Chapter 41 : Menceritakan Tentang Nata

3 3 7
                                    

Aku tidak menyangka dia meninggalkanmu seperti itu. Tetapi aku berjanji, tidak akan seperti itu.

~~~

Saat pulang sekolah

Seperti biasa, Azkia dkk berjalan beriringan menuju ke gerbang sekolah. "Eh kalian pulangnya dijemput atau gimana?" Azkia membuka pembicaraan.

"Iya gue dijemput, soalnya mau nganter nyokap." Sahut Karina yang berada di depan.

"Nes, kalau lo gimana?"

"Gue naik taksi karena gak ada yang jemput terus gak bawa mobil juga."

Azkia menoleh ke arah samping, "Lo dijemput juga Zi?"

Zia mengangguk, "Palingan gue dijemput sama bang Galen."

"Yah terus gue gak bisa nebeng dong?" Ia mengerucutkan bibirnya.

"Lah emang gak pulang bareng sama pacar lo?" Tanya Zia.

Azkia menggeleng, "Nggak, tadi pagi gue bilangnya mau pulang bareng kalian."

"Yaudah bareng sama gue aja gimana?"

"Nggak deh, lo kan dijemput sama kakak lo," gadis itu menolak tawaran dari Zia.

Pembicaraan mereka berhenti karena Zia sudah melihat kakaknya yang sudah berada di depan gerbang sekolah. "Eh guys gue duluan ya."

"Udah dijemput lo?" Tanya Karina.

"Tuh udah ada di depan orangnya." Tunjuk Zia sambil menggunakan dagunya.

Tinggalah mereka bertiga sekarang, beberapa menit kemudian Karina sudah dijemput. Kemudian Nesya yang sudah naik taksi. Azkia? Sepertinya ia terpaksa pulang dengan naik taksi. Ditengah kegiatannya menunggu taksi, tiba-tiba ada mobil yang hendak keluar dari gerbang sekolah.

Si pengemudi keluar dari mobilnya dan menghampiri Azkia. Sedangkan gadis itu belum menyadari keberadaan orang itu. "Gak jadi pulang bareng sahabat lo?" ternyata itu Nevan.

Mendengar itu, refleks Azkia menoleh. Di sana ia mendapati kekasihnya sedang menatap ke arahnya. "Nggak, mereka pada dijemput. Kalau Nesya pulang naik taksi."

"Pulang bareng gue aja yuk?" Dan akhirnya Azkia pun mengangguk. Saat akan dibukakan pintu oleh Nevan, Azkia menolak.

"Gak usah, gue bisa sendiri Van," Azkia membuka pintu mobil itu dan buru-buru naik ke dalam mobil.

Dukk

"Aw," Azkia meringis karena benturan itu. Nevan yang melihat itu pun langsung mendekat ke arahnya dan mensejajarkan tubuhnya.

"Makanya pelan-pelan, kebentur kan jadinya," Nevan mengusap kepala Azkia yang terbentur tadi. "Masih sakit nggak?" tangan Nevan masih mengusap kepala Azkia.

"Nggak terlalu sih, udah gapapa kok. Lagian cuma kebentur pelan aja."

"Pelan dari mana? Itu lumayan kenceng Azki," Itu nama panggilan dari Nevan. Orang lain biasanya memanggil Azkia dengan sebutan Kia, tetapi berbeda dengan Nevan yang memanggilnya Azki.

Tinnnnn!!!

"Woi kalau mau pacaran jangan di sini dong,  ngehalangin jalan doang!" Teriak salah satu siswa yang mengendarai motor trail.

Nevan dan Azkia spontan menoleh ke arah sumber suara. Di sana terdapat geng CCR, dan ternyata yang berteriak tadi adalah Gilang. Mata Azkia tidak sengaja bertemu dengan tatapan Danish yang sedang memakai helm full face nya. Tadinya kaca itu terbuka, namun beberapa detik kemudian ditutup oleh Danish.

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang