Bagian 28

558 42 0
                                    

Asal Istri dan keluargaku tidak boleh tahu 28

Hujan turun dengan sangat deras. Percikan hujan masuk melewatiku setitik demi setitik melalui pintu balkon yang terbuka lebar. Mentari menutup pintu balkon beserta horden dengan gaya tak sabaran.

“Lalu kenapa? Bukannya kita sama-sama sadar sebelum menjalin hubungan ini?”jawab Mentari setengah berbisik.

“Aku sudah bilang sejak awal kalau hubungan ini tidak akan kemana-mana, Mentari.”sanggahku sembari mempertahankan kontak mata antara kami.

“Jangan bilang bapak lupa jika menawariku banyak hal, secara tidak langsung bapak beri aku harapan, lalu saat semuanya tidak berjalan baik, Bapak begitu saja mau mengakhiri? Bapak pikir perasaanku ini sampah?”

“Tunggu, bagian mana dari penawaranku yang kurang jelas? Sejak awal aku bilang kalau aku sudah menikah dan mencintai keluargaku, dan kamu tahu itu, aku tidak bisa menjanjikan apapun,”ulangku masih dengan intonasi yang sama.

“Ok, begini, aku…aku mengaku salah. Aku salah karena tidak berlaku adil padamu, tapi, kamu juga harus realistis, aku adalah pria yang menikah Mentari, ada banyak resiko yang akan terjadi nantinya jika ini tetap diteruskan.”

“Aku bersedia menanggung resiko jika itu sama Bapak, aku juga rela menjadi istri tanpa pengakuan secara hukum, bagian mananya kurang pengertian?”kali ini Mentari duduk disebelahku. Kedua tangannya menutup wajahnya.

“Mentari, sebuah hubungan akan berlangsung dua arah jika keduanya nyaman dan memiliki visi yang sama, sedangkan kita? Aku…. Sangat menyesal dengan penuh permohonan maaf harus mengakhiri semua ini sebelum berlanjut lebih jauh, Mentari, aku masih sangat mencintai istriku,”paparku.

“Aku akan menyetujui semua ini berakhir jika Bapak mau tinggal bersamaku selama sebulan sebagai hadiah perpisahan, setelah itu aku berjanji semua akan berakhir.”

Aku mendesah frustasi. Mustahil aku bisa lepas darinya jika masih ada waktu satu bulan kami bersama.

“Mentari, yang kamu minta sungguh sangat tidak masuk akal, dan aku tidak akan mungkin bisa melakukannya, hal ini akan mencemari nama baik kamu dan tentu saja berakibat fatal bagiku, apa kata orang jika nanti kita terlihat bersama?.”

“Sangat terlambat, Pak. Kenapa baru sekarang ucapan ini keluar?”

“Karena aku baru sadar kalau bukan ini yang kuinginkan, Mentari. Aku akui kamu wanita yang hebat. Hanya aku lebih dulu bertemu istriku, sedangkan masa depanmu masih sangat Panjang. Akan banyak pria yang lebih baik mengantri mendapatkanmu. Tujuanku datang hari ini ingin menegaskan jika setelah aku keluar dari apartemen kamu, semua diantara kita selesai, aku harap kamu…”

“Tidak. Aku belum selesai. Bapak tidak adil,”bisiknya parau.

“Mentari, semuanya demi kebaikan kita. Sudahlah. Beberapa tahun dari sekarang kamu pasti akan berterimakasih padaku tentang hari ini karena aku  melepaskanmu dan tidak merugikanmu, masa depanmu Panjang. Kehidupanmu masih pangjang, kamu wanita yang mandiri, karirmu juga akan berkembang dengan sangat baik, aku pasti akan membantumu sebagai mentor jika kamu membutuhkan bantuanku.”

LUKA HATI DITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang