🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
----------------------------------Pagi itu, tepat pukul 9, suasana di Bentala Renjana terasa segar dengan embusan angin pagi. Pramatya tiba di kantin sesuai janjinya, ia membawa teman kuliahnya Kesyaira, yang akan memulai pekerjaan barunya sebagai juru masak. Sesaat setelah masuk ke wilayah Bentala Renjana, beberapa anak laki-laki yang seumuran dengannya tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka, memandang Kesyaira dengan tatapan penuh ketertarikan.
Setelah perkenalan singkat, Kesyaira berhadapan langsung dengan Pak Nehan, yang sedang membaca formulir pendaftaran yang sudah diisi sebelumnya. Nama yang tertera di formulir membuat Pak Nehan sedikit terkejut.
"Namamu Kesyaira Iswari?" tanyanya, mencoba menenangkan keheranannya, karena nama belakang itu begitu familiar.
"Iya, Pak," jawab Kesyaira dengan sopan, tidak menyadari keterkaitan yang muncul di benak Pak Nehan.
Saat Pak Nehan melihat alamat yang tertera, ia menyadari bahwa itu adalah alamat yang sama dengan Mbak Hasana, semakin memperkuat dugaannya.
"Kesyaira, apakah kamu sudah membicarakan keputusan ini dengan keluargamu, meninggalkan pekerjaan lama dan pindah ke sini?" tanya Pak Nehan, mencoba memahami situasinya.
"Iya, Pak. Saya sudah membahasnya dengan Mbak saya, Mbak Hasana," jawab Kesyaira tanpa ragu.
Mendengar itu, senyum tipis muncul di wajah Pak Nehan. Dia memanggil Mbak Yuyun, yang berada tidak jauh dari mereka. "Mbak Yuyun!"
Mbak Yuyun segera mendekat, "Iya, Pak Nehan?"
"Bimbing dia dengan baik," kata Pak Nehan dengan nada penuh kepercayaan.
"Baik, Pak. Ayo, Kesyaira," Mbak Yuyun lalu menggandeng Kesyaira masuk ke dalam dapur.
Saat Kesyaira pergi bersama Mbak Yuyun, Pak Nehan tak bisa menyembunyikan senyum di balik kedua tangannya yang menutup wajahnya. Dunia terasa aneh baginya, adik dari Mbak Hasana kini bekerja di dapur Bentala Renjana. Semesta benar-benar mengatur semua ini dengan begitu sempurna, pikirnya.
Mas Usada, yang baru saja masuk ke kantin, memperhatikan Pak Nehan yang tersenyum sendiri. Ia mengerutkan alis, tapi tidak bertanya, hanya berjalan melewati Pak Nehan dan langsung menuju dapur, di mana para juru masak sedang sibuk dengan tugas mereka.
"Aku ingin pesan kue ulang tahun," kata Mas Usada kepada tim dapur.
"Untuk siapa, Mas? Dan modelnya seperti apa?" tanya Mas Opal sambil mulai memotong daging dengan hati-hati.
"Untuk temanku. Aku akan kirimkan modelnya ke hp-mu," jawab Mas Usada sambil mengeluarkan hp dari sakunya.
Opal kemudian mengeluarkan hp-nya dan membuka pesan dari Mas Usada. "Persis seperti ini, Mas?" tanya Opal sambil melihat gambar kue yang dikirimkan.
"Iya, aku juga sudah mengirimkan namanya dan usianya. Aku akan mengambilnya besok," kata Mas Usada.
"Baik, Mas Usada, siap!" Opal menjawab dengan penuh semangat, siap mengerjakan pesanan tersebut.
Mas Usada memperhatikan suasana dapur dengan seksama, dan pandangannya tertuju pada juru masak termuda yang baru saja bergabung, Kesyaira. Kecantikan Kesyaira begitu mencolok, dan hal itu membuatnya berpikir bahwa mungkin kakaknya Pak Nehan, orang yang dikenal kalem dan tidak mudah tertarik, bisa saja memiliki ketertarikan terhadap Kesyaira. Ia menahan senyum, membayangkan skenario itu.
Setelah selesai dengan urusan pesanannya, Mas Usada keluar dari dapur dan langsung duduk di dekat Pak Nehan yang sedang sibuk dengan laptopnya. Suasana kantin masih sepi di pagi hari itu, hanya beberapa staf yang berlalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa Kembar
RomanceDi dalam labirin waktu yang tak terhingga, kisah cinta Hasana Iswari dan Nehan Laksana menggambarkan keindahan dan kedalaman dari hubungan twinflame dan old soul. Sebagai jiwa-jiwa yang telah lama hidup dan mengalami berbagai kehidupan, mereka menem...