39. Mandi Bersama

3.7K 92 0
                                    

Hai semuanya! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk mengikuti akun saya dan vote cerita ini jika kalian menikmatinya.

Love you all!

HAPPY READING

Ruang kerja Duke Adrian dipenuhi oleh para pejabat tinggi dan penasihat kerajaan. Mereka duduk mengelilingi meja panjang, wajah mereka serius dan tegang. 

Di ujung meja, Clarissa duduk dengan tegap di kursi utama, sementara Adrian duduk di sampingnya, mengamati dengan seksama.

"Selamat pagi, semuanya," sapa Clarissa dengan suara jernih dan berwibawa. 

"Terima kasih telah hadir dalam rapat hari ini. Seperti yang kita ketahui, wilayah kita sedang menghadapi beberapa masalah penting yang perlu segera ditangani."

Clarissa mulai memaparkan agenda rapat, menjelaskan setiap poin dengan detail dan jelas. Dia berbicara dengan tegas dan lugas, menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah yang dihadapi wilayah kekuasaan mereka.

"Pertama, kita harus mengatasi masalah kekeringan yang melanda beberapa desa di bagian utara," kata Clarissa. "Saya mengusulkan untuk membangun sistem irigasi baru yang lebih efisien dan tahan kekeringan."

Salah satu pejabat mengangkat tangannya, "Nyonya Duchess, proyek seperti itu akan membutuhkan biaya yang sangat besar."

Clarissa mengangguk, "Saya mengerti, Tuan. Namun, saya yakin investasi ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi wilayah kita. Kita tidak bisa membiarkan rakyat kita menderita karena kekurangan air."

Clarissa melanjutkan dengan menjelaskan rencana-rencana lain yang telah dia siapkan, seperti peningkatan produksi pertanian, pengembangan perdagangan, dan perbaikan infrastruktur. Dia berbicara dengan penuh semangat dan keyakinan, membuat semua orang yang hadir terkesan.

Adrian memperhatikan Clarissa dengan senyum tipis di bibirnya. Dia tidak pernah melihat Clarissa seperti ini sebelumnya. Clarissa yang dulu selalu terlihat lemah dan tidak berdaya, kini telah berubah menjadi wanita yang kuat, cerdas, dan berwibawa.

"Dia benar-benar luar biasa," gumam Adrian dalam hati.

Ruang makan pribadi Duke dipenuhi aroma sedap hidangan makan siang. Di atas meja, tersaji berbagai macam hidangan mewah, mulai dari sup krim jamur yang harum hingga daging panggang yang menggugah selera. Namun, Adrian hanya menatap piringnya dengan tatapan kosong.

"Adrian, ada apa? Kau tidak lapar?" tanya Clarissa, memperhatikan suaminya yang tidak menyentuh makanannya.

Adrian menghela napas pelan, "Aku tidak bisa makan, Clarissa."

Clarissa mengerutkan kening, "Kenapa? Apa kau sakit?"

Adrian menggeleng, "Tidak, aku baik-baik saja. Hanya saja..." Dia mengangkat tangan kanannya yang terbalut perban, "Lukaku masih sakit."

"Adrian, biar aku yang menyuapimu," tawar Clarissa dengan senyum lembut.

Adrian menatapnya dengan tatapan ragu. "Aku bisa sendiri, Clarissa," jawabnya dengan nada dingin, berusaha mempertahankan harga dirinya.

Clarissa tidak menggubris penolakan Adrian. Dia menyendokkan potongan daging yang telah dipotongnya ke garpu, lalu mengarahkannya ke bibir Adrian.

"Ayo, buka mulutmu," ucapnya lembut, seperti seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya.

Adrian membuka mulutnya, menerima suapan dari Clarissa dengan patuh. Namun, saat Clarissa menarik sendoknya, setetes saus kental berwarna cokelat pekat tak sengaja mendarat di sudut bibir Adrian.

Second Life  Villain's |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang