58. |END|

8.7K 120 7
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

*****

Tiba-tiba, seseorang memanggil namanya, "Clarissa?"

Clarissa berhenti dan menoleh. Dia melihat Raja Edward berdiri beberapa meter darinya, didampingi oleh beberapa pengawal kerajaan. Jantung Clarissa berdebar kencang. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Edward di sini, apalagi setelah sekian lama.

Clarissa ingin kabur, tapi kerumunan orang yang berlalu lalang menghalangi jalannya. Dia terjebak, tidak bisa melarikan diri.

Edward mendekati Clarissa, matanya menatap Clarissa dengan intens. Clarissa berusaha menyembunyikan wajahnya di balik tudung, berharap Edward tidak mengenalinya. Lima tahun telah berlalu, dan penampilannya telah banyak berubah. Rambutnya yang dulu panjang dan berkilau kini telah dipotong pendek, dan dia tidak lagi memakai riasan tebal seperti dulu.

"Apakah itu kau, Clarissa?" tanya Edward dengan suara serak, penuh harap.

Clarissa pura-pura bingung. "Maaf, Yang Mulia, tapi saya rasa Anda salah orang," jawabnya dengan suara pelan.

Edward tidak menyerah. Dia mendekati Clarissa dan dengan lembut mengangkat tudungnya. Mata biru Clarissa yang indah bertemu dengan mata Edward yang penuh kerinduan.

"Clarissa, itu benar-benar kau," ucap Edward, suaranya bergetar karena emosi yang meluap-luap.

Clarissa terdiam, tidak bisa berkata-kata. Dia tidak menyangka Edward masih mengenalinya.

Edward menatap Clarissa dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah-olah tidak percaya bahwa wanita yang selama ini hanya ada dalam mimpinya kini berdiri di hadapannya.

"Ya, itu Clarissa," gumam Edward pada dirinya sendiri, senyum bahagia terukir di bibirnya. "Mau bagaimanapun penampilanmu berubah, aku tetap mengenalimu."

Flashback

Lima tahun terakhir adalah tahun-tahun yang berat bagi Edward. Setelah menjadi raja, dia harus menghadapi berbagai tantangan dan tekanan, mulai dari intrik politik hingga ancaman perang dari kerajaan tetangga. Dia sering merasa kesepian dan terbebani oleh tanggung jawabnya.

Namun, setiap kali dia merasa putus asa, dia selalu memimpikan Clarissa. Clarissa yang dulu kejam dan sombong, kini berubah menjadi wanita yang lembut dan penyayang dalam mimpinya. Clarissa selalu ada untuknya, memberikan dukungan dan semangat.

Edward tahu itu hanya mimpi, tapi mimpi-mimpi itu memberinya kekuatan untuk terus bertahan. Dia berharap suatu saat nanti dia bisa bertemu Clarissa lagi, meskipun hanya dalam mimpi.

Edward tidak bisa membiarkan Clarissa pergi begitu saja. Dia mengejar Clarissa, menghentikan langkahnya dengan lembut. "Clarissa, tunggu," pintanya, suaranya serak.

Clarissa menoleh, matanya berkaca-kaca. "Yang Mulia, saya mohon, jangan buat ini lebih sulit," ucapnya lirih.

Edward menatap Clarissa dengan tatapan penuh cinta dan kerinduan. "Clarissa, aku tidak bisa hidup tanpamu," akunya, suaranya bergetar. "Aku mohon, beri aku kesempatan kedua. Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kembali kepercayaanmu."

Clarissa menggelengkan kepalanya. "Edward, aku tidak bisa. Aku tidak ingin kembali ke kehidupan istana yang penuh dengan intrik dan kebohongan. Aku bahagia dengan hidupku sekarang."

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang