"Gimana kalau lo jadi kekasih pura-pura gue?"
Udara malam membungkus lapangan olahraga dengan kelembutan yang menyejukkan, seperti selimut lembut di malam yang tenang. Delano, bersama kedua temannya, melayang di atas lapangan basket, setiap gerakannya bagaikan tarian seorang penari ulung, dengan dribble yang lincah dan tembakan yang melesat ke ring, seolah bola basket adalah bagian dari dirinya.
Mereka bercakap-cakap sambil bermain, mengalir seperti aliran sungai yang damai.
"El, kenapa pagi tadi lo cium Elena? Lo beneran naksir dia?" tanya Duke, matanya penuh rasa ingin tahu yang tajam.
Pertanyaan itu menghentikan permainan Delano seketika, seperti langit mendung yang tiba-tiba menyelimuti sore. "Suka? Gue lakuin itu karena gue marah dia bilang gue bajingan."
Maxwel sendiri berhasil merebut bola basket dan dia yang menciptakan poin pertama. Dia kemudian mendekati mereka berdua dan ikut mengobrol. "Tapi, gak biasanya. Lo bahkan cium dia lama sama kasar banget. Gue kasihan lihat Elena."
"Dia marah banget sama lo, El. Gue yakin dia juga bakal jadi bahan perbincangan seluruh anak SMA Sembilan Enam. Bukan cuma itu aja dia bakal dibully sama Chloe." Duke ikut mengimbuhi ucapan Maxwel karena dia rasa Delano sudah membuat Elena masuk ke dalam jurang.
Delano hanya tersenyum dingin, senyum yang seolah membekukan malam. "Sejak kapan kalian peduli soal Elena? Siapa pun yang berani menentang atau melawan gue pantas mendapatkan perlakuan seperti itu."
Setelah mengucapkan kata-kata tajam tersebut, Delano pergi meninggalkan kedua temannya, seolah meninggalkan badai di belakangnya.
Maxwel dan Duke duduk kembali, Maxwel memilih untuk bersandar pada kesejukan malam. "Biarin aja dia kayaknya lagi ada masalah sendiri."
Duke mengangguk setuju, raut wajahnya menunjukkan keheranan. "Gue masih gak nyangka dia bakal cium sebrutal itu ke Elena. Padahal masih lingkungan sekolah. Oke, gue biasa aja kalo dia cium Elena. Tapi, masalahnya dia cium Elena di kelas dan banyak siswa lain yang lihat."
"Dan videonya juga udah menyebar ke seluruh penjuru dunia maya," ucap Maxwel dengan napas panjang. "Dari awal gue udah curiga, El penasaran banget sama Elena. Mungkin dia suka?"
Duke tertawa lebar, seolah-olah mendengar lelucon. "Ngaco lo! Udahlah, mending kita fokus cari tahu tentang kembaran Alana. Kita harus segera mengungkapnya."
Maxwel merebahkan tubuhnya, mengerutkan dahi. "Gue rasa gak mungkin dia punya kembaran. Gue tahu El gak mungkin berbohong, tapi sampai sekarang, gak ada tanda-tanda aneh."
"Kematian Alana udah lama, dan kalau dia punya kembaran, pasti ada tanda atau teror yang dirasakan. Jadi, mending gak usah dipikirin," kata Duke, seolah melepaskan beban dari pundaknya.
•••••
Delano menuju ke sebuah minimarket untuk membeli minuman bersoda. Namun, matanya memincing ketika melihat seseorang yang tak asing lagi. "Ngapain dia di sana?"
Alih-alih masuk ke minimarket, Delano mendekati sosok itu dengan langkah tegas. "Ekhm," dehamnya seakan menggema di malam sunyi, saat ia duduk di dekat Elena.
"Lo? Gak punya malu duduk di sini?" Elena menegur dengan nada dingin, seperti angin malam yang menusuk.
Bukannya meminta maaf, Delano malah menawarkan sesuatu dengan nada santai. "Gimana kalau lo jadi pacar pura-pura gue?"
Elena terkejut, suaranya melengking seolah melawan malam. "Apa! Lo gak waras?"
"Gak malu lo dilihat banyak orang?" Delano mengeluarkan membalas ucapannya ketika Elena berteriak, seolah-olah menyebar api di malam yang sejuk.
"Lo gak ada otak atau gimana? Lo udah ambil first kiss gue dan sekarang minta gue jadi pacar pura-pura lo?" Elena merasa emosinya bagaikan lautan yang mengamuk, terombang-ambing antara marah dan frustrasi.
Delano bertepuk tangan dengan penuh kepuasan. "Kejutan banget, jadi itu first kiss lo? Gue harus gimana, senang atau—"
Elena menghela napas panjang, suaranya penuh keputusasaan. "Bisa gak lo diem? Lo bisa gak sehari aja gak bikin gue emosi?"
"Makanya lo jadi pacar pura-pura gue." Delano tetap memaksa dan dia tidak akan pergi sebelum berhasil.
Elena menatap Delano dengan mata penuh dingin, wajahnya bagaikan dinding es. "Dengan gak jadi pacar pura-pura lo aja gue bakal kena hujat karena lo tadi pagi dan sekarang lo mau bikin gue kena hujat sama fans-fans fanatik lo? Belum lagi Chloe yang kaya orang gila," cerca Elena. Dia ingin hidup tenang dengan rencananya.
"Kalo lo jadi pacar gue pasti mereka gak akan hujat lo. Gue bakal lindungin lo," ucap Delano seakan pahlawan bagi Elena.
"Ogah! Gue bisa lindungi diri sendiri lagian lo cuma di depan aja kelihatan baik. Kalo cuma kita berdua, lo bakal siksa gue kaya waktu-waktu itu." Elena menjawab, ingatannya masih segar akan perlakuan buruk Delano.
"Gak dong. Gue janji bakal perlakuin lo seperti ratu." Delano dengan janji yang seperti omong kosong di tengah malam.
Elena tahu betul, janji Delano adalah ilusi belaka. "Gak!" teriaknya, memilih pergi padahal dia ingin menenangkan dirinya setelah kekacauan semua ini. Tapi, malah bertemu dengan serigala bertaring dua.
"Jangan pergi sebelum lo terima gue," ucap dia yang berhasil menahan lengan tangan Elena untuk tidak pergi.
Bagaimana bisa Elena menerimanya untuk jadi pacar pura-pura dia? Sedangkan Delano adalah pelaku yang sudah melecehkan saudara kembarnya.
"Lagian waktu itu gue juga udah bilang ke Chloe, kan kalo lo cewek gue? Jadi, terima aja tawaran gue," ucap dia sekali lagi membuat Elena hanya menatapnya datar dengan penuh dingin.
Delano ini memang tipikal orang yang tidak pernah peduli perasaan orang lain. Hingga berapa kalipun Elena mengatakan kata 'tidak' tak pernah didengarkan olehnya.
"Oke, lo diam artinya iya." Delano bahkan setelah mengatakannya dia tetap memasang wajah datar. "Rumah lo dimana?"
"Rumah? Buat apa? Mau bakar rumah gue?"
"Ck, bodoh juga ternyata lo. Besok pagi gue jemput biar berangkat sekolah bareng."
Kirain apa ternyata hanya untuk menjemputnya saja. "Gak perlu gue bisa naik motor sendiri."
"Jangan bantah, gue gak suka penolakan." Delano tidak mau seseorang menolaknya.
"Dan gue gak suka pemaksaan jadi gak usah maksa," ketusnya tidak mau kalah.
Senyum nakal terbit dari wajah tampan Delano. Dia memajukan wajahnya hendak untuk mencium Elena kembali. "Kalo lo gak mau tunjukin rumah lo dimana. Gue cium lo di sini."
Ancaman darinya membuat Elena sangat trauma. Delano saja berani mencium dirinya di kelas. Jadi, ada kemungkinan dia berani menciumnya di tempat seperti ini. Persetan dengannya memang!
"Oke! Di jalan xxxx nomor xxx!" Kemudian Elena mendorong tubuh Delano untuk menjauh darinya.
Tangannya mengacak surai kepala Elena. "Nah gitu dong jangan nunggu gue marah."
"Besok gue jemput lo jadi jangan coba-coba berangkat dulu," ucapnya lagi yang kemudian langsung pergi begitu saja dan melupakan tujuan dia untuk pergi ke minimarket.
![](https://img.wattpad.com/cover/372547542-288-k986583.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Delano & Elena
Novela JuvenilElena Elizabet, gadis yang harus mengungkap banyak rahasia tentang kematian kembarannya dan juga orang tuanya sendiri. Menyamar sebagai gadis culun untuk mencari tau kebenarannya malah membuat dia terjebak dengan cinta seorang yang selamanya tidak b...