7. Penyelidikan

4.8K 225 1
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

..........

Clarissa merasakan kecurigaan terhadap Helena semakin menguat. Dia teringat adegan-adegan dari kehidupan sebelumnya yang kini terasa lebih jelas dan penuh makna. 

Tatapan iri Helena saat Clarissa menikah dengan Adrian, bisikan-bisikan liciknya yang merendahkan Clarissa, dan bagaimana Helena selalu berusaha mendekati Adrian dengan berbagai cara.

"Ada sesuatu yang tidak beres dengan Helena," gumam Clarissa pada dirinya sendiri. "Aku harus mencari tahu apa yang dia rencanakan."

Clarissa memutuskan untuk memulai penyelidikannya dengan mengamati Helena dari kejauhan. Dia memperhatikan setiap gerak-gerik Helena, setiap kata yang diucapkannya, setiap tatapan yang diberikannya pada Adrian.

Pada suatu malam, saat makan malam formal di istana, Clarissa melihat Helena dengan sengaja menumpahkan anggur merah ke gaunnya sendiri. Adrian, yang duduk di sebelahnya, segera bangkit untuk membantunya. 

Clarissa melihat Helena tersenyum licik saat Adrian membersihkan noda anggur di gaunnya.

"Oh, Duke Adrian, Anda sangat baik," kata Helena dengan suara manja, sambil menyentuh lengan Adrian dengan lembut. "Saya tidak tahu harus berbuat apa tanpa Anda."

Clarissa mengepalkan tangannya di bawah meja. Dia tahu Helena hanya berpura-pura. Helena hanya ingin menarik perhatian Adrian dan membuatnya merasa bersalah.

Di lain waktu, Clarissa melihat Helena memberikan hadiah mahal pada Adrian, sebuah jam tangan emas dengan ukiran rumit. Adrian menerimanya dengan sopan.

"Ini tidak seperti Adrian," pikir Clarissa. "Dia tidak suka menerima hadiah mahal"

Clarissa juga memperhatikan bahwa Helena sering berbicara dengan pelayan-pelayan istana. Dia selalu bertanya tentang Adrian, tentang kesehariannya, tentang kebiasaannya. Clarissa tahu Helena sedang mengumpulkan informasi tentang Adrian

Clarissa duduk di ruang tamunya yang mewah, namun pikirannya jauh dari kemewahan yang mengelilinginya. Dia memikirkan Helena, wanita ular berbisa yang telah menghancurkan hidupnya. Dia harus menemukan cara untuk membuktikan kejahatan Helena, tapi bagaimana?

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Dia ingat Mary, pelayan pribadinya yang setia. Mary memiliki seorang saudara perempuan yang bekerja sebagai pelayan di rumah Helena. Mungkin, Mary bisa membantunya mendapatkan informasi tentang Helena.

Clarissa memanggil Mary ke ruang tamunya. "Mary," katanya dengan suara lembut, "aku perlu bantuanmu."

Mary menatap Clarissa dengan mata penuh kekhawatiran. "Ada apa, Nyonya?" tanyanya.

Clarissa menjelaskan situasinya pada Mary, tentang kecurigaannya terhadap Helena dan kebutuhannya akan informasi. "Aku tahu ini permintaan yang sulit, Mary," kata Clarissa, "tapi aku benar-benar membutuhkan bantuanmu."

Mary terdiam sejenak, berpikir. Dia tahu risiko yang akan dihadapinya jika dia membantu Clarissa, tapi dia juga tahu bahwa Clarissa adalah orang yang baik dan tidak pantas diperlakukan seperti ini.

"Nyonya," kata Mary akhirnya, "aku akan melakukan apa saja untuk membantu Anda. Tapi... aku punya satu syarat."

Clarissa menatap Mary dengan penuh harap. "Apa syaratmu, Mary?"

"Aku ingin kau berjanji padaku bahwa kau akan menggunakan informasi ini untuk kebaikan," kata Mary dengan tegas. "Aku tidak ingin kau menggunakannya untuk menyakiti orang lain."

Clarissa tersenyum. "Aku berjanji, Mary," katanya dengan tulus. "Aku hanya ingin membuktikan bahwa aku tidak bersalah dan mengungkap kejahatan Helena."

Mary mengangguk. "Baiklah, Nyonya. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan informasi yang kau butuhkan."

Di bawah terik matahari musim panas, Clarissa berjalan menyusuri pasar yang ramai, menyamar sebagai seorang pelayan biasa dengan kerudung menutupi sebagian wajahnya. Dia mengamati sekeliling dengan waspada, mencari tanda-tanda keberadaan Helena atau orang-orang yang mungkin mengenalnya.

"Permisi, Nona," sapa seorang pedagang kain dengan ramah. "Apakah Anda mencari kain sutra yang bagus? Saya punya koleksi terbaru dari Timur Jauh."

Clarissa menggeleng pelan. "Terima kasih, tapi saya hanya melihat-lihat saja."

Dia melanjutkan langkahnya, melewati kios-kios yang menjual berbagai macam barang, mulai dari buah-buahan segar hingga perhiasan berkilauan. Clarissa berusaha membaur dengan kerumunan, mendengarkan percakapan orang-orang di sekitarnya.

Tiba-tiba, telinganya menangkap percakapan dua wanita yang sedang bergosip di dekat kios bunga.

"Kau dengar tentang Nyonya Helena?" tanya salah satu wanita dengan suara berbisik.

"Tentu saja!" jawab wanita lainnya dengan nada heboh. "Dia kan terkenal suka bermain-main dengan banyak pria."

"Benarkah?" Clarissa pura-pura tertarik, mendekati kedua wanita itu. "Apa yang kalian bicarakan tentang Nyonya Helena?"

Kedua wanita itu saling berpandangan, lalu salah satunya berkata, "Ah, Nona pasti baru di sini. Nyonya Helena itu terkenal suka menggoda pria, bahkan setelah bertunangan dengan Tuan Frederick. Dia bahkan dikabarkan punya hubungan gelap dengan seorang bangsawan muda."

Clarissa menahan napas, jantungnya berdebar kencang. Ini adalah informasi yang dia cari. "Benarkah? Siapa bangsawan muda itu?"

"Entahlah," jawab wanita itu sambil mengangkat bahu. "Tapi yang jelas, dia sangat kaya dan tampan. Nyonya Helena memang selalu mengincar pria-pria kaya dan berkuasa."

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang