36.Kehancuran Mereka

30 3 0
                                    

"Ternyata benar kalo cinta tidak selamanya indah. Namun, untuk mereka yang cintanya hanya main-main saja."

~~~~~


Untung saja Elena sempat pulang dan membawa mobil yang ternyata dia temukan di bagasi rumahnya yang dulu. Lebih beruntung lagi mobil itu tidak mempunyai nomor plat jadi Elena merasa sangat senang karena dengan begitu nomor platnya tidak akan bisa dilacak oleh cctv.

Dia memilih untuk ke ruangan Delano kembali setelah bicara panjang lebar dengan Emil. Benar juga kalo mobil yang akan dipakai Emil adalah mobil milik Elena yangg tidak mempunyai nomor plat. Sedangkan saat ini Sopia yang kebetulan berada di halaman parkir langsung menghentikan langkah Emil.

"Berhenti!" Dia akhirnya memilih untuk membayar Emil karena rasa ingin taunya yang begitu besar.

"Kenapa? Lo berubah pikiran?" Emil menukikkan satu alis kanannya.

"Gue bayar lo lima belas juta aja gimana? Bagaimanapun kita juga teman, Mil. Masa lo mau peras gue gitu?" Sopia berharap Emil akan memberikan rahasianya. "Lima belas juta juga udah banyak."

Emil berpikir sebentar. Dirinya sudah diberi uang seratus juta oleh Elena dan memberikan rahasia ini ke Sopia juga tidak masalah. Ini akan menambah uang dalam rekeningnya. "Oke, karena ini lo. Gue bakal kasih tau rahasia besar Duke."

Sontak Sopia langsung tersenyum sumpringah memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Apa kalo begitu?"

"Lo transfer gue dulu baru gue kasih tau lo." Emil tentunya tidak mau tertipu dan harus waspada. Siapa tau Sopia tidak akan membayarnya jika tau hal ini.

Sopia menghela napas panjang dan dia dengan berat hati mentransfer uang sejumlah yang dia katakan. "Udah masuk bisa cek sendiri."

"Kapan lo akan kasih tau gue?" Dia tidak sabar untuk menunggu.

"Jangan di sini. Kita masuk mobil itu dulu." Emil menunjuk dan Sopia hanya menurut tanpa banyak tanya. Dia sebenarnya ingin bertanya mobil milik siapa ini karena setaunya, Emil tidak memiliki mobil.

Begitu telah masuk ke dalam mobil, Emil membuka ponselnya. "Oke udah masuk. Kalo gitu lihat foto apa yang gue kirim udah masuk atau belum."

Dia langsung mengirimkannya kepada Sopia. Padahal Elena yang memberikan uang lebih banyak belum dirinya kasih.

Sopia dengan rasa penasaran yang begitu tinggi langsung membuka pesan dari Emil. Dadanya seakan sangat sesak bagaikan duri yang menusuk.

Pelupuk matanya mengeluarkan setetes demi setetes air. "Ini beneran, Mil?"

"Beneranlah! Emang segabut itu gue edit?" Emil melihat reaksi Sopia yang nampak kacau. Pasti dia tidak menyangka jika laki-laki yang sangat dia cintai melakukan hal ini.

"Lo tau ini kapan?" Sopia menatapnya ingin tau lebih banyak.

Emil berpura-pura berpikir. "Hm ... kapan yah? Lo pikir kapan? Gue dapat vidionya aja waktu dia ngecup, kan? Berati sebelum Alana mati dong." Dengan begitu santai dia mengatakannya yang membuat Sopia malah menampar wajah Emil.

Plak!

"Lo kenapa gak bilang sejak kejadian sama gue, Mil! Lo itu teman gue!" Dia marah kepada Emil lebih dari apapun. Duke adalah laki-laki yang sangat ia cintai.

Emil merasa kesal ketika Sopia menamparnya. Tapi, dia tidak menampar balik. "Gimana lagi, Duke aja kasih gue uang tutup mulut selama ini."

"Lo emang gak pantas buat dipanggil teman!" Sopia semakin marah karena Emil menutupi rahasia sebesar ini. "Lo kan tau gue secinta apa sama Duke! Gue berasa jadi orang bodoh tau gak!"

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang