44. Bukan Sulap Bukan Sihir

19 3 0
                                    

Sudah dua hari dan Chloe sendiri telah dibebaskan dari sel tahanan karena bukti yang didapat kurang kuat. Sedangkan Emil sendiri juga masih berada di ruang bawah tanah.

Emil juga tidak tau dimana keberadaan Elena. Mengapa dia menghilang dan tidak lagi datang untuk menemuinya. Padahal dia akan membawanya ke polisi.

"Ferdian! Dimana Elena? Kenapa dia tidak datang menemui gue!" Emil bertanya kepada Ferdian. Dia sudah tau namanya karena Elena yang sering memanggil nama Ferdian.

Ferdian tidak menjawab apapun dan iia juga sebenarnya tengah kebingungan mencari keberadaan Elena. Dia tidak tau akan diapakan orang tua Emil dan Emil sendiri.

Dia keluar dari ruang bawah tanah dan segera memberikan kabar ke seseorang.

'Gue gak tau dimana Elena sekarang. Dia menghilang dua hari ini.'

'Sial! Bagaimana bisa! Apa lo gak bisa menjaga Elena sedikitpun!'

Setelah itu, dia mematikannya dan segera mencari keberadaan Elena meskipun berbeda negara. Dia adalah Sandy, kakak dari Elena.

"Kurang ajar, siapapun yang udah culik adik gue. Gue gak akan biarin lo lepas!" Sandy tidak mau kehilangan adiknya lagi. Sudah cukup dia kehilangan adik pertamanya dan orang tuangnya.

Sandy, akhirnya memilih untuk turun tangan sendiri dan ia segera memilih untuk pulang ke negara asalnya. Dimana ia akan menyelamatkan Elena.

Selama dalam perjalanan di pesawat. Sandy terus melacak keberadaan adiknya. Ia juga telah menelpon jendral dari kepolisian untuk langsung menangani masalah ini.

Untung saja ia mengenal dekat dengan jendral dari kepolisian. Jadi, akan dengan mudah untuk Sandy meminta bantuan.

Sesampainya mendarat. Sandy juga disusul oleh beberapa mobil dari polisi langsung. "Dimana atasan mu sekarang." Dia bertanya dengan penuh karismatik begitu masuk ke dalam mobil kepolisian.

"Beliau sudah menunggu anda di kantornya."

Sandy yang mendengarnya hanya memilih untuk diam. Hingga akhirnya sampai di tempat.

Jendral dari kepolisian itu bahkan benar-benar memperlakukan Sandy begitu baik. "Pak Sandy, sebuah kehormatan anda datang dan meminta bantuan langsung kepada kami."

"Langsung saja saya tidak ingin berlama-lama di sini. Bagaimana dengan adik saya?" Sandy sebenarnya bisa saja menyuruh adiknya duduk diam tanpa membalas dendam kepada mereka.

Karena dirinya bisa dengan mudah meminta kepada mitra bisnisnya ini.

"Kami akan segera ke sana bersama anda, pak. Sudah saya temukan dimana adik bapak," ucapnya dan mereka tidak menunggu waktu lama langsung menuju ke tempat lokasi Elena ditahan.

•••••

Elena mendapatkan kekerasan selama dia disekap oleh Delano dan kedua temannya. Ternyata selama ini Delano memang tidak pernah berubah. Dia selamanya akan suka dengan kekerasan.

"Lo pikir gue akan tunduk sama lo karena lo udah selamatin mamah gue!" Dia menarik rambut Elena kasar berkali-kali. "Dasar bitch!"

"El, kita harus gimana sama dia? Udah dua hari ini kita tahan." Maxwel tidak tau akan diapakan Elena.

"Max, kita bersenang-senang aja sama perempuan ini! Dia bisa kita nikmati tubuhnya," ucap Duke yang kini mendekat dan membelai wajah Elena. Jika diperhatikan wajah Elena memang mirip dengan Alana yang membuat Duke berpikir gila untuk menikmatinya.

Maxwel bangkit dari tempatnya duduk. "Lo pikir gue ini lo? Udah deh, Duke. Kita kalo mau sakiti dia, sakiti aja gak perlu sentuh Elena!"

Delano mendengarnya tertawa miris. "Max, lo yakin gak mau sama perempuan secantik dia?"

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang