13. Diketahui Delano

36 13 0
                                    

Sebuah misi kadang memerlukan penyamaran, tetapi dalam setiap langkah, ingatlah bahwa integritas adalah kompas yang tidak boleh hilang.

~~~


Elena terpaksa menuruti kemauan Delano untuk memasuki mobilnya. Meskipun dia harus meninggalkan motornya di sekolah. Dia hanya diam tidak banyak bicara berbeda dengan Delano yang terus melemparkan pertanyaan.

"Gue masih kasih lo kesempatan sebelum kita sampai. Lo sebenarnya gak cupu, kan?" Delano bertanya dengan nada yang mengandung keingintahuan mendalam, tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

Di dalam hati, Elena berpikir. 'Ternyata dia gak menyerah juga. Lagian, kenapa dia harus begitu kepo tentang gue?' Dengan bibir yang rapat, Elena memilih diam, menolak untuk membuka suara.

"Wah, lo bener-bener berani, ya. Lo kayaknya nggak takut sama gue sama sekali. Apa lo yakin setelah gue bawa lo ke firlop, lo bakal aman?" Delano menatap Elena sekilas, tatapannya tajam seperti mata pedang.  Perempuan ini masih saja diam tidak mau menjawab apapun.

Kini sampai di halaman parkir firlop yang dimana Elena pernah datang ke sini saat dia memergoki Chloe yang tengah bertengkar.

Mereka tidak langsung turun karena Delano kembali bertanya untuk terakhir kalinya. "Jangan ngemis ke gue minta tolong setelah lo masuk ke sana." Suaranya penuh dengan peringatan.

Elena menggigit bibir bawahnya, memikirkan bagaimana cara untuk menavigasi situasi ini. Semuanya terasa seperti berantakan sebelum dimulai. Ia bahkan tidak tahu apa yang ada di dalam firlop, sebuah misteri yang menggelayuti benaknya.

"Oke, aku akan katakan, tapi aku punya syarat," Elena mengajukan tawaran, berusaha memanfaatkan situasi sebaik mungkin.

Alis kirinya menukik ke atas mendengar dia meminta syarat. "Syarat?"

"Iya, aku akan mengatakannya jika kamu menuruti syarat dariku." Elena menegaskan, matanya penuh kewaspadaan.

'Sial! Baru kali ini ada orang yang benar-benar susah untuk gue perintah.' Delano mencengkeram stir mobilnya dengan marah. "Katakan saja apa syaratnya."

"Apa jaminanya? Bagaimana kalo kamu malah mengabaikannya?" Elena tidak mudah untuk dibodohi. Dia harus waspada dengan apa yang di depannya.

"Katakan saja apa syaratnya!" Delano malah menjadi penasaran dengan syarat yang diberikan oleh Elena.

Elena menatapnya dengan tatapan tajam, seolah ingin membedah setiap lapisan di balik wajah Delano. "Kasih tau apa yang sudah kamu bisikan sama Chloe sampai wajah dia pucat." Dia kini menatap Delano serius. Melihat apa laki-laki itu akan berbohong kepadanya atau tidak.

Delano terdiam, menatap Elena dengan penuh perhatian. Ia mulai yakin bahwa Elena mempunyai alasan kuat untuk membenci Chloe.

"Jadi lo mau tau jawabannya? Oke, gue dari sini udah tau kalo lo emang bukan orang yang culun dan tujuan lo masuk ke sekolah ini pasti karena Chloe, bukan?" Delano dengan tebakannya.

Dengan gerakan cepat, Delano mendekatkan tubuhnya ke Elena. "Gue tau lo masuk ke kelas gue cuma buat cari tau sesuatu. Lo gak bisa sembunyikan ini dari gue."

Elena tiba-tiba tertawa lebar dan mendorong tubuh Delano yang membuat laki-laki itu langsung terdorong duduk di kursinya kembali. "Karena lo udah tau buat apa gue sembunyikan ini semua. Benar bukan?"

Dia melepaskan kacamatanya dan menatap Delano dengan seringai tajam. "Gue gak nyangka lo bakal ikut campur urusan gue. Padahal gue gak kenal lo. Ternyata lo orang yang suka ikut campur urusan orang lain."

Delano merasa kemarahannya memuncak. Dia mencengkeram lengan Elena dengan kuat, seolah ingin mengekspresikan kemarahannya dengan lebih tegas. "Jangan kurang ajar sama gue, sialan!"

Elena tidak gentar sedikit pun. "Kenapa? Faktanya memang seperti itu. Lo ikut campur urusan gue," suaranya dingin, seolah menyimpan kebencian mendalam.

Delano menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Oke, gue akui gue terlalu ikut campur urusan lo. Gue cuma penasaran kenapa lo nyamar sampai sejauh ini buat berurusan dengan Chloe. Apa lo sebenci itu sama dia?"

"Jadi benar kalo lo pindah sekolah cuma mau cari tau tentang dia? Punya urusan apa lo sama dia? Sampai nyamar jadi anak culun." Delano penasaran. Padahal sejak dulu dia tidak pernah ikut campur urusan orang lain.

Bahkan dia terkenal bodo amat dan tidak pernah peduli. Namun, entah mengapa dirinya menjadi penasaran tentang urusannya.

"Udah gue bilang lo gak perlu ikut campur urusan gue. Apa dengan lo tau gue bukan culun itu kurang?" Elena menatapnya tajam.

"Gue bakal bantu lo," ucapan Delano terdengar singkat dan datar tapi dia mengatakannya dengan serius.

"Apa? Bantu gue?" Elena tertawa lebar tidak percaya. Bagaimana bisa dirinya akan menerima bantuan dari Delano sedangkan laki-laki itu juga terlibat dengan kematian kembarannya.

"Oh yah? Sayangnya gue gak percaya. Gimana dong?" Elena tersenyum tipis dan dia membuka pintu mobil. "Gue udah kasih tau siapa gue jadi biarin gue pergi."

Kemudian Elena segera turun dari mobil Delano. Dia sudah memesan taksi sejak tadi jadi tidak heran jika dia langsung pergi menjauh dari tempat ini.

•••••

Di tempat lain, kemarahan memuncak di ruang kerja seorang pria dengan rambut putih. "Sialan! Apa yang kalian lakukan? Kenapa sampai wanita gila itu bisa kabur?!" teriaknya, menghancurkan segala barang di sekelilingnya dengan kemarahan yang membara.

Anak buahnya yang berambut gerondong merasa takut, dengan gemetar mereka melaporkan, "Maaf, pak. Kami sudah mencari ke mana-mana."

Dia menghantam punggung anak buahnya dengan balok kayu, amarahnya tak tertahan. "Apa kalian ingin mati? Cepat cari lagi!"

"Baik, pak!" Dia pergi dengan anak buah lainnya.

"Sialan! Kalo seperti ini aku tidak bisa mendapatkan berlian merah delima itu!"

Dia terlihat tengah mengetik sesuatu dan tidak lama terdengar suara seseorang.

'Cepat temui aku sekarang juga!' Dia tidak menunggu lawan bicaranya menjawab dan langsung mematikkan teleponnya sepihak.

Berlian merah delima itu sangat penting karena nilai jualnya sangat tinggi. Dia tidak mau kehilangannya. Apalagi minggu depan ada pelelangan berlian yang biasa diadakan dua tahun sekali oleh orang-orang dari penjuru dunia sekalipun.

"Waktunya hampir dekat aku harus segera temukan berlian itu secepatnya!" Dia berbicara sendiri sambil berpikir kemungkinan besar berlian itu dimana. "Sial! Laki-laki itu sembunyikan berliannya dimana?"

Waktu itu dirinya hanya sekali melihatnya dan itu sudah dari tiga tahun yang lalu.

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang