Emil menatap penuh kepada Elena dengan penasaran. Apa benar dia adalah kembaran Alana? Tapi, bagaimana mungkin. "Katakan siapa lo sebenarnya!"
Elena mendongakkan kepalanya menatap balik Emil. Air mata yang membasahi wajahnya, dia hapus. "Iya, gue kembaran Alana dan gue adiknya yang datang buat penjarain lo semua!"
Deg
Deg
Jantung Emil berpacu lebih cepat dari biasanya. Apa dia tidak salah dengar? "Alana cuma anak tunggal! Itu pasti gak benar!"
Elena melangkah mendekati Emil. "Apa semua kurang jelas? Hidup kalian semua hancur setelah adanya gue!" Lalu dia tertawa penuh dengan keras. Hingga ruangan yang dipenuhi debu terasa semakin mengerikan. "Gue ... gak terima kalian perlakukan Alana dengan kasar bahkan buat dia sampai mati!" Suaranya melengking memecahkan gendang telinga Emil.
"Maaf ... gue minta maaf. Lagian semuanya udah masa lalu," ucapnya dengan tidak tau diri.
Mendengarnya justru membuat Elena marah. Dia menarik kasar rambut Emil. "Apa lo bilang masa lalu? Lo pikir orang mati bisa hidup lagi!"
"Dan gue juga tau Emil ... kalo lo yang udah bunuh orang tua gue! Karena lo, Chloe, dan Sopia! Orang tua gue meninggal!" Elena kembali dipenuhi dengan emosi. Dia kembali mengingat dengan jelas saat ia mendengar suara teriakan ibunya.
Emil sangat takut dan tubuhnya menegang. Mengapa Elena juga bisa tau kalo dirinya, Sopia, dan Chloe yang membunuh mereka. "Elena ...."
"Stop! Lo gak perlu bicara apapun! Gue ... atas nama orang tua gue sendiri! Gak akan pernah biarin lo semua hidup tenang!" Dia menunjuk wajah Emil. "Gue bersumpah akan buat kalian masuk penjara seumur hidup!"
Emil menggelengkan kepalanya tidak mau. Dia masih muda dan memiliki hidup yang masih panjang. "Gue ... khilaf, El ... tolong jangan lakukan ini sama gue. Semua ini rencana Sopia, dia yang menyarankannya! Gue gak salah!"
Emil masih ingat saat Sopia sendiri yang menyarankannya untuk membunuh mereka. "Elena ... lo harus percaya gue dan yang nabrak mobil orang tua lo waktu itu juga suruhan Chloe."
"Tapi, lo tetap salah! Gue heran bukannya lo semua ngerasa bersalah malah makin gak punya hati! Apa perlu gue ganti hati lo pakai hati ayam sekalian!" Elena tidak tau mengapa mereka begitu kejam kepada keluarganya. Padahal sudah membunuh Alana tapi mereka malah membunuh orang tuanya juga.
"Apa yang harus gue lakukan biar lo maafin gue, Elena?" Emil memohon kepadanya.
"Gak ada! Gak ada kata maaf buat seorang pembunuh seperti lo!" Mana mungkin Elena akan memaafkan Emil yang sekaligus telah membunuh tiga orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Jadi, mending lo harus tetap dengarkan perkataan gue atau lo akan tau akibatnya," ucap Elena sembari mengambil napas dalam-dalam.
'Seandainya gue tau dari awal lo itu kembaran Alana. Gue gak akan mau kerja sama bareng lo!' Emil merasa terjebak oleh permainan Elena. Bukannya ia merasa menyesal dan bertaubat malah tidak terima.
"Gue mau lo jawab semua pertanyaan gue tanpa lo tutup-tutupi. Mengerti?" Elena menoleh langsung dengan tajam.
Emil menganggukkan kepala penuh takut.
"Jawab gue jangan cuma diam!" Elena tidak mau dengan bahasa isyarat. Dia harus mengeluarkan suaranya.
"Iya, gue ngerti." Jantung Emil terus berdetak begitu cepat.
"Bagus, karena lo udah tau. Pertanyaan pertama, siapa dari kalian yang suka ambil foto atau vidio?" Elena akan mencari bukti atas kematian keluarganya. "Jawab aja lama atau lo mau mereka hiduo bebas sedangkan lo gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano & Elena
Teen FictionElena Elizabet, gadis yang harus mengungkap banyak rahasia tentang kematian kembarannya dan juga orang tuanya sendiri. Menyamar sebagai gadis culun untuk mencari tau kebenarannya malah membuat dia terjebak dengan cinta seorang yang selamanya tidak b...