"Jadi lo mengaaku kembaran Alana?"
~~~~~
Elena langsung menguncir rambutnya dengan tergesa dan dia berlari menuruni tangga. Dibukanya pintu rumah dan ia mendapati laki-laki yang tidak asing lagi. "Lo? Kenapa tau alamat gue?"
"Pikun lo? Lo kan pernah ngasih tau alamat rumah ke gue." Delano mengingatkannya.
"Ngapain ke sini kalo gitu? Udah jam sembilan mending lo pergi aja." Usir Elena kepada Delano. Iia tidak ingin melihat laki-laki ini datang ke rumahnya.
"Ibu gue tinggal sama lo, kan? Gue mau ketemu sama ibu gue," ucap Delano karena dia tidak lagi melihat ibunya saat terakhir di rumah sakit.
Elena mengerti akan hal itu. Ingin menolaknya tapi Delano adalah anaknya. "Masuk dulu kalo gitu." Dia akhirnya mengizinkan Delano untuk masuk ke dalam rumah.
Delano tidak mengerti mengapa Elena memilih tinggal di rumah ini. Padahal rumah satunya begitu besar dan modern. Namun, tentu saja Delano memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tau saja.
"Gue cek dulu tante Dela udah tidur atau belum." Elena kemudian langsung masuk ke dalam untuk menemui Dela.
"Tante? Kenapa di dapur?" Elena melihat dia yang ada di sana.
"Tante haus. Oh yah, gimana kabar anak tante? Tante belum jenguk dia lagi soalnya kata kamu, dia udah gak di rumah sakit, kan?" Dela sebenarnya ingin menemui anaknya tapi dia tidak tahu tempat tinggalnya juga. Jadi, hanya menahan rindunya kembali kepada Delano.
Elena tersenyum sepertinya rasa rindu Dela akan terobati. "Mending kita ke depan dulu tan." Dia yang tidak langsung memberitahukannya.
"Kenapa gak jawab, Elena? Delano sekarang gimana?" Sebagai seorang ibu tentu dia khawatir. Apalagi anaknya baru saja keluar dari rumah sakit.
Elena menuntun Dela ke ruang tamu. "Kita ke depan dulu nanti aku kasih tau."
Dia akhirnya menurut dan mengikuti langkah kaki Elena. Begitu tiba di ruang tamu Dela terkejut melihat siapa yang datang.
"Delano?" lirihnya tapi masih bisa di dengar oleh Delano.
Delano berdiri dan mendekati ibunya. Ia memeluk tubuh wanita yang paling ia sayangi. "Gimana kabar mamah?"
Dela mengusap punggung anaknya. "Seharusnya mamah yang nanya ke kamu, El. Kamu sekarang gimana? Apa kamu udah sehat datang ke sini malam-malam?"
Delano melepaskan pelukan ibunya. "Udah, tenang aja."
"Tante, El. Duduk aja kalian biar aku buatin minuman dulu. Lo mau minum apa El?" tawarnya yang sengaja memberikan mereka waktu untuk mengobrol.
"Air putih aja." Delano tidak mau merepotkan Elena.
"Tante mau minum apa? Biar aku buatkan." Elena juga tidak lupa menawarkan kepada Dela.
Dela menggelengkan kepala sambil mengulas senyuman. "Tante kan bisa ambil sendiri. Udah ambilin aja buat El," ucapnya merasa senang karena Elena begitu baik.
Elena kemudian pergi untuk mengambil minuman. Sedangkan Delano mulai berbicara serius kepada ibunya.
"Mah, apa mamah udah nyaman sama Elena?" Delano tidak mau ibunya terus ada di sini. Apalagi dia sudah berbuat jahat kepada Elena. Rasanya sangat memalukan.
"Nak, Elena sangat baik sama mamah dan mamah udah angap dia seperti anak mamah." Dela memberitahukan kepada Delano betapa ia menyayangi Elena. "Mamah tidak mau kalo kamu sampai menyakiti dia apalagi membuatnya menangis." Pesan Dela kepada anaknya.
Delano menjadi mengingat semua kesalahannya. Namun, ia tetap menganggukkan kepala. "Iya, El gak akan buat dia nangis."
"El, ke sini mau jemput mamah. Mamah ayo tinggal sama El. Sekarang kitakan udah bisa kumpul lagi." Delano mengajak ibunya tinggal bersama. Lagian mereka sudah lama berpisah jadi Delano ingin tinggal bersama.
Ekhm
Deham Elena yang tiba disaat tidak tepat waktunya. "Maaf, ini minuman kalian. Aku masuk dulu kalo gitu." Dia merasa tidak enak tapi Dela menghentikannya.
"Elena duduk aja sayang. Memangnya kita ini apa? Kamu udah tante anggap seperti anak sendiri." Dela menyuruh Elena untuk duduk saja. Lagian ini juga rumah Dela. Kenapa ia yang harus pergi.
Elena menurut untuk duduk dan ia memilih diam untuk mendengarkan saja.
"Jadi, gimana? Ikut El aja sekarang. Kita tinggal bersama." Delano tidak mau merepotkan Elena.
"El, mamah gak bisa pergi sama kamu. Elena itu perempuan dan dia cuma tinggal sendiri saja di sini. Bagaimana kalo terjadi sesuatu sama dia? Mamah mau lindungi Elena." Dela ingin membalas kebaikan Elena yang telah menolongnya.
"Gak begini juga caranya mah. El bakal lindungi Elena lagian mamah mau repotin Elena terus?" Delano melirik Elena sebentar dan kembali menatap ibunya.
"Gue gak ngerasa direpoti sama mamah lo, kok El." Elena justru senang karena ada Dela yang menemaninya.
"El, Elena ini sama seperti kita. Keluarga Elena meninggal karena dibunuh dan ayah kamu juga meninggal karena dibunuh. Sayangnya, Elena tidak tau siapa yang sudah bunuh keluarganya. Mamah kasihan sama Elena, apa kamu mau bantu cari tau pembunuh yang udah bunuh keluarganya, Elena?" Dela malah meminta anaknya untuk membantu Elena. Tanpa tau kalo Delano juga terlibat.
Elena dan Delano saling menatap dalam waktu yang cukup lama dengan pikirannya masing-masing.
'Apa yang akan tante lakuin kalo tau El juga terlibat sama pembunuhan Alana., adik aku.' Elena tersenyum begitu tipis hingga tidak ada yang tau.
"El, kamu harus janji akan jagain Elena dan bantu dia temukan siapa pembunuhnya." Dela tau kalo selama ini Elena mencari tau tentang pembunuh keluarganya.
Delano dengan helaan napas panjang menganggukkan kepala. "Iya mamah tenang aja."
Sejak tadi Dela terus menguap dan Delano menyadari kalo ibunya telah mengantuk. "Mamah masuk aja kalo udah ngantuk."
Dela memang sudah tidak tahan lagi dan ia akhirnya memilih untuk segera tidur.
Kini tersisa antara Delano dan Elena sekarang. "Katakan sama gue gimana lo bisa bantu buat nyari tau siapa pembunuhnya?"
Elena berpura-pura tidak tau siapa pelakunya di depan Delano. Meskipun Delano tau kalo sebenarnya Elena hanya mengujinya saja.
"Lo maunya bantuan seperti apa? Katakan aja. Gue pasti bantu lo." Delano ingin menebus kesalahannya meskipun ia sendiri yang menjadi pelaku tapi apa boleh buat.
"Serius kalo gue katakan lo bisa bantu?" Elena meremehkannya dan dengan mantap Delano mengangguk.
"Kalo gitu jadi saksi buat semua teman lo. Kalo mereka semua bersalah atas kematian Alana." Elena mengatakan tiba-tiba tanpa menutupinya.
Delano dibuat tercengang. Dia tidak menyangka dengan Elena yang berani mengatakan dengan jelas. "Oh, jadi lo mengakui kalo lo kembaran Alana?"
"Benarkan? Lo gak akan mungkin bisa mau membantu gue. Mending pura-pura gak tau aja karena gue tetap akan memasukkan kalian semua." Janji Elena tepat di depan wajah Delano.
"Lo nantangin gue? Gue bisa lakuin apa aja buat balas kebaikan lo, Elena. Lo udah mempertemukan gue sama mamah gue." Delano tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi, ia takut jika harus hidup di sel tahanan.
Tawa lepas keluar dari mulut Elena. "Lo kalo gak bisa tepati janji gak usah bicara gitu," tukasnya tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano & Elena
أدب المراهقينElena Elizabet, gadis yang harus mengungkap banyak rahasia tentang kematian kembarannya dan juga orang tuanya sendiri. Menyamar sebagai gadis culun untuk mencari tau kebenarannya malah membuat dia terjebak dengan cinta seorang yang selamanya tidak b...