Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Giyuu yang sudah duduk di bangku kerjanya tiba-tiba dihampiri oleh Sayuri dan Sanemi. Ketiganya terdiam. Sebelum akhirnya Sayuri membuka percakapan di antara mereka
"Tomioka-sensei, saat kau melihat kami. Sepertinya kau terkejut. Apa kau tahu kami?", tanya Sayuri
Giyuu menatap datar Sayuri, mengangguk. Ia jawab, "ya, aku ingat semuanya"
Sanemi yang mendengarnya lantas berkata, "pulang sekolah lebih baik kita bicara. Ngomong-ngomong senang melihat mu lagi, Tomioka. Walaupun wajah brengsek mu itu tetap tidak berubah", wah wah Sanemi. Baru juga ketemu sudah kasar saja. Dasar tidak berubah, cibir Giyuu dalam hati
"Ya, terserah. Wajah kriminalmu juga tidak berubah. Aku heran kenapa sekolah menerima orang seperti mu menjadi guru mereka disini", balas Giyuu kalem sambil mengeluarkan peralatan kerjanya yang sekiranya ia butuhkan
"Sudah, sudah. Lebih baik Tomioka-sensei ke gerbang sekolah. Kau juga ditunjuk sebagai guru kedisiplinan siswa", ucap Sayuri
"Baiklah, aku pergi dulu", Giyuu melangkah keluar dengan wajah santai. Samar-samar ia dengar Sanemi mengatakan, "dia ada disini sebagai siswa". Ketika mendengar hal tersebut wajah santainya berubah kaku dan jantungnya berdegup kencang. Bahkan rasanya ia dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri
Setelah sampai di gerbang sekolah. Ia membawa pedang kayu milik ekskul kendo dan juga buku siswa untuk mencatat siswa-siswa yang pakaiannya tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Wah ini mah otw jadi guru yang dibenci siswa :).
Masih ada waktu dua puluh menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi dan ada ada saja kelakuan remaja zaman sekarang. Giyuu mendesah, sudah banyak anak yang ia catat karena penampilan dan kelakuannya yang membuatnya tidak habis pikir. Seperti Tanjiro, Inosuke, dan Zenitsu. Giyuu tidak terkejut melihat Inosuke dan Zenitsu. Bagaimanapun juga leluhur mereka sejak dulu selalu bersama. Tidak heran kalau keturunannya juga bersama. Hanya saja. Tingkah mereka seperti tidak ada yang berubah. Seperti kau berubah saja. Dasar Tomioka
Tiba-tiba saja jantung Giyuu berdetak keras. Ada perasaan yang mendesaknya untuk terus melihat ke arah gerbang sekolah. Terus dan terus ia lihat. Sampai...
*tap
Langkah kaki seseorang terdengar olehnya. Seolah kebisingan yang ada disekitarnya terserap oleh hal lain sehingga tidak ia pedulikan. Satu-satunya hal yang ia pedulikan adalah pemilik langkah kaki tersebut. Ya! Di sana! Ada wanita yang ia tunggu selama puluhan tahun. Wanita yang ia tangisi kematiannya. Wanita yang sering menghabiskan malam panas bersamanya. Wanita yang selalu ia rindukan. Wanita yang namanya selalu ia ucapkan dalam setiap do'anya. Wanita yang selalu ia ingat di setiap hembusan nafasnya. Wanitanya. Cintanya. Cahayanya. DunianyaDisana berjalan dengan santai. Dengan postur tubuh mungil yang sama. Wajah yang berseri-seri. Bibir kemerahan yang membuatnya mati-matian menahan diri untuk tidak mengecupnya. Kaki jenjangnya yang putih dibalut kaus kaki hitam. Seragam sekolahnya yang membuatnya tampak sangat menggemaskan. Paha putihnya yang indah. Rambutnya yang disanggul dengan hairpin kupu-kupu berwarna ungu. Mendadak hati Gituu terasa penuh. Dadanya terasa sesak karena perasaan membahagiakan ini seperti ingin meledak
Giyuu ingin menghampirinya, tapi ketika melihat mata itu. Ya! Mata ungu yang cantik itu. Akhirnya ia bertemu pandang dengan mata ungu yang selalu menghantui benaknya. Mata mereka saling bertautan. Rasanya jantung Giyuu berhenti berdetak. Tetapi, mata ungu yang sangat cantik itu melihatnya dengan pandangan bingung. Mungkin bertanya-tanya, siapa dia. Giyuu merasa dirinya jatuh ke lubang yang dalam. Ia tidak mengingatku, pikir Giyuu dengan perasaan sesak
Giyuu memperhatikan sekitar, sepertinya gadisnya ini termasuk gadis populer di sekolah. Terbukti dengan banyak siswa laki-laki yang memperhatikan gadis ini dengan pandangan jatuh cinta ditambah dengan pipi mereka yang memerah. Giyuu menatap mereka tidak suka. Gadis ini hanya boleh ditatap seperti itu olehnya. Hanya olehnya. Tidak ada yang boleh melihatnya dengan pandangan mesum seperti itu. Hanya ia yang boleh melakukannya. Oh sisi posesifnya mulai keluar.
Giyuu berdehem, mulai berbicara pada gadisnya, "jangan pakai rok terlalu pendek. Siapa namamu?", tanya Giyuu mati-matian menahan gejolak dalam dirinya untuk tidak menyentuh lebih gadis dihadapannya
Gadis tersebut mengernyitkan dahinya, "Kocho Shinobu desu. Demo, ini rok yang biasa dipakai. Bahkan guru-guru saja tidak ada yang protes", jawab Shinobu agak sedikit kesal. Hanya mendengar suaranya saja, Giyuu merasa ingin melayang. Ia membayangkan bagaimana jika suara itu mengeluarkan nada suara yang lain. Dasar guru bejat.
Menghela nafas pelan untuk menenangkan dirinya, Giyuu berkata, "saya guru baru disini. Jadi mulai besok ganti rok mu dengan yang lebih panjang", karena aku tidak suka ada yang memandang mu dengan pandangan penuh nafsu seperti itu. Hanya aku yang boleh memandang mu seperti itu, lanjut Giyuu dalam hati
"Terserah", gerutu Shinobu sebelum berjalan cepat pergi meninggalkan sang guru. Giyuu terpaku, karena dari jarak sedekat itu ia bisa menghirup aroma tubuh Shinobu. Aromanya masih sama. Wanginya sangat memabukan. Seperti aroma bunga wisteria. Giyuu ingin menghirupnya langsung dari sumbernya. Ia ingin memeluk erat gadis itu. Mengurung dan mengikatnya di kamar pribadinya selamanya
Sepertinya aku butuh air dingin, ujar Giyuu dalam hati
To be continued
Hehe... akhirnya mereka ketemu. kira-kira Giyuu bisa nahan gak ya kalo berhadapan sama Shinobu? mweheheheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time
Fiksi PenggemarSinopsis: Tomioka Giyuu ingin memulai kembali kisah cintanya dengan Kocho Shinobu. Giyuu paham bahwa di masa lalu, mereka tidak memiliki kesempatan. Karena itu, di masa kini, di kehidupan yang damai ini, ia ingin memulai kembali kisah cintanya denga...