30. Ibu

34 9 0
                                    

Apa ini beneran ibu? Aku kangen sekali sama ibu.

~~~~~


"Delano?" Dela berkata lirih ketika melihat siapa yang ada di depannya. Dia melangkah mendekat ke brankar. "Jadi, ini kamu, nak?" Air matanya membasahi wajahnya seketika.

Bagaimana bisa dia tidak menangis ketika anak yang sejak dulu dia ingin jumpai. Akhirnya bertemu kembali setelah sepuluh tahun yang lalu.

Elena yang mendengar hal itu juga sangat terkejut. Jadi, selama ini dia bersama dengan ibu dari pembunuh kembarannya?

Dia juga yang telah menolongnya dan menyembuhkannya? Bagaimana bisa semuanya terjadi? Rasanya Elena ingin menangis sekencang-kencangnya.

Dela sudah dia anggap sebagai ibunya dan dirinya juga sudah menyayangi Dela. Wanita itu begitu baik hati dan berbeda dengan Delano.

"Kenapa lo bisa sama ibunya, El?" Maxwel bertanya lirih dan dia langsung mengajaknya keluar.

Biarkanlah mereka berdua di dalam ruangan.

"Mana gue tau. Gue aja gak tau itu ibunya. Lagian semalam lo juga lihat gue bawa tuh wanita kan? Kenapa lo gak langsung katakan dia ibunya?" Elena juga bingung harusnya Maxwel mengatakannya.

Maxwel menggelengkan kepala. "Gue juga gak tau dan gue aja baru tau tadi."

"Apa? Ibunya El? Mana?" Duke yang mendengar suara mereka terbangun.

"Wanita yang donorin darahnya buat El. Dia ibunya," ucap Maxwel memberitahu.

Duke sangat terkejut dan dia juga sangat senang. "Seriusan dia ibunya? Kok lo bisa bawa ibunya El?" Matanya menatap Elena ingin tau.

"Gue gak tau apapun." Elena baru ingat kalo waktu pertama bertemu dengannya. Dela sempat mengatakan kalo suaminya sudah meninggal dan dia tidak tau dimana anaknya.

Apa selama ini mereka berdua tidak pernah bertemu? Apakah mungkin orang yang telah memisahkan mereka adalah orang yang sama menyiksa Dela?

"Lo berdua juga temannya masa gak tau apapun."

Maxwel dengan helaan napas panjang mengatakan sebenarnya. "Gue gak tau apapun soal keluarga dia meskipun kita teman dekat."

"Iya, gue juga meskipun gue sama El teman dari SMP bahkan gue gak tau dimana rumahnya, siapa keluarganya. Dia misterius." Duke ikut memberitahukan kepada Elena tanpa sadar.

Membuat Elena tiba-tiba menjadi penasaran akan sosok Delano. Laki-laki itu memang sangat misterius dan dia ternyata selama ini menyembunyikan kesedihannya.

"Rumah aja lo berdua gak tau?" Elena tidak yakin akan hal ini.

"Kita emang gak tau karena dia selalu pulang ke firlop. Dia benar-benar jarang pulang ke rumahnya," ucap Duke kembali kepada Elena.

Apakah Delano tidak mau pulang ke rumah karena alasan itu. Alasan karena dia pasti akan sedih mengingat orang tuanya?

'Kata Bu Dela jika dia lapor polisi anaknya yang akan disakiti bukan? Sebenarnya siapa orang yang telah melakukannya? Kenapa dia sangat kejam.' Elena yang berbicara sendiri dengan pikirannya.

•••••

Delano pelan-pelan membuka kelopak matanya. Samar-samar dia melihat cahaya di depannya dan saat pertama kali membuka matanya. Dia melihat wanita tua yang selama ini dia rindukan dan dirinya cari.

"I ... bu?" Delano kaget karena bagaimana bisa dia ada di depannya seperti ini.

Apakah ini mimpi? Jika ini memang mimpi maka Delano tidak mau bangun dari mimpinya sama sekali.

Dela menganggukkan kepalanya dan dia menyentuh wajah putranya. "Iya, nak. Ini ibu."

"Apa ini mimpi?" Untuk pertama kalinya Delano menangis. Dia meneteskan air matanya tanpa sadar.

Dela menggelengkan kepalanya. "Enggak ini bukan mimpi, El. Ini beneran ibu."

Kemudian Dela langsung memeluk anaknya di balas oleh Delano. Mereka benar-benar melepaskan rindu yang selama ini mereka tahan.

"Bagaimana ibu ada di sini? Apa ibu tau kalo aku sakit?" Delano sangat bahagia hari ini.

Dia tidak menyangka begitu membuka matanya melihat wanita yang sangat dia rindukan. Wanita yang sangat dia sayangi dan wanita yang selamanya ada di hatinya.

"Semua ini karena Elena. Dia yang mempertemukan ibu sama kamu." Dela mengatakan yang sebenarnya kepada Delano.

Delano yang mendengarnya mengernyitkan dahi tidak mengerti maksudnya. "Elena, bu? Bagaimana bisa?"

"Bukannya ibu disekap sama Om Rizal?" Delano tentu tidak mengerti.

Rizal adalah adik dari almarhum ayahnya. Dia rela melakukan sesuatu demi merebut semua harta kekayaan orang tuanya. Dia ingin menguasai semuanya meskipun dengan menyakiti keluarganya sendiri

"Iya ibu memang disekap sama laki-laki jahat itu di bawah tanah. Tapi, satu bulan yang lalu ibu berhasil kabur dan Elena yang menolong ibu. Elena ...." Dia menangis begitu menceritakannya membuat Delano menggenggam tangan ibunya. "Elena selama ini yang merawat ibu bahkan dia yang menyembuhkan ibu dari depresi."

"Nak. Elena, perempuan yang begitu baik sama ibu. Jadi, ibu minta kamu jagain dia selalu dan jangan pernah sakiti dia." Dela sudah sangat menyayangi Elena dan menganggap dia anaknya sendiri. "Pikirkan saja jika dia bukan orang baik pasti dia tidak akan menolong ibu bahkan tidak akan membiarkan ibu tinggal di rumahnya. Penampilan ibu seperti orang gila nak waktu bertemu dengan Elena untuk pertama kalinya. Tapi, dia mau menolong ibu tanpa pikir panjang."

Delano yang mendengar semua itu seperti ditampar oleh realita. Mengapa harus Elena yang menyelamatkan ibunya?

Rasa bersalah yang begitu besar membendung hatinya. Bagaimana dia bisa meminta maaf nantinya? Elena yang telah menyelamatkan ibunya dan menolong ibunya. Tapi, apa yang telah dia lakukan?

Delano rasanya seperti tidak pantas untuk mendapatkan maaf darinya.

"Delano ... kamu kenapa malah sedih?" Dela melihat wajah anaknya yang nampak murung.

Dia tersenyum langsung. "Gapapa. Aku masih gak menyangka akan bertemu dengan ibu sekarang."

"Dimana Elena, bu?" Delano ingin bertemu dengan dia sekarang.

"Dia ada di luar sama dua teman laki-laki kamu." Dela memberitahukannya. "Ibu panggilkan dulu kalo begitu." Dela berdiri dan dia memanggil Elena untuk masuk ke dalam ruangan.

"Elena," panggil Dela yang sudah berdiri di samping Elena.

"Iya, kenapa?" Elena terkejut ketika tiba-tiba dia ada di sampingnya.

Dela memeluk tubuh Elena langsung dengan rasa bahagia yang tidak tertahankan. "Terima kasih, nak. Karena kamu ibu sama Delano bisa bertemu lagi."

Elena melepaskan pelukannya dan dia menatap Dela. "Delano anak ibu?"

"Iya, dia anak ibu." Dela tidak henti-hentinya tersenyum. "Delano mau bertemu sama kamu. Sana masuk," ucap Dela menyuruhnya.

"Gak dulu deh bu. Bukannya ibu sama Delano baru aja ketemu." Elena merasa tidak enak.

"Gapapa tadi ibu sudah mengobrol banyak sama Delano." Dia kemudian menyuruh kembali Elena untuk masuk ke dalam. Ia juga menatap ke arah teman laki-laki anaknya. "Kalian temannya Delano juga, kan?"

Maxwel dan Duke menyalami tangan Dela. "Iya tante. Kita temannya, El."

"Ya udah sana kalian ikut masuk." Dela melihat kalo mereka berdua ini menunggu sejak malam. "Kalian bertiga masuk dan tante belikan kalian makan."

"Gak perlu tan nanti kita bisa beli sendiri."

Delano & ElenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang