9. Misi Balas Dendam

52 22 0
                                    

Saat seseorang jatuh, mungkin kita tak bisa melihat jalan keluar untuk mereka, tapi dengan tangan yang kita ulurkan, kita bisa menjadi cahaya yang mereka butuhkan.

~~~

Elena memandang setiap foto yang terpampang di dinding. Dari fotonya Chloe, Emil, Sopia yang kemungkinan juga terlibat serta Delano. Kini, fot-foto mereka telah menjadi fokus perhatiannya.

Tangannya menyilangkan wajah Chloe di fotonya yang menjadi pelaku utama dari semua ini. "Chloe, gue akan cari bukti kalo lo adalah dalang dari kematian Alana."

"Sopia ... apa lo juga terlibat sama kematian Alana?" Elena masih tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Dia saja baru memulai hari pertamanya yang tidak disangka banyak lika-liku yang dia hadapi. Untung saja Elena juga berhasil kabur dari dua teman Delano.

"El, laki-laki itu sepertinya memang berbahaya." Elena mengatakannya sambil mengingat kejadian tadi siang. "Gue ditolongin dia dua kali tapi dia bikin gue takut."

Elena mencari informasi tentang laki-laki itu di media sosial, tetapi tidak menemukannya. "Masa sih di zaman sekarang ada orang yang tidak main sosial media?" pikirnya bingung.

Rasa bosan mendorongnya keluar malam itu. "Gue lupa belum beli motor. Mungkin sekalian mampir ke showroom saja?" Keputusan itu membawanya menuju showroom.

Saat sampai di showroom, dia memilih vespa matic warna kuning kesukaannya. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Chloe bersama seorang pria berusia sekitar tiga puluh tahun.

Segera Elena memakai maskernya karena Chloe pasti akan mengenal wajahnya bukan sebagai Elena yang culun tapi dirinya yang sudah membuat mobil dia berubah warna.

"Mas, apa kamu yakin akan membelikan aku mobil ini?" tanya Chloe sambil melingkarkan tangannya di pinggang pria itu.

"Apapun buat kamu asal kamu bisa puasin aku." Dia berkata sambil mencubit hidung Chloe dan memberikan ciuman di pipinya.

Elena terkejut dan merasa jijik melihatnya. "Dasar murahan," gumamnya pelan.

Dia tersenyum di balik maskernya. "Gue bakal buat lo semalu-malunya, Chloe." Dengan tangan mengepal penuh dendam.

Elena tentu tidak perlu alasan lagi untuk memberikan perhitungan kepadanya. Karena jelas sekali saat nama Chloe dan Emil terdengar di hari kecelakaan orang tuanya.

Tentunya dia sengaja memperlama memilih motor yang akan dia beli supaya setelahnya bisa mengikuti mereka pergi.

Setelah melewati satu jam, akhirnya Elena sudah keluar dari showroom dengan dirinya yang sudah di dalam mobil yang dia pesan secara online untuk mengikuti Chloe dan kekasihnya pergi. "Gila banget emang. Di sekolah ngemis-ngemis seakan-akan dia cinta El ternyata cuma bohongan." Dia berbicara dengan isi kepalanya sendiri.

"Pak, ikuti aja mobil merah itu tapi jangan sampai ketahuan ya." Elena memerintahkannya dan matanya terus menatap ke depan. "Pak, cepat jangan sampai ketinggalan!" Dia khawatir karena harus melakukan sesuatu untuk mempermalukan Chloe nanti.

"Awas di depan!!!" Chloe berteriak hingga mobil yang dia tumpangi berhenti mendadak.

Citttt!

"Maaf, neng ... maaf." Sopir itu meminta maaf dan menekan klakson dengan keras.

Titttt

Titttt

"Heh! Sana jalan jangan menghalangi mobil saya!" Sopir itu kesal karena ibu-ibu itu malah menatap ke arahnya dengan wajah ketakutan.

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang