Perasaan yang Tersampaikan

175 11 0
                                    

Malam Minggu 

.

.

.

Satu hari setelah makan malam bersama dengan rekan-rekan kerjanya dan setelah ia mendapat restu Kanae untuk mendekati Shinobu. Sebenarnya, Giyuu merasa senang karena telah mendapat lampu hijau dari Kanae, tetapi kalau dipikir-pikir ia juga perlu mendapat restu dari orang tua gadisnya

"Yeah, sepertinya akan sedikit sulit", pikir Giyuu

Pemuda itu bangkit dari posisi berbaringnya, kemudian ia berjalan menuju ruang tengah apartemennya untuk melihat-lihat kotak peninggalan dirinya di masa lalu. Ketika sampai di ruang tengah, ia duduk di depan televisi yang ia biarkan menyala. Pemuda itu mulai mengeluarkan satu persatu barang-barang yang ada dalam kotak tersebut

Ia ambil haori miliknya. Haori itu bersih, sangat bersih. Giyuu memang rajin membersihkan semua barang-barang yang ada di sana walaupun tetap terlihat tua dan usang. Pemuda itu berdiri dan berjalan menuju cermin yang dapat memperlihatkan seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sejenak, ia pandangi haori itu dengan tatapan yang sulit dimengerti. Kemudian, pemuda bermanik biru itu segera memakai haori tersebut

Giyuu menatap pantulan dirinya di cermin yang sedang mengenakan haori miliknya di masa lalu. Ia pandangi dirinya dalam balutan haori tersebut dengan tatapan sendu. Pemuda itu sejenak seperti melihat dirinya di masa lalu, mengenakan seragam Kisatsutai dan pedang kesayangannya tersimpan rapi di pinggangnya. Pedang itu masih ada sampai sekarang tersimpan rapi di rumah utama keluarga Tomioka yang ada di Kyoto

 Ia memejamkan matanya guna untuk membuang perasaan sesak di dadanya ketika teringat dengan latar belakang haori tersebut memiliki motif yang berbeda. Setelah menarik dan membuang nafas tiga kali, ia kembali menuju kotak tersebut untuk mengambil barang lainnya. Giyuu baru menyadarinya beberapa waktu lalu kalau ada dua buku dalam kotak tersebut. Ia tidak ingat dulu pernah menaruhnya di sana. Buku yang satu berisi tentang keinginan dan harapannya mengenai Shinobu sedangkan buku lainnya adalah buku kesehatan miliknya yang ditulis tangan langsung oleh Shinobu

Ia buka buku yang berisi tentang keinginan dan harapannya mengenai Shinobu

05-03-192x
Hari ini adalah awal musim semi, Shinobu
Hari ini juga aku harus menerima kenyataan bahwa kau sudah tidak ada lagi di dunia ini bersama ku. Aku ingin sekali menghabiskan waktu bersamamu untuk melihat bunga sakura yang sedang bermekaran dengan indahnya
Aku sangat ingin sekali menghabiskan waktu dengan menggenggam tanganmu sembari menyusuri dan menikmati kelopak sakura yang berterbangan. Tetapi, apa daya? Kau sudah pergi meninggalkanku sendirian disini
Apa kau sudah bertemu dengan Kanae dan keluargamu? Apa kau disana juga sudah bertemu dengan keluargaku?  Aku harap kalian bisa bertemu
Dan aku harap kau selalu bahagia, Shinobu 

Giyuu membuka beberapa lembar halaman selanjutnya

19-07-192x
Musim panas pertama tanpa kehadiranmu, Shinobu
Aku menulis ini di depan makam mu. Makam yang kau sendiri bahkan tidak ada di dalamnya
Shinobu, aku kesepian disini tanpa mu. Kau yang selalu menemani ku, kini kehadiranmu bahkan sudah tidak ada lagi di sisiku
Tolong, jika waktunya sudah tiba nanti
Tolong jemput aku dan genggam tanganku dengan erat, Shinobu
Jangan lepaskan aku, karena aku sendiri tidak akan pernah melepaskanmu

Pemuda itu terus membuka lembar demi lembar buku hariannya. Tetapi, ketika ia akan membaca kembali, Giyuu langsung menutup buku tersebut dengan mata berkaca-kaca. Ia taruh buku itu seraya menggigit bibir bawahnya, berusaha mati-matian ia tahan air matanya.

Sepuluh menit berlalu, setelah merasa sedikit lebih baik dan lebih tenang. Ia raih buku kesehatan miliknya. Ia buka lembar demi lembar buku tersebut. Sampai akhirnya, ia terpaku pada halaman terakhir pada buku tersebut. Giyuu membaca kata-kata terakhir Shinobu sebelum kematiannya dengan tangan yang bergetar

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang