Bagian 26

615 38 0
                                    

Asal istri 26

Aku berjalan menuju reseptionis dan meminta di temani naik di lantai atas pada unit  milik Dita. Tentu saja aku menjelaskan jika kunci dibawa oleh asisten Dita lalu aku lupa memintanya tadi. Entahlah yang mana yang harus kupercayai jika kenyataan yang lebih dominan dalam kepalaku adalah alas an Dita menghindariku karena  dia ingin meninggalkanku. Itu bukan alasannya? Apalagi? Pasangan mana yang sanggup berpisah selama tiga bulan? Selama ini kami memang selalu bertengkar tapi tidak pernah sekalipun ada yang meninggalkan rumah.

Aku jadi teringat masa dimana aku pertama kali melihat DIta dengan senyum menawannya. Bahkan saat pertama kali melihatnya, aku seolah merasa berada didimensi lain. Kereta Bima tujuan Jogja kala itu. Yang membuatku tidak tenang dan lebih dulu menanyakan nama dan tujuannya.

“Kenalin, saya  Dygta, kamu?” ucapku mengulurkan tangan. Kami berpandangan selama beberapa detik.

“Eh? Nama saya Dita, Mas, nama kita kok hampir sama ya?”ucapnya seakan tidak percaya

Aku tertegun selama beberapa detik. Senyumnya mengalihkan duniaku. Dia memiliki lesung pipit.

“Biasanya sih kalau ada kemiripan gini, petanda Jodoh,” ucapku cepat. Dia membalasnya dengan tawa yang sangat manis. Tidak salah tingkah tidak pula berlebihan. Baru kali ini aku menemui wanita seperti ini.

“Mau  ke Jogja juga?”

“Iya Mas kangen bapak.”

“Oalah, orang Jogja to. Di Jakarta, kerja atau….”

“Masih kuliah Mas, menyelesaikan tugas akhir, rencana beberapa bulan lagi wisuda.”

“Ternyata saya ngomong sama calon sarjana, ya.”

“Emang gak mirip ya Mas?”

“Mirip apa?”jawabku masih dengan menatapnya.

“Kalau saya sarjana lo, Mas.”

“Hmm nggak juga sih, mirip-mirip aja. Kamu jurusan apa?”

“Nah, bagian itu, Mas kudu tebak, kira-kira jurusan apa, ayo…”

“Wah ini yang susah, kasi clue dong, jurusan kuliah ada ratusan , gimana caranya nebak.”kilahku.

“Yah, Mas nggak seru.”

“Oke..oke. hmmm…Ekonomi?”

“salah”jawabnya cepat

“Hukum?”

“Lebih salah lagi.”

“Pendidikan biologi?”

“Syyyaaaaallahh.”

“Haduh. Kok saya yang penasaran ya, apa mungkin…m…akuntansi?”

“Salah,ayoo dong..”

“Politik?”

“Salah.”

“Bidan?”

“Salah.”

“Mau bilang dokter kayaknya gak mungkin, gak ada dokter secantik dan semanis kamu soalnya.”

“Duhhh bener-bener ya, jago Mas Dygta gombalnya.”

“Ya iyalah dek, umur sepertiku punya banyak stok gombalan yang jamin bias bikin kamu klepek dan mabuk kepayang.”

LUKA HATI DITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang