Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.
Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.
Love you all!
HAPPY READING
Mentari pagi menyinari kediaman Duke of Avalon, menyelimuti setiap sudut ruangan dengan cahaya keemasan. Di ruang makan, Clarissa baru saja menyelesaikan sarapannya. Dia menyesap teh chamomile hangat sambil mengamati sang Duke, Adrian, yang sedang bersiap-siap di depan cermin besar.
Adrian tampak begitu gagah dalam balutan setelan jas hitam yang sempurna membalut tubuh tegapnya. Rambut hitamnya yang disisir rapi ke belakang semakin menonjolkan rahangnya yang tegas. Clarissa tidak bisa memungkiri, suaminya itu memang memiliki pesona yang memikat.
"Adrian," panggil Clarissa dengan suara lembut, "aku ingin ikut denganmu ke istana hari ini."
Adrian menghentikan kegiatannya sejenak, lalu berbalik menatap Clarissa dengan alis terangkat. "Untuk apa, Clarissa?" tanyanya dengan nada dingin yang menusuk.
Clarissa bangkit dari kursinya, berjalan menghampiri Adrian dengan langkah anggun. Dia berhenti tepat di hadapannya, menatap mata Adrian dengan tatapan penuh harap.
"Aku ingin menemanimu, Adrian," jawab Clarissa dengan suara lembut. "Aku bosan sendirian di rumah. Lagipula, aku juga ingin melihat bagaimana jalannya rapat bangsawan."
Adrian mendengus sinis. "Ini bukan acara sosial, Clarissa. Ini rapat penting yang membahas masalah-masalah serius kerajaan. Kau tidak akan mengerti apa-apa."
Clarissa tidak menyerah. Dia meraih tangan Adrian dan menggenggamnya erat. "Aku mungkin tidak mengerti semua hal tentang politik, Adrian, tapi aku ingin belajar. Aku ingin menjadi istri yang bisa mendukungmu dalam segala hal."
Adrian menatap Clarissa dengan tatapan tajam. Dia bisa melihat ketulusan di mata biru Clarissa, tapi dia masih ragu. Dia tidak ingin Clarissa terlibat dalam urusan politik yang rumit dan berbahaya.
"Baiklah, Clarissa," Adrian akhirnya mengalah, "kau boleh ikut denganku. Tapi jangan berharap aku akan menjelaskan setiap detail rapat kepadamu."
Clarissa tersenyum manis. "Terima kasih, Adrian," ucapnya sambil memeluk lengan Adrian erat. "Aku janji tidak akan merepotkanmu."
Ruang rapat istana kerajaan dipenuhi oleh para bangsawan dan pejabat tinggi. Clarissa duduk di samping Adrian, berusaha untuk tidak terlihat canggung.
Ia mengenakan gaun berwarna lavender yang sederhana namun elegan, rambut pirangnya ditata dengan gaya half-updo yang manis. Namun, semua itu tak mampu menutupi rasa gugupnya.
Tatapan para bangsawan lain terasa menusuk, seolah-olah mereka sedang menilai setiap inci dirinya. Clarissa bisa mendengar bisikan-bisikan sinis tentang dirinya, tentang masa lalunya yang kelam, tentang bagaimana dia tidak pantas mendampingi Duke of Avalon yang agung.
Adrian, yang duduk di sebelahnya, tampak tidak terpengaruh oleh suasana tegang di sekitarnya. Dia fokus pada dokumen-dokumen di hadapannya, sesekali memberikan instruksi singkat kepada para bawahannya.
Clarissa memperhatikan setiap gerakannya, setiap kata yang keluar dari bibirnya. Dia kagum dengan kecerdasan dan karismanya, namun di saat yang sama, dia juga merasakan jarak yang begitu jauh di antara mereka.
"Yang Mulia," salah satu bangsawan angkat bicara, "saya rasa kita perlu membahas masalah perbatasan dengan kerajaan tetangga. Mereka semakin berani melanggar wilayah kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life Villain's |END|
RomanceClarissa, Duchess of Avalon, terbangun dari mimpi buruk eksekusinya, hanya untuk menemukan dirinya kembali ke hari pernikahannya dengan Duke Adrian. Dulu, dia sangat mencintainya, meski Adrian pria yang dingin dan membencinya. Namun, dengan kesempat...