanya. "Ganti baju dulu, Van. Abis itu istirahat, jangan langsung tidur sayang."
Posisinya masih sama, Nevan hanya menggumam dan berkata dengan suara pelan. "Hm, bentar 5 menit lagi."
Azkia segera mengganti bajunya, setelah itu ia pergi ke dapur. Bibi terlihat sedang membersihkan piring. Pandangannya beralih saat mendengar langkah kaki. "Mau apa non? Sini biar Bibi ambilkan."
"Gapapa, Bi. Biar Kia ambil sendiri aja," dirinya terlihat mengambil sekotak kue yang ada di kulkas. "Kia mau ngambil ini doang, Bi. Tadi Bunda nyuruh nyicip."
"Oh iya, non. Itu kue buatan Nyonya, udah pasti rasanya enak tuh," ucap Bi Yana yang diiringi senyum.
Azkia memilih untuk duduk di bangku depan meja counter dapur. Diambilnya sendok dari sana. "Eh ini buatan Bunda, Bi?"
Tentu saja Bi Yana mengangguk. "Iya, non. Nyonya kan punya toko kue, tadi baru aja pulang dari sana. Katanya sengaja bawa pulang beberapa kotak kue buat di rumah."
Kepala Azkia manggut-manggut, mulutnya sibuk mengunyah kue tersebut. "Ngomong-ngomong, Bunda jual kue apa aja di tokonya, Bi?"
"Banyak sih, non. Entah itu roti, brownies, kue ulang tahun, pokoknya macem-macem." Tutur Bi Yana.
"Banyak juga ya berarti, Bi. Kia belum sempet ke sana sih. Terakhir ke rumah Bunda itu 8 bulan yang lalu, itu juga belum sempet ke toko kue Bunda." Azkia sedikit curhat kepada Bi Yana.
"Pasti terakhir ke sini sebelum den Evan kecelakaan ya, non?" Tebak Bibi yang masih setia dengan kegiatannya tadi.
Di situ Azkia menganggukkan kepalanya. "Iya, Bi. Kan selama beberapa bulan dari situ, Azkia nggak komunikasi sama Nevan juga."
Bi Yana sudah menyelesaikan kegiatannya, piring-piring tadi sudah ia susun di rak. "Aduh iya ya. Bibi teh mau ngasih tahu non, tapi kan enggak tahu rumah non atau nomor telepon non Kia. Bibi minta maaf ya, non."
Terdengar nada penyesalan dari Bi Yana. Azkia langsung mengibas-ngibaskan tangannya. "Eh gapapa kok, Bi. Lagi pula sekarang Kia udah sama Nevan lagi, kan. Bibi gak usah ngerasa bersalah gitu kok."
"Neng Azkia memang baik deh. Cocok nih jadi calon menantunya Nyonya," goda Bi Yana.
Azkia hanya terkekeh. "Aih si Bibi bisa aja deh, kan jadi malu."
Bibi tertawa pelan. "Jangan malu atuh, emang cocok udah non."
Hanya senyuman yang Azkia berikan untuk respons kalimat itu. "Oh ya, Bibi nyicip kuenya nih. Kia lupa nawarin lagi, malah ngajak ngobrol."
Bi Yana menggelengkan kepalanya. "Makasih, non. Tadi Bibi udah nyicip kok."
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unexpected
Teen FictionAzkia Barsha Prameswari, dia anak tunggal. Suatu hari, ia tidak sengaja bertemu dengan Danish. Nama lengkapnya Danish Haidar Sakya. Danish merupakan ketua dari geng CCR. Sang ketua geng ini mulai mencoba mendekati Azkia. Namun, Azkia mencoba untuk t...