PROLOG

155 40 11
                                    

Delano datang bersama dengan Chloe diikuti oleh teman-teman mereka ke villa sambil tertawa lebar.

Mereka masuk ke dalam villa dan betapa terkejutnya ketika melihat seorang yang sudah tergeletak di lantai dengan wajah pucat.

"Astaga?! Kenapa sama dia?!" Kaget Chloe ketika melihatnya jatuh tidak sadarkan diri.

"Kalo gak pingsan ya mati. Gak usah selebay itu!" Ketus Delano yang merupakan pacar dari Chloe sendiri.

Dia duduk di kursi sambil kakinya menaiki atas meja. Kemudian dia dengan santai menyalakan rokoknya. "Duke periksa dia. Apa dia udah mati atau cuma pingsan."

Duke menuruti perintah Delano dengan tanpa bantahan. Sebenarnya dia sedikit tidak percaya kalo Delano benar-benar kejam dan tidak berperasaan. Setidaknya dia pura-pura menunjukkan rasa cemasnya sedikit dengan perempuan itu.

"Gimana, Duke? Dia masih hidup, kan?" Chloe merasa panik.

Duke memasang wajah penuh bingung dan takut. "Kok gak napas? Ini beneran mati atau cuma pingsan?" Dia menjadi panik. "Max, lo coba periksa sini!"

Maxwel datang untuk memeriksa tapi dihentikan oleh Chloe. "Biar gue aja sini!"

Dia kemudian memeriksanya. "El! Dia beneran gak napas! Ini gimana kalo dia mati?!" Chloe berteriak ke arah pacarnya.

Sementara itu, Maxwel, Sopia, dan Emil ikutan memeriksa apakah dia memang masih bernapas atau tidak.

"Dia ... beneran udah mati. Lo Chloe! Semua ini karena lo!" Teriak Maxwel yang kini berdiri menyalahkan Chloe.

Dia tidak mau masuk penjara karena hal ini. Seharusnya ia tidak ikutan menyekapnya di villa selama dua minggu.

"Bahkan tubuh dia udah bau! Gak! Gue gak mau ikutan juga!" Sopia menjauh dari tubuh perempuan  sudah meninggal itu.

"Kalo lo gak rencanain semua ini pasti dia masih hidup, Chloe!" Duke yang sama menyalahkan Chloe.

"Gue setuju! Ini karena lo, Chloe!" Tuding Emil karena ia di sini juga hanya ikutan saja.

Chloe menggelengkan kepalanya tidak mau disalahkan seperti ini. Apalagi jika dia bertanggung jawab atas semua ini.

"Kalian jangan sembarangan kalo bicara! Gue juga udah minta balik ke villa dua hari yang lalu dan lo! Lo berdua yang malah gak mau! Kalian asik pacaran!" Chloe tidak mau disalahkan sendirian tentunya. "Jadi, jangan cuma salahin gue, Sopia! Lo sama Duke juga bersalah!"

"Dan lo, Emil! Lo yang nyaranin buat gak kasih makan dia!" Chloe mulai membicarakan kesalahan mereka semua supaya dia tidak disalahkan sendirian.

Semua menjadi panik sendiri ketika Chloe mengatakan faktanya. Mereka terdiam karena memang merasa bersalah. "El! Lo bisa berhenti ngerokok dulu gak sih! Kita lagi panik, tapi lo malah gak tau diri seperti ini!"

Delano menatap ke arah Chloe dengan dingin andai saja dia bukan kekasihnya mungkin ia akan sangat marah. Dia kemudian mematikan rokoknya dan mulai berbicara. "Dasar anak kecil! Kalian udah dewasa harusnya bisa selesain masalah kayak gini bukannya malah saling menyalahkan!"

"Kalo dia udah mati tinggal kubur aja apa susahnya?!" Emosi Delano melihat mereka bertengkar.

"Kubur gimana El? Lo pikir mudah? Dia udah mati dan kalo kita disalahin gimana?" Maxwel baru kali ini membalas ucapan Delano dengan emosi.

Delano tertawa kecil penuh tatapan menyeramkan. "Bodoh! Gue bilang apa tadi! Kalian udah dewasa! Kalo kalian aja bisa rencanain buat sekap sama ambil data diri perempuan itu buat pinjol harusnya kalian juga bisa rencanain rekayasa kematian dia!"

Semua saling menatap satu sama lain dan berpikir. Akhirnya mereka setuju dengan apa yang dikatakan oleh Delano dari pada disalahkan lebih baik membuat rekayasa kematian Alana.

•••••

Makasih yang udah berkenan buat mampir cerita ku ini. Silahkan berkomentar bagaimana tentang prolognya menurut kalian.

Di sini aku meminta pendapat atau komentar kalian jadi jangan berkomentar untuk menjatuhkan penulis yaa^^

Kalo memang tidak suka sama ceritanya atau tidak sesuai sama keinginan kalian, lebih baik tinggalkan saja ceritanya yaa^^

Guys aku suka banget sama Sandy Cristian yang ikutan COC itu^^




Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang