Sopia yang tengah bersantai di tempat tidurnya tiba-tiba dia didatangi oleh polisi membuatnya sangat terkejut. "Apa bu? Polisi nyariin aku?"
"Iya! Kamu ada masalah apa sampai dicariin polisi?" Ibu dari Sopia mengatakannya membuat Sopia langsung beranjak dari tempatnya tidur.
Sopia segera turun untuk memastikannya. Ia menatap ibunya dengan panik yang hanya mengikutinya dari belakang. "Bu bagaimana ini? Ibu temui saja polisi itu."
"Enggak Sopia, mereka ingin bertemu sama kamu." Ibunya segera memaksa anaknya. "Temui polisi itu cepat kalau kamu tidak merasa bersalah seharusnya tidak apa, kan?"
Sopia menggelengkan kepala tetap menolaknya. Ia sangat takut bertemu polisi karena mengingat kesalahannya sendiri. "Nggak mau pokoknya ibu harus temui polisi itu dan jangan bilang kalau aku ada di rumah."
"Apa kamu benar melakukan sesuatu sampai tidak mau bertemu dengan polisi itu? Katakan sama Ibu dulu baru ibu akan temui polisi itu."
Sopia memohon kepada ibunya dan ia memegang kedua telapak tangan ibunya. "Aku janji akan cerita sama ibu tapi Ibu harus temui mereka dulu."
Dengan menghela napas panjang, wanita berkepala empat itu segera menemui polisi. "Mohon maaf Pak ternyata anak saya tidak ada di rumah."
"Memangnya kenapa kalian ingin menemui Sopia anak saya." Sekali lagi ia bertanya penuh penasaran.
"Kami tidak bisa mengatakannya sekarang jika ibu ingin tahu maka ibu harus datang ke kantor polisi dan katakan di mana anak ibu berada." Dengan tegas polisi itu mengatakannya membuat ibu dari Sopia sedikit takut karena telah berbohong.
"Saya juga tidak tahu Pak di mana anak saya." Wanita itu terus membohonginya.
Polisi yang terus berbicara dengan ibunya Sopia melirik ke arah temannya. Bermaksud untuk mengeceknya ke dalam. "Kalo begitu kami meminta izin untuk mengeceknya sendiri apakah anak ibu ada di dalam atau tidak."
Wanita bernama Sandra itu menghalanginya. "Tidak bisa begitu dong Pak ini rumah saya jangan seenaknya. Apa kalian tidak percaya dengan perkataan saya? Saya bahkan bisa melaporkan kalian ke kantor polisi atas dasar menerobos rumah orang tanpa izin!"
"Baik kalau Ibu tidak ingin mengizinkan kami maka jangan salahkan kami jika Ibu juga terkena sanksi karena menghalangi tugasnya polisi."
Sandra mendengarnya begitu bingung dan ia menelan salivanya dengan susah payah. Bagaimana ini? Apakah ia akan membiarkan polisi itu masuk atau tidak. Tapi, bagaimana dengan anaknya nanti jika polisi itu melihat Sopia.
Dengan terpaksa Sandra mengizinkan polisi itu untuk mengeceknya sendiri ke dalam rumah. "Silahkan kalo begitu masuk saja!"
Namun, polisi lain melihat Sopia yang sudah berlari ke arah luar. "Komandan dia lari keluar!"
"Kalau gitu cepat kejar dia jangan sampai dia kabur!"
Mereka berdua mengejar Sopia yang tengah mencoba lari dari mereka berdua.
Lain lagi dengan Chloe yang saat ini tengah menikmati kediamannya dengan penuh bahagia. Chloe merebahkan tubuhnya di tempat tidur miliknya. "Enak juga tidur di sini ternyata."
Cekrek
"Ayah? Kenapa tidak ketuk pintu dulu baru masuk?" Ia terkejut ketika tiba-tiba ayahnya masuk ke dalam bersama dengan ibunya.
"Chloe, ingat sekarang kamu tidak boleh melakukan apapun. Ayah sama ibu akan terus memantau kamu!" Ibu dari Chloe mencoba untuk memperingati anaknya supaya tidak terjadi kejadian seperti ini dua kali.
"Jika saja ayah tidak memberikan kamu pengacara hebat itu. Mungkin kamu sudah masuk ke dalam penjara!" Ayahnya tentu tidak mau melihat anaknya masuk ke dalam penjara. "Kamu akan ayah kirim ke luar negeri dan sekolah di sana!"
Chloe tidak peduli yang penting ia tidak masuk ke dalam penjara.
"Ayah mengeluarkan kamu ke dalam penjara karena kamu memang tidak terbukti menyembunyikan teman kamu itu. Tapi, jika kamu melakukan kesalahan satu kali lagi. Ayah tidak akan pernah membantu kamu dalam hal apapun. Ingat itu!"
Chloe menganggukkan kepalanya dengan santai. "Iya ...."
Tok tok
Seorang pelayan datang dan dia mengetuk pintu sebelumnya.
"Ada apa bu?"
"Maaf, pak, buk, di luar ada dua polisi mencari mbak Chloe." Pelayan dari desa itu mengatakannya membuat mereka bertiga saling menatap.
"Ada apalagi ini? Bukannya Chloe sudah ditentukan tidak bersalah?" Sang ayah yang penasaran segera keluar untuk menemuinya.
Diikuti oleh ibu dari Chloe dan Chloe sendiri yang memang lebih penasaran.
"Ada apa lagi ini? Kenapa kalian mencari anak saya?"
"Iya, ada apa? Anak saya sudah jelas tidak bersalah, kan?" Ibu dari Chloe angkat bicara.
"Maaf atas kedatangan kami tiba-tiba. Tapi, di sini kami akan menangkap Chloe karena permasalahan yang berbeda."
Kedua orang tua dari Chloe tentu merasa terkejut. Memangnya anaknya ini salah apa sampai ada dua polisi yang datang mencarinya.
"Masalah berbeda?
"Kami akan menjelaskannya di kantor polisi dan izinkan kami untuk membawanya langsung."
Chloe memberontak ketika polisi itu menangkapnya. Tapi, tetap saja Chloe tidak bisa lepas dari mereka karena tangannya langsung diborgol dan membawanya langsug ke kantor polisi.
Begitu sampai di kantor polisi Chloe sangat terkejut ketika melihat ada temannya di sana. "Sopia? Lo di sini juga?" Ia merasa heran.
"Ini semua gara-gara lo!" Sopia malah langsung menyalahkan Chloe.
"Apa maksud lo? Gue aja belum tau apapun." Anehnya Chloe belum diberi tau kesalahannya.
"Kematian Alana." Dua kata itu mampu dipahami oleh Chloe.
Matanya melebar. "Alana? Bagaimana mungkin memangnya siapa yang sudah melaporkan kita?"
"Lo pikir gue tahu? Gue juga belum tahu siapa yang sudah melaporkan ini semua. Tapi, katanya besok sidang untuk kita." Sopia memberitahukannya.
"Sidang? Lalu kenapa cuma kita berdua yang ditangkap di mana Emil, dan ketiga laki-laki itu?" Chloe tentu tidak mau membusuk di sel tahanan sendiri.
Sopia mengedikan bahunya tidak tau apapun.
Sementara itu, kini orang tua dari Chloe sudah menghadap polisi ingin tau semua permasalahan anaknya.
"Katakan kenapa anak saya dimasukkan ke sini lagi? Apa salah anak saya!" Ayahnya sangat marah tentunya.
"Mohon tenang dulu pak. Anak bapak terbukti melakukan pembunuhan."
Istri dari ayahnya Chloe memegangi dadanya merasa sesak. Apakah semua yang terjadi sama anaknya tidak cukup? Kenapa dia kembali mendengar kabar buruk?
"Pembunuhan?" Ayahnya bertanya tidak percaya. Tidak mungkin anaknya melakukan tindakan kriminal.
"Iya, benar dia melakukan pembunuhan berencana dan bukan satu kali saja tapi dua kali yang menyebabkan tiga orang meninggal."
"Tiga orang? Meninggal karena anak saya?" Seorang ayah mana yang tidak sedih mendengarnya. Ia bahkan tidak sanggup untuk berbicara apapun. Tidak mau mempercayainya tapi polisi itu mengatakan telah memiliki bukti.
"Iya, dia meninggal dan mereka satu keluarga." Polisi itu memberitahukannya. "Jika kalian tidak percaya bisa datang ke sidangnya besok pukul tiga sore."
Sang ayah dari Chloe menganggukkan kepalanya saja dan membawa istrinya untuk pergi. Ia tidak tau harus melakukan apa. Baru saja dia mengatakan kepada Chloe jika ia melakukan kesalahan lagi maka dirinya tidak akan pernah peduli.
Semua itu belum ada satu jam dan semuanya di luar perkiraan. Bahkan lebih dari apa yang dibayangkan. Ia tidak bisa membela anaknya lagi jika sudah seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/372547542-288-k986583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano & Elena
Ficțiune adolescențiElena Elizabet, gadis yang harus mengungkap banyak rahasia tentang kematian kembarannya dan juga orang tuanya sendiri. Menyamar sebagai gadis culun untuk mencari tau kebenarannya malah membuat dia terjebak dengan cinta seorang yang selamanya tidak b...