31. Petunjuk

2.3K 79 0
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

"Mary," suara Clarissa memecah keheningan pagi di kamarnya yang mewah. Dia duduk di tepi tempat tidur, wajahnya masih menyimpan jejak air mata semalam, namun sorot matanya kini memancarkan tekad yang membara.

Mary, yang sedang merapikan gaun-gaun Clarissa, segera menoleh. "Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanyanya dengan nada khawatir.

Clarissa menatap Mary dengan pandangan serius. "Aku butuh bantuanmu, Mary. Carikan aku seorang detektif swasta. Yang terbaik di kerajaan ini."

Mary terkesiap. "Detektif swasta, Nyonya? Untuk apa?"

"Untuk menyelidiki kasus pencurian desain di butikku," jawab Clarissa tegas. "Aku tidak akan membiarkan Helena lolos begitu saja."

Mary mengangguk paham. Dia tahu Clarissa tidak akan menyerah begitu saja. Nyonya yang ia layani bukanlah wanita lemah yang mudah ditindas.

"Baik, Nyonya. Saya akan segera mencarikan detektif swasta yang terbaik untuk Anda," ujar Mary dengan penuh semangat.

Beberapa jam kemudian, seorang pria paruh baya dengan jas hitam dan topi fedora masuk ke ruang kerja Clarissa. Dia adalah Mr. Holmes, detektif swasta yang direkomendasikan oleh Mary.

"Nyonya Duchess," sapa Mr. Holmes dengan sopan, membungkuk hormat. "Saya Mr. Holmes, detektif swasta yang direkomendasikan oleh Mary. Saya siap membantu Anda."

Clarissa mempersilakan Mr. Holmes duduk. "Terima kasih sudah datang, Mr. Holmes," ucapnya. "Saya ingin Anda menyelidiki kasus pencurian desain di butik saya."

Mr. Holmes mengangguk. "Bisa Anda ceritakan detail kejadiannya, Nyonya Duchess?"

Clarissa menceritakan semua yang dia ketahui tentang kasus pencurian desain tersebut, mulai dari hilangnya sketsa desain hingga kemunculan gaun-gaun tiruan di butik Helena.

Mr. Holmes mendengarkan dengan seksama, sesekali mencatat beberapa poin penting di buku catatannya. "Saya mengerti, Nyonya Duchess," katanya setelah Clarissa selesai bercerita. "Saya akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan mencari bukti-bukti yang kuat untuk mengungkap pelaku sebenarnya."

Beberapa hari berlalu sejak Clarissa menyewa jasa Detektif Holmes. Clarissa mondar-mandir di ruang kerjanya, gelisah menanti kabar terbaru. Ketukan di pintu membuat Clarissa mendongak, "Masuklah."

Pintu terbuka, menampakkan sosok Mr. Holmes yang membungkuk hormat. "Nyonya Duchess," sapanya dengan suara berat, "saya telah menemukan beberapa petunjuk."

Clarissa mempersilakan Mr. Holmes duduk di hadapannya, jantungnya berdebar kencang. "Apa yang kau temukan, Mr. Holmes?" tanyanya dengan penuh harap.

Mr. Holmes membuka map kulit yang dibawanya, mengeluarkan beberapa lembar kertas. "Saya telah memeriksa catatan keuangan butik, Nyonya Duchess. Ada beberapa transaksi yang mencurigakan."

Clarissa mengerutkan kening. "Transaksi mencurigakan?"

"Ya, Nyonya Duchess," jawab Mr. Holmes. "Beberapa hari sebelum desain-desain Anda dicuri, ada sejumlah besar uang yang ditransfer ke rekening salah satu penjahit Anda, Sophie."

Clarissa terkejut. Sophie adalah salah satu penjahit terbaiknya, seorang gadis muda yang selalu terlihat jujur dan pekerja keras. "Sophie?" gumam Clarissa, tidak percaya.

"Saya juga telah mewawancarai beberapa pegawai butik," lanjut Mr. Holmes. "Mereka mengatakan bahwa Sophie terlihat sangat gugup dan gelisah beberapa hari terakhir ini."

Clarissa terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja dia terima. "Terima kasih, Mr. Holmes," ucapnya akhirnya. "Kau telah melakukan pekerjaan yang baik."

Mr. Holmes membungkuk hormat, lalu meninggalkan ruang kerja Clarissa. Clarissa masih duduk di kursinya, pikirannya berkecamuk. Dia tidak ingin percaya bahwa Sophie mengkhianatinya, tapi bukti-bukti yang ditemukan Mr. Holmes terlalu kuat untuk diabaikan.

Clarissa memutuskan untuk berbicara langsung dengan Sophie. Dia memanggil Sophie ke ruang kerjanya, lalu menatapnya dengan tatapan tajam.

"Sophie," panggil Clarissa dengan suara dingin, "aku ingin bertanya sesuatu padamu."

Sophie terlihat gugup dan gelisah. Dia menundukkan kepala, tidak berani menatap mata Clarissa.

"Nyonya Duchess," jawab Sophie dengan suara bergetar, "ada apa?"

Clarissa meletakkan map berisi bukti-bukti yang ditemukan Mr. Holmes di atas meja. "Aku tahu kau yang mencuri desain-desainku dan memberikannya pada Lady Helena," kata Clarissa tegas.

Sophie terkesiap, air mata mulai mengalir di pipinya. "Maafkan aku, Nyonya Duchess," isaknya. "Aku terpaksa melakukannya. Lady Helena mengancamku."

..........

Aula utama istana kerajaan berubah menjadi lautan kemewahan. Lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya ke setiap sudut ruangan, menyinari para bangsawan yang hadir dengan pakaian terbaik mereka. 

Bisikan-bisikan pelan memenuhi udara, bercampur dengan alunan musik klasik yang mengalun lembut dari orkestra di sudut ruangan.

Malam ini adalah malam peragaan busana tahunan, acara yang selalu dinanti-nantikan oleh para pecinta mode di seluruh kerajaan. 

Namun, suasana malam ini terasa berbeda. Rumor tentang Duchess Clarissa yang dituduh mencuri desain dari Lady Helena telah menyebar seperti api, membuat para tamu undangan penasaran dan bersemangat menantikan drama yang mungkin akan terjadi.

Clarissa berdiri di belakang panggung, jantungnya berdebar kencang. Dia tahu rumor itu telah sampai ke telinga semua orang, termasuk para bangsawan yang hadir malam ini. Dia bisa merasakan tatapan mereka yang penuh curiga dan penilaian.

"Nyonya, Anda siap?" tanya Mary, pelayan setianya, sambil membetulkan kerah gaun Clarissa.

Clarissa menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Aku siap, Mary," jawabnya dengan suara tegas.

Clarissa melangkah keluar dari balik panggung, berjalan anggun di atas catwalk yang diterangi lampu sorot. Dia mengenakan gaun malam berwarna putih gading yang elegan, dengan aksen mutiara dan renda yang halus. 

Rambut pirangnya ditata dengan gaya sederhana namun menawan, dan riasan tipisnya menonjolkan kecantikan alaminya.

Para tamu undangan terdiam sejenak, terpana oleh kecantikan Clarissa. Namun, beberapa saat kemudian, bisikan-bisikan kembali terdengar.

"Itu dia, Duchess Clarissa," bisik seorang wanita bangsawan. "Dengar-dengar dia mencuri desain dari Lady Helena."

"Benarkah?" tanya wanita lain dengan nada tidak percaya. "Tapi gaunnya sangat indah."

"Siapa tahu," jawab wanita pertama. "Mungkin dia memang berbakat dalam mencuri."

Namun, di tengah peragaan busana, terjadi sesuatu yang tidak terduga. Saat Clarissa sedang memamerkan salah satu gaun terbarunya, gaun malam berwarna merah darah dengan aksen emas yang mewah, Helena tiba-tiba naik ke panggung.

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang