Ketigabelas

149 9 0
                                    

Setelah datang ke pemakaman Sayuri, istri Giyuu. Sanemi dan Hitomi kembali ke rumah mereka. Sanemi pulang hanya untuk minum, kemudian pergi untuk datang ke makam keluarga Kocho. Hitomi hanya terdiam tanpa bertanya apapun kepada suaminya. Ia biarkan Sanemi melakukan hal-hal yang diinginkannya

Sama seperti Giyuu yang setiap hari mengunjungi gadisnya. Sanemi juga datang berkunjung untuk menemui cintanya. Bedanya, Sanemi lebih sering datang ke makam dan sesekali ke altar. Sedangkan, Giyuu lebih sering datang ke altar dibanding ke makam. Tidak jarang mereka berdua bertemu entah itu di altar Butterfly Estate ataupun di makam keluarga Kocho, seperti sekarang ini, Sanemi sedikit terkejut menemukan Giyuu yang sedang duduk bersimpuh di depan altar Kocho bersaudara

Menurut Sanemi seharusnya Giyuu berada di rumah. Karena istrinya baru saja meninggal, tetapi justru yang dilihatnya adalah Giyuu berada di depan altar Kanae dan Shinobu

"Apa yang kau lakukan disini, Tomioka baka? Seharusnya kau ada di depan altar istrimu", ujar Sanemi dengan nada sedikit tinggi

"Sudah ku lakukan. Aku disini untuk mengunjungi Shinobu. Hari ini aku belum mengunjunginya. Dia pasti merindukan ku", balas Giyuu datar

"Haaahh.. Dasar bodoh", ujar Sanemi sebelum memejamkan mata. Ia berdo'a untuk Kanae yang pastinya sedang berbahagia di sana, sedangkan dirinya disini hanya bisa berharap untuk segera menyusul Kanae agar ia bisa menggenggam erat tangan tersebut yang bahkan belum pernah ia genggam sebelumnya. Sanemi gagal bahkan sebelum ia mencoba

"Harusnya kau tidak disini, Shinazugawa. Kasihan istrimu", ujar Giyuu memecah konsentrasi Sanemi yang sedang berdo'a

"Aku tidak ingin mendengar kalimat seperti itu dari pria brengsek yang bahkan gagal memperhatikan istrinya", ucap Sanemi masih dalam keadaan memejamkan mata

"Oh? Seperti kau tidak saja", balas Giyuu dengan nada menyindir. Sanemi tidak menjawab. Ia sibuk berdo'a. Lagipula Giyuu benar. Ia juga pria brengsek yang gagal memperhatikan istrinya sendiri, karena sibuk meratapi kematian wanita lain

Hening selama beberapa saat, sampai akhirnya Sanemi memutuskan untuk memecah keheningan dengan suaranya yang berubah serak

"Salah kah? Salah kah jika aku masih mencintai Kanae hingga sekarang? Bahkan rasa cinta ku terhadap darah daging ku sendiri tidak ada apa-apanya dibanding rasa cinta ku pada Kanae", ucap Sanemi dengan suaranya yang serak dan mata yang berkaca-kaca

"Shinazugawa, apa kau ingat? Dulu kau pernah berkata padaku bahwa Kanae dan Shinobu akan bersedih jika kita meratapi kematian mereka. Sepertinya kau tidak bisa menetapi ucapanmu ya", Giyuu mengatakannya dengan nada datar, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia juga merasakan hal yang sama seperti Sanemi

Tidak lama kemudian, terdengar suara isak tangis pelan dari kedua pria tersebut. Mereka bukan menangisi istri dan anak mereka. Melainkan menangisi dua wanita yang sudah lama tidak ada di dunia ini. Air mata mereka yang sudah lama mereka tahan, perasaan sesak yang sudah lama mereka sembunyikan dari orang-orang di luar sana. Akhirnya mereka lampiaskan malam ini. Di depan altar kekasih mereka yang telah pergi

Rasa sakit itu masih ada dan terus selalu ada. Obatnya hanya satu, bertemu dengan mereka yang sudah pergi.. Tapi itu tidak mungkin. Karena, mereka yang sudah pergi tidak akan pernah bisa kembali. Kecuali, jika Sanemi dan Giyuu memutuskan untuk menyusul mereka

To be continued

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang