21. Ciuman

38 12 0
                                    

Ciuman itu telah direnggut

~~~


Mata Emil melirik ke arah Elena yang sudah berdiri di luar kelas. Dia mengacungkan ibu jarinya ketika Emil sudah mulai menjalankan rencananya.

'Aduh, semoga berhasil. Kenapa gue takut banget,' doanya dalam hati sambil menelan saliva yang terasa kering di tenggorokan.

Chloe memberikan ponselnya untuk Emil menscan nomornya. "Nih."

Seketika itu Elena masuk dan memanggil nama mereka berdua. "Chloe! Sopia! Lo dicariin guru bk tadi suruh ke sana sekarang," ucap dia yang kini masuk ke dalam kelas.

"Gue? Sama Sopia? Ngapain perasaan gak nyari masalah," Chloe menderu malas.

"Iya mau ngapain?!" tanya Sopia dengan tatapan bingung, seperti burung hantu yang baru bangun tidur.

Elena mengedikkan bahunya. "Udah sana lo buruan ditunggu katanya penting," ujarnya, berusaha menyuruh Chloe pergi tanpa ponselnya.

Sopia menatap Chloe dengan cemas, seolah menunggu keputusan dari kapten kapal. "Gimana, nih, Chloe? Kita harus ke sana?"

Chloe sepertinya enggan menjawab, tapi Elena langsung menyela. "Ya pergi aja! Lo pikir siapa yang nyuruh? Dia guru lo!"

"Santai aja dong! Lagian gue gak nanya lo!" Sopia kesal, merasa Elena terlalu ikut campur dalam urusan mereka.

"Buruan lo udah scan belum?" Chloe menatap Emil ketika dia akan pergi ke guru bk.

"Sabar, ya. Lagian, lo tinggal ke sana aja. Ponsel lo aman di sini, nggak bakal ada yang nyuri," Emil berusaha meyakinkan Chloe, berharap dia akan setuju.

"Ya udah, Chloe. Biarkan aja. Kayak ada rahasia besar," ucap Sopia sambil menarik tangan Chloe, membawanya pergi dengan cepat.

Melihat mereka pergi, Elena dan Emil saling bertukar tatapan penuh makna. Mereka tidak bisa berbicara secara terbuka, takut akan ketahuan oleh mata-mata yang tidak diundang.

Emil segera menyelam ke dalam file video, mencari apa yang diminta oleh Elena. 'Elena sialan ngasih gue syarat kayak naruh gue di kandang singa aja,' gerutunya dalam hati, keringat dingin mengalir di tengkuknya.

"Banyak banget video-nya. Gimana gue bisa nyari? Masa harus buka satu per satu?" gerutunya, seolah menghadapi labirin yang tak berujung.

Jarinya terus menggulir video ke bawah hingga menemukan satu video dengan thumbnail yang mencurigakan, seolah menggoda dengan janji tersembunyi. "Kayak orang—"

Matanya membelalak saat melihat video tersebut. Ternyata, apa yang dikatakan Elena benar dan dia benar-benar terkejut. Namun, dia cepat-cepat mengirimkan video itu ke nomornya sendiri, seperti menemukan harta karun tersembunyi. "Mampus lo, Chloe. Senang sekali gue punya kartu as lo."

Setelah mengirimkannya dan menyelesaikan misinya, Emil kembali ke mejanya, berpura-pura sibuk dengan ponsel barunya, seolah itu adalah alat untuk melawan waktu sebelum Chloe dan Sopia kembali.

"Elena! Sialan lo bohongin kita?!" teriak Chloe, dengan amarah membara, belum sampai di kelas sudah meluapkan kemarahannya.

Brak!

Dia memukul pintu kelas saat sampai dan menatap Elena dengan tatapan penuh api. "Lo mau nyari masalah sama gue?!" Dia melangkah kasar menuju meja Elena, seolah siap menghadapi badai. "Maksud lo apa bohongin kita?" Chloe menarik kerah seragam Elena, seolah ingin menarik jawabannya dari sana.

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang