16. Selingkuhan Helena

5.5K 224 1
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

..........

Lonceng pintu La Maison de Clarissa berdenting nyaring, menandakan kedatangan seorang tamu. Clarissa mendongak dari meja kerjanya, alisnya terangkat sedikit saat melihat sosok Helena berdiri di ambang pintu, wajahnya dihiasi senyum sinis yang khas.

"Selamat siang, Duchess Clarissa," sapa Helena dengan nada manis yang dibuat-buat. "Bisnismu tampaknya semakin berkembang pesat."

Clarissa balas tersenyum, namun tatapan matanya tetap dingin. "Lady Helena, suatu kehormatan Anda berkunjung ke butik sederhana saya. Ada yang bisa saya bantu?"

Helena melangkah masuk, gaun sutra merahnya berkibar-kibar mengikuti gerakannya. "Oh, hanya ingin melihat-lihat saja," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling butik. "Kain-kainmu terlihat cukup bagus, tapi saya dengar desas-desus bahwa kau mendapatkannya dengan cara yang tidak jujur."

Clarissa tidak terkejut dengan sindiran Helena. Dia sudah menduga wanita itu akan datang dan mencoba mencari-cari kesalahan. "Desas-desus memang seringkali tidak berdasar, Lady Helena," balas Clarissa tenang. "Semua kain di butik saya berasal dari pemasok terpercaya, dan saya selalu memastikan kualitasnya sebelum menjualnya kepada pelanggan."

Helena mendengus. "Yah, terserah kau saja. Tapi ingat, Duchess, roda kehidupan selalu berputar. Jangan terlalu sombong dengan kesuksesanmu saat ini."

Clarissa hanya mengangkat bahu acuh tak acuh. Dia tidak akan membiarkan Helena merusak suasana hatinya. "Ngomong-ngomong, Lady Helena, apakah Anda akan hadir di pesta topeng kerajaan nanti malam?" tanyanya dengan senyum penuh arti.

Helena tertegun sejenak, lalu menjawab dengan nada angkuh, "Tentu saja. Aku tidak akan melewatkan acara penting seperti itu."

"Baguslah," kata Clarissa. "Saya dengar akan ada pertunjukan drama yang sangat menarik di sana. Anda pasti tidak akan mau melewatkannya."

Helena mengerutkan kening. Dia tidak mengerti apa maksud Clarissa, tapi entah mengapa, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Drama? Drama apa?" tanyanya penasaran.

Clarissa hanya tersenyum misterius. "Anda akan tahu nanti malam, Lady Helena. Sampai jumpa di pesta."

Helena meninggalkan La Maison de Clarissa dengan perasaan gelisah. Dia tidak bisa menghilangkan firasat buruk bahwa Clarissa sedang merencanakan sesuatu. 

Kereta kuda berhias emas berhenti dengan anggun di depan gerbang istana kerajaan. Duke Adrian, dengan jas hitamnya yang elegan, turun terlebih dahulu, diikuti oleh Clarissa yang mengenakan gaun merah menyala. Topeng rubah yang menutupi sebagian wajahnya menambah aura misterius dan menggoda.

Adrian mengulurkan tangannya untuk membantu Clarissa turun, namun tatapannya tajam dan dingin. 

"Ingat, Clarissa," desisnya pelan, "jangan membuat keributan seperti tahun lalu. Aku tidak ingin dipermalukan lagi oleh tingkah lakumu yang memalukan."

Clarissa menerima uluran tangan Adrian dengan senyum tipis. "Tenang saja, Yang Mulia," jawabnya dengan nada tenang, 

"aku tidak akan menenggelamkan wajah siapa pun ke dalam minuman kali ini."

Adrian mendengus. "Baguslah. Aku tidak ingin mendengar desas-desus tentangmu lagi. Kau sudah cukup merusak reputasiku."

Saat mereka berjalan memasuki istana, bisikan-bisikan para tamu mulai terdengar.

"Itu Duchess Clarissa, kan?"

"Astaga, gaunnya sangat berani!"

"Dengar-dengar dia pernah menampar seorang bangsawan di pesta tahun lalu."

Clarissa mengabaikan bisikan-bisikan itu. Dia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, baik karena kecantikannya yang memukau maupun karena reputasinya yang kontroversial.

Setelah sampai di aula pesta, Adrian melepaskan tangan Clarissa dan berkata dengan dingin, "Jangan membuat masalah, Clarissa. Aku akan menemuimu nanti."

Tanpa menunggu jawaban Clarissa, Adrian berbalik dan berjalan menuju Lady Helena yang sudah menunggunya di ujung ruangan. Helena, dengan gaun putihnya yang anggun dan topeng kupu-kupu yang manis, menyambut Adrian dengan senyuman lebar.

"Adrian, sayangku," Helena menyapa dengan manja, lalu mengecup pipi Adrian. "Aku sudah menunggumu."

Adrian membalas ciuman Helena, lalu melirik ke arah Clarissa dengan tatapan meremehkan. "Aku harus pergi, Clarissa. Selamat bersenang-senang."

"Oh, Clarissa," Helena memanggil dengan nada pura-pura khawatir, "aku harap kau tidak marah padaku karena mengambil Adrian darimu. Kau tahu kan, dia selalu lebih menyukaiku."

Helena tertegun, wajahnya memerah karena malu. Adrian tertawa sinis. "Kau lihat itu, Helena?. Dia hanya iri padamu karena kau lebih cantik dan lebih menarik darinya."

Clarissa mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah yang meluap-luap. Dia ingin membalas hinaan Adrian, tapi dia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.

Clarissa, Duchess of Avalon, menyelinap di antara kerumunan tamu yang mengenakan topeng-topeng unik. Topeng rubah yang menghiasi wajahnya menambah aura misterius dan elegan pada sosoknya. Matanya yang tajam menyapu ruangan, mencari sosok Baron Frederick, kekasih gelap Lady Helena.

Setelah beberapa saat, Clarissa melihat Baron Frederick sedang berbincang dengan seorang wanita bertopeng kucing. Senyum tipis tersungging di bibir Clarissa. Ini adalah kesempatannya.

Dengan langkah anggun, Clarissa mendekati Baron Frederick

"Baron Frederick," sapanya dengan suara selembut sutra, namun penuh dengan kekuatan yang tersembunyi. "Bolehkah saya mencuri waktu Anda sebentar?"

Baron Frederick terkesiap, terkejut melihat Duchess of Avalon yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia tidak menyangka akan diajak bicara oleh wanita yang selama ini dia anggap sebagai musuh bebuyutan kekasihnya. 

"Tentu saja, Duchess," jawabnya dengan gugup, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Clarissa membawa Baron Frederick ke sudut ruangan. Dia mengeluarkan sebuah amplop dari balik jubahnya dan menyerahkannya kepada Baron Frederick. Amplop itu disegel dengan lilin merah yang berukirkan lambang keluarga Avalon.

"Apa ini?" tanya Baron Frederick, mengerutkan keningnya yang tersembunyi di balik topeng serigala.

"Surat dari Lady Helena," jawab Clarissa dengan tenang, matanya menatap tajam ke arah Baron Frederick. "Saya ingin Anda membacanya di depan semua orang."

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang