8. Berlian Delima Merah

57 24 1
                                    

Dalam setiap kesulitan ada pelajaran berharga.

~~~

Elena benar-benar merasa frustasi menghadapi ketiga laki-laki yang baru saja membawanya ke dalam gudang. "Mereka pikir siapa mereka? Anak presiden sekalipun tidak akan memperlakukan orang seperti ini!" pikirnya dalam hati.

Saat ini, Elena lebih memilih duduk di kelas dan menghadapi tugas yang membosankan ketimbang harus terjebak dalam situasi seperti ini. Namun, ketidaknyamanan itu menjadi lebih terasa ketika dia berhadapan dengan seorang laki-laki bernama 'El,' yang namanya mirip dengan namanya sendiri.

Jika berurusan dengan gengnya Chloe, Elena mungkin masih bisa menghadapinya. Namun, menghadapi Delano terasa seperti menghadapi tembok beton yang kokoh.

"Culun!" Chloe berteriak dengan nada penuh kemarahan. "Lo habis kemana sama El?!" Matanya yang tajam penuh dengan rasa penasaran yang tak tertahan.

Elena yang tadi akan membuka buku untuk mengerjakan tugas membuatnya mendongakkan kepala. "Aku?"

Sopia menggelengkan kepalanya dan mencoba membuat suasana semakin panas. "Waduh, Chloe. Dia segala nanya aku lagi. Memangnya lo ngajak bicara sama hantu apa."

"Chloe kayaknya orang-orang yang duduk di meja ini semuanya memang menyebalkan dan pantas buat lo kasih perhitungan." Emil mengatakannya membuat Elena menatapnya tajam.

"Memangnya siapa?" Elena bertanya penasaran.

Sopia tertawa sinis. "Lo nanya? Nggak usah kepo atau lo bakal mati kayak dia."

Chloe menatap Sopia dengan tajam. "Sopia! Lo bisa diam gak sih?" Kemarahannya semakin memuncak, terutama saat membahas Alana.

Darah yang mengalir dalam tubuh Elena seakan berhenti. Dia benar-benar merasa kaget dan tidak menyangka. Jadi, kembarannya juga duduk di sini?

Apa mereka juga memperlakukan Alana sama kejamnya? Lalu, semua teman kelasnya ini apa gunanya mereka? Mengapa mereka hanya menyaksikan sebagai penonton tanpa ada yang menolongnya.

"Culun! Kenapa lo malah ngelamun?" Emil menatap Elena dengan tatapan aneh.

Chloe menarik rambut kepala Elena. "Jawab gue cepat! Lo sama El habis kemana!"

"Aku gak kemana-mana," jawab Elena jujur. "Aku hanya dibawa ke gudang dan dia melepaskanku setelah itu."

Chloe melepaskan tarikan rambutnya dengan marah. "Terus dia ngomong apa sama lo?"

"Gak ada, dia cuma diam dan mengusir aku pergi." 

"Awas aja lo berani dekati cowok gue! Lo bakal selamanya berurusan sama gue culun!" Chloe memperingatkan dengan nada mengancam.

Lagian jika Elena mau juga dia sudah menjauhi Delano. Tapi, laki-laki itu sendiri yang berinisiatif mendekatinya untuk dirinya disiksa.

"Duke, gue gak nyangka ternyata dia jago bohongin orang." Maxwel bicara di samping telinga Duke karena kebetulan mereka sudah di kelas dan melihat sendiri Elena yang berbohong kepada Chloe.

Duke membenarkan ucapan Maxwel. "Kenapa dia gak bilang aja kalo El siksa dia buat dibawa ke firlop yah?"

"Ya, itu dia. Kenapa gak jujur? Kalau iya, berarti dia gak sebodoh yang kita kira," Maxwel memberikan opini.

Ketika bel berbunyi semua siswa kelasnya mengumpulkan tugas dan tentunya Chloe menarik buku Elena untuk diganti menjadi miliknya.

"Sini punya lo!" Chloe dengan kasar.

Elena terkejut saat Chloe menarik bukunya. "Kenapa kamu ambil? Aku gimana?"

"Nanya sama gue? Mikirlah emang gue pikirin!" Chloe menjawab dengan acuh tak acuh. Dia pergi untuk menyerahkan buku itu kepada ketua kelasnya. "Nih punya gue awas aja lo kalo aduin ke wali kelas. Habis lo sama gue!" ancamnya.

Elena tidak akan membiarkan Chloe mendapatkan apa yang dia mau. Dia tidak akan membiarkan Chloe mengumpulkan tugas miliknya yang hanya diganti namanya saja.

Ketika bel pulang berbunyi, Elena segera menuju ruang guru untuk menyelesaikan sesuatu. Namun, langkahnya terhenti oleh Duke dan Maxwel.

"Lo mau kemana? Lo harus pergi sama kita," kata Duke, tidak membiarkan Elena pergi.

Elena menghela napas panjang, merasa frustrasi. "Aku harus pergi sebentar."

"Gak! Emangnya kita bodoh? Lo pasti mau kaburkan?" Maxwel menjawabnya.

"Aku serius mau ke toilet buat BAB. Kalian mau ikut emangnya?" Elena mencoba beralasan.

"Yaudalah biarin aja Max," balas Duke yang malas sekali harus menunggunya BAB.

"Yaudah sana pergi jangan lama-lama."

Elena segera melakukan sesuatu supaya tidak ada orang yang melihatnya.

Dia mengambil buku salinannya di dalam tas. Untung saja dia menulis di dua buku jadi dia bisa menjebak Chloe.

'Ibu maaf sebelumnya, tolong perhatikan tulisan saya ini soalnya Chloe mengambil buku tugas saya dan mengatas namakan miliknya.' Elena mencatat tulisan kecil dibagian bawah lembar tugasnya. "Rasain lo!"

•••••

"El! Kamu mau bohongin saya? Ini berlian merah delima palsu!" Dia begitu marah dan melemparkan pisau kecil hingga mengenai wajah Delano.

Delano menahan rasa perih di wajahnya dan hanya bisa menahan emosinya. "Saya pikir kamu bisa berguna, tapi percuma! Kerjaanmu seperti anak TK saja!" hina dia lagi.

"Maaf, pak. Saya tidak tau kalo itu palsu." Selama ini Delano selalu menuruti kemauan dia. Tapi, baru saja dirinya melakukan kesalahan tidak ada toleransi sama sekali.

"Maaf? Kamu bilang! Saya kehilangan enam miliar karena kamu!" Dia kemudian membanting semua barang di tempat kerjanya. "Apa kamu tidak mau tau yang sebenarnya El? Atau kamu udah gak peduli lagi?"

"Pak, tentu saya mau tau tapi tolong beri saya waktu buat mencarinya lagi."

"Pekerjaanmu memadai. Lebih baik kamu pergi saja dari sini!" Usir dia dan Delano tidak mau.

"Pak, selama ini saya sudah melakukan semua yang Anda mau. Saya hanya ingin tau kebenaranya tapi anda tidak pernah memberitahukannya!" Delano akhirnya berbicara dengan nada tinggi kepadanya.

"Karena apa yang kamu lakukan untuk saya masih kurang El! Kamu memangnya tidak tau apa kalo berlian merah delima ini bukan sembarang berlian!" Dia kecewa dan tidak bisa berharap dengan Delano. "Saya pikir kamu orang yang pintar dan bisa bekerja dengan baik. Percuma juga kamu menghilangkan dua nyawa kalo berlian yang kamu dapatkan palsu!"

"Semua gak ada yang percuma pak. Saya yakin akan dapatkan berlian itu tapi bapak harus janji untuk mempertemukan saya dengan ibu saya." Delano tidak ingin dirugikan.

"Kamu pikir anak kecil seperti kamu bisa memerintah saya? El, ingatlah siapa yang sudah menjadikan kamu seperti sekarang!" Jika bukan karenanya Delano akan menjadi laki-laki yang tidak bisa apapun.

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang