Langkah Pertama di Dunia

10 4 0
                                    

🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
____________

Pagi itu, suasana di rumah kecil keluarga Iswari penuh dengan harapan dan kehangatan. Cahaya matahari pagi menyusup melalui celah-celah jendela, menciptakan pola-pola indah di lantai kayu yang sudah mulai memudar warnanya. Di sudut ruangan, Ibu Melati duduk di atas tikar pandan, mengawasi Hasana yang sedang bermain di dekatnya.

Hasana, yang saat itu berusia sekitar delapan bulan, sedang terbaring di tengkurap. Matanya yang besar dan bulat memandang sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu. Beberapa hari terakhir, ia telah menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya siap untuk mengambil langkah baru dalam hidupnya dari langkah pertama dalam merangkak.

Ibu Melati tersenyum lembut, melihat Hasana berusaha mendorong tubuhnya dengan tangan kecilnya "Kamu bisa melakukannya, Sayang. Coba lagi." ucapnya meyakinkan Hasana.

Hasana mengangkat tubuhnya dengan susah payah, tangan dan lututnya gemetar saat ia mencoba menyeimbangkan diri. Dengan usaha yang keras, ia berhasil mengangkat perutnya dari lantai, dan untuk pertama kalinya, Hasana merasakan bagaimana rasanya menahan tubuhnya sendiri. Ibu Melati menahan napas, matanya berbinar-binar menyaksikan putrinya yang tengah berusaha.

Hasana mengeluarkan suara kecil, seperti ingin memberi tahu ibunya bahwa dia siap untuk mencoba "Guh...gah!"

Ibu Melati tertawa kecil "Ayo, Nak, sedikit lagi."

Dengan tekad yang kuat, Hasana mulai menggerakkan satu tangan ke depan, diikuti oleh lututnya. Gerakannya masih canggung, dan terkadang dia hampir jatuh, tetapi setiap kali dia jatuh, Hasana tidak menyerah. Ia akan mencoba lagi dan lagi, setiap kali sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Di tengah-tengah usahanya, Bapak Jaya masuk ke dalam rumah setelah menyelesaikan pekerjaannya di ladang. Ia melihat Ibu Melati dan Hasana di lantai, dan segera bergabung dengan mereka.

Bapak Jaya dengan senyum lebar, duduk di samping Ibu Melati "Hasana kecil, sepertinya berjuang sangat keras ya?"

Ibu Melati dengan mata penuh kebanggaan "Iya, Hasana berusaha untuk merangkak, Pak Jaya. Lihatlah, dia hampir berhasil."

Bapak Jaya mengangguk, matanya tidak lepas dari Hasana yang terus berjuang. Ia mengulurkan tangannya ke depan, menggoda Hasana untuk bergerak menuju dirinya. Bapak Jaya dengan suara lembut berkata "Ayo, Hasana, datanglah pada Ayah."

Hasana menatap tangan Bapak Jaya dengan penuh antusias. Ia seolah tahu bahwa ia harus berusaha keras untuk mencapai tujuan ini. Dengan perlahan tapi pasti, ia menggerakkan tangan dan lututnya bergantian, semakin dekat dengan Ayahnya. Langkah-langkah kecil Hasana diiringi oleh sorakan lembut dan semangat dari kedua orang tuanya. Mereka berdua melihat dengan penuh cinta bagaimana putri mereka mengambil langkah pertamanya menuju kemandirian. Akhirnya, setelah beberapa menit yang terasa seperti waktu yang sangat lama, Hasana berhasil mencapai tangan Bapak Jaya.

Bapak Jaya tertawa bahagia, mengangkat Hasana ke pelukannya "Lihatlah, Melati! Dia berhasil!"

"Iya, Pak Jaya. Dia sangat kuat dan gigih. Ini adalah langkah pertamanya menuju dunia." katanya Melati dengan senyuman kebahagiaan melihat mereka berdua.

Hasana, yang kini berada dalam pelukan Ayahnya, tertawa kecil dengan suara khas bayi yang manis. Ia tidak tahu betapa besar pencapaian yang baru saja dilakukannya, tetapi kedua orang tuanya tahu. Mereka tahu bahwa inilah awal dari banyak hal indah yang akan datang.

***

Sore hari yang tenang, ketika matahari mulai meredupkan cahayanya di atas desa Cendana, Hasana berdiri dengan penuh antusias di halaman rumah kecil keluarganya. Usianya kini sudah satu tahun, dan ia mulai menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengeksplorasi dunia yang ada di sekitarnya. Kedua tangannya yang mungil menggenggam erat jari-jari Ibu Melati dan Bapak Jaya, yang berdiri di kedua sisinya, siap membantunya dalam setiap langkah kecil yang ia ambil.

Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang