Menipu demi kebenaran bukanlah tentang pengkhianatan, tetapi tentang pengorbanan untuk memastikan bahwa keadilan dapat terwujud pada akhirnya.
~~~
Chloe dan kedua temannya disaat menuju ke kelasnya. Tiba-tiba seorang mendatanginya. "Chloe, lo dipanggil BK sekarang."
Mata Chloe mengerut penuh tanda tanya. "Gue? Kenapa?" dia bertanya, merasa bingung.
"Gak tau, datang aja." Siswi itu kemudian pergi dengan malas, takut jika dirinya yang malah akan menjadi sasaran amarah Chloe.
Dengan helaan napas panjang, Chloe menatap Emil dan Sopia. "Lo berdua ke kelas dulu."
"Lo gak mau kita temenin Chloe?" tawar Sopia karena penasaran.
Chloe menolak tawaran tersebut dengan nada sinis. "Lo pikir gue perempuan manja yang apa-apa minta temenin? Udah sana ke kelas!" dia mengusir mereka dan langsung menuju ruang bimbingan dan konseling.
Setibanya di sana, Chloe disambut oleh guru BK dengan nada yang penuh kesabaran. "Duduk dulu, Chloe."
Chloe menuruti perintah tersebut dan guru BK ikut duduk di hadapannya.
"Kenapa ibu panggil aku?" Chloe bertanya dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Perhatikan ini," jawab guru itu sambil menunjukkan foto tangkapan layar di layar ponsel. "Meskipun kamu melakukannya di luar sekolah, nama baik SMA Sembilan Enam tetap terpampang di sana. Kenapa sikapmu tidak berpendidikan sekali? Lihatlah, ulahmu merusak citra sekolah kita!" Suara guru BK mulai meninggi, menandakan kemarahan yang tak tertahan.
"Apa kamu mau terus berbuat seenaknya? Kamu ini sudah dewasa Chloe, kapan kamu akan berubah? Apalagi kamu perempuan." Lanjut guru itu yang memang harus sabar menghadapi siswi senakal Chloe.
Chloe menyilangkan kakinya dengan memutar bola matanya malas. "Bu, lagian yang harus salah itu bukan aku tapi perempuan itu yang gak bisa pakai motor. Aku lakuinnya di luar sekolah jadi ibu gak usah ikut campur."
"Chloe, jaga bicaramu dan duduk yang sopan! Begini caramu berbicara dengan seorang guru?" Tegas guru BK, dengan nada yang penuh disiplin. "Meskipun kamu melakukannya di luar sekolah, tanggung jawab tetap ada pada kami sebagai pendidikmu! Nama sekolah kita jadi tercemar karena kelakuanmu! Berkali-kali ibu katakan, jangan pernah menindas orang lain! Jangan lupa, di atas langit masih ada langit; jangan sekali-sekali merasa sombong!"
Mata Chloe terbakar kemarahan, tapi dia menahan diri. "Iya, aku ngerti. Kalau gitu, sudahkan bicaranya? Aku boleh pergi sekarang?"
"Chloe! Kamu benar-benar tidak punya sopan santun! Sekali lagi kamu membuat kesalahan terpaksa pihak sekolah akan keluarkan kamu terlepas kamu anaknya donatur atau bukan!" suara guru BK menggetarkan ruangan.
Chloe menyengir dengan hinaan. "Ibu yakin bisa buat aku keluar dari sekolah ini? Apa ibu tidak takut kalo ibu sendiri yang akan dipecat?"
Setelah mengatakannya, Chloe pergi tanpa rasa bersalah dengan wajah congkaknya. "Percuma ceramahan lo gak akan gue dengarin sama sekali!" Dia mengomel sepanjang perjalanan menuju kelas.
Dia kemudian masuk ke dalam kelas dan betapa terkejutnya ketika melihat si culun itu duduk di samping Delano. "Apa? Yang benar aja!" Dengan tidak terima Chloe menyeret tubuh Elena kasar. "Pergi lo jangan duduk sama El!"
"Chloe! Hentikan!" Delano meneriaki aksi Chloe yang keterlaluan. "Punya hak apa lo buat ngatur-ngatur gue mau duduk sama siapa?!"
Chloe menatap marah kepada Delano. "El! Gak duduk sama dia juga ... lo ada apa si kenapa mau aja sama perempuan culun ini? Lo kasih apa? Oh, atau lo udah tidur sama dia?"
Semua orang di kelas tertegun, tidak percaya dengan ucapan Chloe. Berani sekali dia mengatakan hal itu kepada Delano.
Elena sendiri mengepalkan tangannya penuh marah. Dia pikir dirinya semurahan itu apa! Chloe pikir dirinya seperti dia yang biasa tidur sama om-om demi harta.
Sementara itu, Chloe sendiri mengatupkan bibirnya karena mengatakan hal itu. Dia benar-benar tidak menyangka akan mengatakan itu kepada Delano.
Delano mendekat dengan wajah yang memancarkan kemarahan. "Apa lo bilang sekali lagi?" tanyanya, nadanya rendah namun tegas. "Sekali lagi gue gak denger apa yang lo katakan."
Chloe memundurkan tubuhnya. "Gue gak maksud bilang gitu, El ...."
"Lo bilang apa tadi!" teriak Delano dengan nada yang menakutkan. "Cepat bilang apa yang lo katakan!"
Bibir Chloe bahkan bergetar karena takut.
Sopia yang merasa kasihan dengan temannya segera menolongnya. "El ... udah. Chloe gak sengaja bilang gitu."
Namun, Sopia yang mencoba meredakan ketegangan malah menjadi korban amarah Delano, didorong kasar hingga terjatuh.
"Gak usah ikut campur!" Delano menghardik Sopia.
Sementara itu, Maxwel dan Duke juga tidak berani menghentikan Delano.
"Makanya lo diam aja," ucap Duke kepada Sopia.
"Ingat rahasia lo ada sama gue jadi jaga ucapan lo." Dia membisikkan sesuatu di telinga Chloe hingga perempuan itu menjadi pucat.
Semua orang di kelas penasaran dengan apa yang baru saja diungkapkan oleh Delano hingga wajah Chloe berubah menjadi seputih mayat.
Sementara itu, Elena, penasaran, merasa yakin bahwa Delano pasti memiliki kelemahan Chloe. Dia bertekad untuk mencari tahu.
Ketika guru datang dan memerintahkan semua siswa untuk duduk di tempat mereka masing-masing, Elena tetap fokus pada pelajaran meski pikirannya tidak tenang.
Dia menatap ke arah Delano ketika laki-laki itu dengan sengaja menyenggol tangan Elena.
"Gue tau pikiran lo bukan di sini," ucapan Delano membuat Elena mengernyitkan dahinya memangnya sejak kapan Delano memperhatikannya. Kenapa dia bisa tau. "Jawab gue."
Elena merespons dengan nada sinis. "Sok tau."
Delano, merasa tersinggung, mengernyitkan dahi. "Sok tau? Lo berani juga."
Elena sendiri sudah terbiasa dengan sikapnya sendiri jadi dia juga keceplosan dengan berani melawan Delano.
"El! Elena! Kalian berdua ibu perhatikan ngobrol terus dari tadi! Mau ngobrol terus atau ikutan pelajaran ibu?" tegur guru dengan nada tegas, membuat semua siswa memperhatikan mereka.
•••••
Setelah pelajaran, Delano mendekati Elena di luar kelas. "Lo gak bisa kabur lagi. Cepat masuk mobil!" Seru Delano, yang kebetulan membawa mobil, memaksa Elena untuk ikut.
Duke dan Maxwel juga saling menatap. Sejak kapan memangnya Delano mengizinkan orang asing masuk ke mobilnya. Apalagi dia adalah perempuan yang tidak pernah terlihat mengobrol bersama.
"El, kita aja gak pernah lo tawarin satu mobil tapi dia?" Maxwel protes.
"Kalo gue gak kayak gini dan dia kabur emang lo bisa apa? Gue suruh lo berdua buat bawa dia aja gak bisa." Delano ingin bermain-main dengan dia lagian dia tidak mau jujur dengannya.
"Tapi, ini kali pertama lo ajak perempuan masuk ke mobil yang biasa lo buat balapan El." Duke kembali berbicara. "Chloe aja gak pernah tapi kenapa dia?"
"Lo udah kayak petugas sensus aja banyak tanya." Delano memarahi Duke dan dia menatap Elena. "Cepat masuk!"
Elena menggelengkan kepala. "Aku bisa naik motor sendiri."
"Lo nolak? Gue gak menerima penolakan. Cepat masuk!" Titahnya dengan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano & Elena
Teen FictionElena Elizabet, gadis yang harus mengungkap banyak rahasia tentang kematian kembarannya dan juga orang tuanya sendiri. Menyamar sebagai gadis culun untuk mencari tau kebenarannya malah membuat dia terjebak dengan cinta seorang yang selamanya tidak b...