50. Perubahan Diri

4K 132 3
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

..........

Jauh dari gemerlap istana dan hiruk-pikuk kota, Clarissa memulai kehidupan barunya sebagai rakyat biasa. Dia tinggal di sebuah rumah kayu sederhana di pinggiran hutan, jauh dari jangkauan Helena dan intrik kerajaan.

Edward, dengan kebaikan hatinya, telah memberikannya tempat berlindung dan sejumlah uang yang cukup untuk memulai hidup baru.

"Terima kasih, Yang Mulia," Clarissa membungkuk hormat pada Edward saat mereka tiba di rumah kayu itu. "Saya tidak tahu bagaimana membalas kebaikan Anda."

Edward tersenyum lembut, "Jangan khawatir, Clarissa. Anggap saja ini sebagai hadiah dari seorang teman."

Clarissa mengangguk, hatinya dipenuhi rasa syukur. Dia tahu Edward telah banyak membantunya, dan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Untuk melindungi identitasnya, Clarissa memotong rambut panjangnya dan selalu memakai tudung saat keluar rumah. Dia fokus pada butiknya, La Maison de Clarissa, yang kini menjadi satu-satunya sumber penghasilannya. Berkat bantuan Edward, butiknya semakin berkembang pesat.

Sementara itu, di istana kerajaan, berita tentang kematian Clarissa dalam kecelakaan kereta kuda mengguncang semua orang. Adrian, yang baru saja kembali dari perjalanan bisnis, terpaku di tempatnya saat mendengar kabar itu.

Dia merasa seperti ada sebilah pisau yang menusuk jantungnya.

"Tidak mungkin..." gumamnya, air mata mengalir di pipinya. "Clarissa..."

Adrian berlari keluar dari istana, menuju taman bunga tempat Clarissa sering menghabiskan waktu. Dia duduk di bangku taman, menatap bunga-bunga yang dulu sering Clarissa rawat dengan penuh kasih sayang.

"Clarissa, kenapa kau meninggalkanku?" isaknya, suaranya penuh keputusasaan. "Aku belum sempat meminta maaf padamu. Aku belum sempat mengatakan bahwa aku mencintaimu."

Adrian meremas dadanya yang terasa sesak. Dia merasa seperti kehilangan separuh jiwanya. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Clarissa.

"Clarissa, maafkan aku," bisik Adrian lirih, air matanya terus mengalir. "Aku sangat menyesal."

..........

Clarissa berdiri di depan cermin, mengamati pantulan dirinya. Rambutnya yang dulu panjang dan berkilau kini telah dipotong pendek, wajahnya yang dulu selalu dirias dengan sempurna kini hanya dipoles tipis, dan matanya yang dulu memancarkan keangkuhan kini terlihat sendu dan penuh penyesalan.

Dia teringat akan masa lalunya, saat dia masih menjadi Duchess of Avalon yang kejam dan sombong. Dia teringat bagaimana dia memperlakukan para pelayannya dengan kasar, bagaimana dia menghina dan merendahkan orang-orang yang dianggapnya lebih rendah darinya.

"Aku dulu adalah monster," bisik Clarissa pada dirinya sendiri.

"Aku telah menyakiti banyak orang."

Clarissa menutup matanya, berusaha mengusir bayangan-bayangan masa lalu yang menyakitkan. Dia tidak ingin menjadi seperti itu lagi. Dia ingin berubah, dia ingin menjadi orang yang lebih baik.

"Aku harus menebus semua kesalahanku," tekad Clarissa bulat. "Aku harus melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain."

Clarissa mulai terlibat dalam kegiatan amal dan sosial. Dia menyumbangkan sebagian keuntungan butiknya untuk membantu orang-orang miskin dan membutuhkan.

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang