35. Gaun Untuk Putri

2.7K 110 1
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

"MWO?! Kau bilang gaun ini yang terbaik?" teriak Putri Amelia, suaranya melengking tinggi memenuhi kamarnya yang mewah. Dia melempar gaun berwarna pastel yang disodorkan pelayannya ke lantai marmer yang dingin. 

"Ini terlihat seperti kain lap dapur! Aku Putri Amelia, pewaris tahta kerajaan! Aku tidak akan memakai sesuatu yang seburuk ini!"

Para pelayan saling pandang dengan cemas. Mereka tahu betul bagaimana amukan sang putri bisa menjadi badai yang menghancurkan seisi istana.

"Tapi, Yang Mulia," salah satu pelayan memberanikan diri untuk berbicara, "ini adalah gaun yang dipilih sendiri oleh Ibu Suri. Beliau bilang—"

"Aku tidak peduli apa kata Ibu Suri!" potong Amelia dengan angkuh. "Aku ingin gaun yang lebih indah, lebih mewah, lebih... sempurna!"

Amelia menghentakkan kakinya, air mata mulai mengalir di pipinya yang mulus. Dia merasa diperlakukan tidak adil. Dia adalah seorang putri, dia berhak mendapatkan yang terbaik.

"Kalian semua tidak becus!" teriak Amelia lagi, suaranya semakin melengking. "Keluar dari kamarku! Aku tidak mau melihat kalian lagi!"

Para pelayan buru-buru meninggalkan kamar, meninggalkan Amelia sendirian dengan gaun-gaun yang berserakan di lantai. Amelia terduduk di tepi ranjang, terisak-isak. Dia merasa frustasi dan tidak berdaya.

Kabar mengenai amukan Putri Amelia dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru istana. Para pelayan berbisik-bisik dengan cemas, takut menjadi sasaran kemarahan sang putri yang terkenal manja.

Edward, sang Putra Mahkota, mendengar keributan itu saat sedang berjalan melewati koridor. Dia menghela napas, mengetahui betul sifat adiknya yang keras kepala. Dengan langkah lebar, dia menuju kamar Amelia.

"Amelia, apa yang terjadi?" tanya Edward lembut saat melihat adiknya duduk di lantai, dikelilingi oleh gaun-gaun mewah yang berserakan.

Amelia mendongak, wajahnya sembab karena menangis. "Oppa!" serunya, melemparkan dirinya ke pelukan Edward. "Gaun itu mengerikan! Aku tidak mau memakainya!"

Edward mengelus rambut Amelia dengan lembut, berusaha menenangkannya. "Tenanglah, Amelia. Ceritakan padaku apa yang terjadi."

Amelia melepaskan pelukannya, lalu mengambil salah satu gaun dari lantai dan menunjukkannya pada Edward. "Lihat ini, Oppa! Ini gaun yang mereka siapkan untukku. Ini terlalu sederhana! Aku ingin gaun yang lebih mewah, lebih glamor!"

Edward mengamati gaun itu sejenak, lalu tersenyum. "Amelia, gaun ini memang indah, tapi aku mengerti kalau kau ingin sesuatu yang lebih istimewa. Bagaimana kalau kita pergi ke butik La Maison de Clarissa? Aku yakin dia bisa membuatkanmu gaun yang lebih sesuai dengan keinginanmu."

Amelia mengerutkan kening. "La Maison de Clarissa? Bukankah itu butik milik wanita yang dirumorkan pencuri?"

Edward mengangguk. "Itu tidak benar. Tapi Clarissa adalah desainer yang sangat berbakat. Aku yakin dia bisa membantumu."

Kereta kuda kerajaan berhenti di depan La Maison de Clarissa, butik yang namanya kini menjadi buah bibir di kalangan para bangsawan. Putri Amelia turun dari kereta dengan langkah angkuh, gaunnya yang berwarna pastel bergoyang mengikuti gerakannya. Dia mendengus kesal, masih kesal karena gaun yang telah disiapkan untuknya tidak sesuai dengan keinginannya.

"Cepatlah, Edward," desaknya pada sang kakak yang mengikutinya dari belakang. "Aku tidak ingin berlama-lama di tempat ini."

Edward hanya tersenyum tipis, lalu menggiring Amelia masuk ke dalam butik. Suasana butik yang elegan dan hangat langsung menyambut mereka. Aroma bunga segar dan wangi lilin aromaterapi memenuhi ruangan, menciptakan suasana yang menenangkan.

Clarissa, yang sudah menunggu kedatangan mereka, menyambut Amelia dengan senyuman ramah. "Selamat datang di La Maison de Clarissa, Yang Mulia Putri," sapanya dengan sopan. "Ada yang bisa saya bantu?"

Amelia menatap Clarissa dengan tatapan dingin. "Aku ingin gaun yang paling indah untuk pesta dansa nanti malam," katanya dengan nada angkuh. "Dan aku ingin gaun itu lebih indah dari gaun siapa pun di pesta itu."

Clarissa tidak terpengaruh oleh sikap Amelia yang tidak sopan. Dia tetap tersenyum ramah. "Tentu saja, Yang Mulia Putri. Saya akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi keinginan Anda."

Clarissa kemudian mengajak Amelia melihat-lihat koleksi gaun di butiknya. Amelia memperhatikan setiap gaun dengan tatapan kritis, namun tidak ada satu pun yang menarik perhatiannya.

"Tidak ada yang kusuka," keluh Amelia dengan nada bosan. "Semuanya terlalu biasa."

Clarissa tersenyum kecil, "Mungkin Yang Mulia Putri belum menemukan gaun yang tepat. Mari kita lihat koleksi terbaru saya."

Clarissa dengan lembut membuka sebuah map besar berisi sketsa-sketsa gaun rancangannya. Matanya berbinar-binar penuh semangat, seolah-olah dia sedang membuka harta karun.

"Yang Mulia Putri, bagaimana dengan gaun ini?" tanya Clarissa sambil menunjukkan salah satu sketsa pada Amelia.

Amelia, yang awalnya bersikap acuh tak acuh, langsung terkesiap kagum. Sketsa itu menggambarkan gaun malam berwarna lavender yang memukau. Gaun itu memiliki potongan A-line yang elegan, dengan rok yang mengembang indah. 

Bagian atas gaun dihiasi dengan detail sulaman bunga-bunga kecil yang terbuat dari benang perak, memberikan sentuhan mewah dan anggun.

"Ini... ini indah sekali," gumam Amelia, matanya berbinar-binar. "Aku belum pernah melihat gaun seindah ini sebelumnya."

Clarissa tersenyum puas. "Saya tahu Anda akan menyukainya, Yang Mulia Putri," ucapnya lembut. "Gaun ini akan membuat Anda bersinar seperti bintang di pesta dansa nanti malam."

"Aku ingin gaun ini, Clarissa!" seru Amelia dengan antusias. "Aku ingin kau yang membuatnya untukku."

Clarissa membungkuk hormat. "Dengan senang hati, Yang Mulia Putri. Saya akan memastikan gaun ini selesai tepat waktu."

Edward, yang sedari tadi hanya mengamati dari kejauhan, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Clarissa. Dia terpesona oleh cara Clarissa menangani Amelia yang terkenal manja dan keras kepala. Clarissa tidak hanya berhasil menenangkan Amelia, tapi juga membuatnya bersemangat dan bahagia.

"Clarissa, kau memang luar biasa," puji Edward dalam hati.

Saat Clarissa menoleh ke arah Edward, mata mereka bertemu sejenak. Edward merasakan jantungnya berdebar kencang. Senyum manis Clarissa membuat hatinya berdesir hangat.

"Terima kasih, Yang Mulia," balas Clarissa dengan anggukan sopan.

Edward tersenyum kembali, lalu mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin Clarissa menyadari perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hatinya.

Amelia, yang tidak menyadari interaksi kecil antara Clarissa dan Edward, terus mengagumi sketsa gaunnya. Dia tidak sabar untuk melihat gaun itu menjadi nyata dan memakainya di pesta dansa nanti malam.

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang