Bagian 14

514 41 3
                                    

Asal Istri dan keluargaku tidak boleh tahu 14

“Papi……” teriak anakku Manik, beberapa detik setelah turun dari mobil. Aku memeluknya erat. Menghirup aromanya. Ah…aku sangat merindukan anakku. Lalu berpindah memeluk Gunadama, mengelus kepalanya.

“Kata ibu, setelah mengantar anak-anak saya boleh pulang, Pak. Dua minggu lagi baru anak-anak diambil,” kata asisten Dita yang baru. Aku menjawab tanpa menoleh. Bik sati sudah membantuku mengambil dua tas yang di pegang asistennya tadi.

“Pi, aku boleh main ke tetangga, Nggak Pi?”

“Main? Di rumah banyak maianan, ngapain ke tetangga?”protesku setelah mereka selesai makan siang. Dua bulan ini aku sebenarnya bertanya-tanya dalam hati, apakah mereka sama sekali tidak kehilangan aku? Apakah dua anakku tidak masalah tanpa aku di samping mereka?”

“Gunda kangen temen, Gunda Pi. Biasanya mereka datang ke rumah,”jawab anakku lagi.

“Gunda sama Manik, gak mau main sama Papi?”tawarku.

“Emang papi bisa main ?”

“Yo bisalah, mau main apa?”

“Maen robootan, main pasir, main minicraft, Papi bisa?”

“Bisa dong, ayok,”jawabku lalu mulai mengikuti alur dan arah permainan mereka.

Tiba sore hari, setelah puas bermain anak-anak mandi dan bermain, kuminta Bik Sati membantuku memandikan Manik. Agar aku bisa fokus mengurus Gunda. Lima belas menit kemudian anak-anak telah berpakaian bersih, aku meminta Bik Sati membantuku membersihkan rumah terlebih dulu sebelum dia pulang, lalu memintanya datang lebih awal besok pagi.

Ternyata selepas kepergian Bik Sati, saat anak-anak minum susu, gelas milik Gunda di rebut oleh Manik, katanya itu adalah gelas miliknya. Maka, terjadi adegan rebut-rebutan yang mengakibatkan susu tumpah hingga memenuhi sebagian meja makan hingga karpet. Aku meminta mereka segera berpindah tempat lebih dulu karena aku berniat membersihkan sisa susu dengan kain pel juga lap. Hampir dua puluh menit waktu yang kuhabiskan hingga semuanya kembali bersih. Ah..ternyata aku bisa menyelesaikan semuanya.

Setelah selesai membereskan kekacauan di meja makan, aku lalu bergegas ke ruang tengah dan menemukan jejek kaki berwarna coklat bekas susu hingga memenuhi sofa juga dinding rumah. Perasaanku tidak enak saat mengingat seprei kamar tidur milikku yang baru saja diganti oleh Bik sati. Dan, ya, feelingku benar, jejak kaki berwarna coklat juga membekas di sana. Pasrah, kulanjutkan pencaharian dengan mengandalkan suara keributan mereka yang kuduga berada di taman.

Kembali kuhembuskan napas frustasi saat menemukan Gunda dan Manik sedang berlarian di kubangan air di tengah taman. Genangan air yang tercipta akibat hujan semalam, membuat tanah disekitar taman yang belum sempat di hiasi batu kerikil putih, becek, sehingga menjadi objek bermain menyenangkan bagi mereka. kulihat jam telah menunjukkan pukul enam, memikirkan mereka harus mandi untuk yang kedua kali, tentu membuatku lumayan pusing. Setengah dongkol, kuangkat kedua anakku dari kubangan lumpur sembari mengalihkan perhatian dengan cerita seputar tokoh kartun kesukaan mereka. oke Dgyta, saatnya mengumpulkan tenaga untuk memandikan mereka yang kedua kalinya.

LUKA HATI DITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang