Sebuah rahasia yang tidak dikeahui siapapun. Pada akhirnya akan terbongkar.
~~~~~
Emil yang membaca pesan dari Duke merasa sangat kesal. Dia berharap Duke bisa memberinya uang tapi malah membalasnya seperti ini. "Oke, kalo lo gak mau kasih uangnya. Gue bakal kasih tau ke Sopia."
Emil sudah tau kalo mereka berdua telah pacaran kembali. Mungkin dengan cara ini, dia bisa mendapatkan uang dari Sopia. Apalagi Sopia sangat mencintai Duke.
Senyumnya mengembang ketika melihat mobil Sopia keluar dari gerbang sekolah. Dia berlari untuk segera menghadangnya.
Sopia menurunkan kaca mobilnya dan bersungut marah. "Lo mau mati? Kenapa halangi jalan gue? Minggir!"
Emil mendekati Sopia dengan senyum penuh arti. "Gue perlu bicara penting sama lo."
"Lo pikir gue mau? Sorry, gue gak bisa berteman sama orang pengkhianat seperti lo." Sopia menolaknya langsung dengan sarkas. Dia lupa telah mengirimkan pesan kepada Eil untuk menemuinya.
Hal itu membuat Emil menggertakkan giginya kesal. "Gue dijebak."
"Munafik," balasnya tidak mau mendengarkan ucapan Emil.
"Oke, kalo lo gak percaya no problem. Tapi, ada satu hal yang harus perlu lo tau tentang Duke." Dia tau caranya, supaya Sopia mau mendengarkannya. Makanya dia langsung menyebutkan nama Duke.
"Duke? Cepat masuk kalo gitu!" Sopia langsung menyuruh Emil untuk masuk ke dalam mobilnya.
Sopia kemudian menjalankan mobilnya dan dia bertanya sambil menyetir. "Ada apa sama pacar gue?"
"Dimana dia sebelumnya? Gue gak lihat dia keluar dari sekolah?" Emil tidak bisa langsung mengatakannya. Ia mencari kkeberadaan Duke.
"Dia di rumah sakit. Trio pentolan semuanya gak masuk karena El masuk rumah sakit." Tetap saja Sopia memberitahukan semua langsung kepada Emil karena bagaimanapun dia berteman dalam waktu yang lama.
Emil terkejut mendengarnya pantas saja dia menunggunya tidak ada. "Chloe sendiri gimana?"
Sopia melirik ke arah Emil. "Sebenarnya lo mau kasih tau tentang Duke atau mau wawancarai anak kelas?"
"Gue juga mau tau keadaan sekolah gimana. Gue gak bisa masuk soalnya gue diusir dari rumah." Emil yang malah curhat kepada Sopia.
"Bukan urusan gue." Sopia tidak mau mendengarkan apapun dan dia tiba-tiba mendengar suara perut Emil. "Gue mau ke rumah sakit dan sekalian beli makan buat mereka yang di sana. Lo mau ikut?" Dia menawarkannya karena Sopia merasa kasihan dengan Emil. Dirinya tahu betl kalo Emil pasti tengah menahan lapar.
Dia tau seperti apa kehidupan dari Emil. "Jawab gue."
Emil menganggukkan kepalanya. Dia tau kalo Sopia memang orang yang baik meskipun ucapan yang keluar dari mulutnya terkadang sangat menusuk. "Gue ikut."
•••••
Maxwel rasanya ingin menyumpal mulut Duke dengan kain lap. "Haha, bercanda dia, Elena. Gak usah diseriusin."
Duke menganggukkan kepalanya merasa canggung dengan tawa. "Iya, gue cuma bercanda aja."
Elena tetap ingin membahasnya sampai dimana dia akan berbohong. "Tapi, gue emang pernah dengar kalo ada anak kelas yang namanya Alana dan dia udah mati."
Duke sangat takut kali ini. Dia lupa kalo di sini ada orang lain. Dirinya bingung harus mengatakan apa.
"Kenapa diam? Atau itu emang perbuatan lo?" Elena kali ini langsung menyudutkannya dengan begitu serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano & Elena
Teen FictionElena Elizabet, gadis yang harus mengungkap banyak rahasia tentang kematian kembarannya dan juga orang tuanya sendiri. Menyamar sebagai gadis culun untuk mencari tau kebenarannya malah membuat dia terjebak dengan cinta seorang yang selamanya tidak b...