🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
-----------------------------------
_______________________
Kabar tentang rencana karyawisata ke luar negeri mengguncang suasana Asrama Putra Bentala Renjana pagi itu. Aula besar yang biasanya digunakan untuk diskusi santai kini penuh dengan sorak sorai anak-anak yang meluapkan kegembiraan. Suara tawa, tepukan tangan, dan bahkan beberapa teriakan semangat menggema di ruangan, seakan tidak ada yang mampu menahan rasa antusias mereka.Mas Inoya, salah satu pengurus asrama yang dikenal tegas namun sabar, berdiri di depan aula dengan wajah datar. Tangannya memegang sebuah spidol, sementara pandangannya menyapu seluruh ruangan. Setelah beberapa detik menunggu situasi mereda namun tetap tak terkendali, ia mengetukkan spidol ke papan tulis putih dengan suara yang cukup keras untuk menarik perhatian semua orang.
"Oke, anak-anak! Kalau kalian tidak bisa kondusif, aku tidak akan mengumumkan pembagian kelompok!" suara tegasnya memecah keributan. Seperti tongkat ajaib yang menyihir, seluruh ruangan langsung sunyi. Semua mata tertuju pada Mas Inoya, yang kini membuka tutup spidolnya dengan tenang, seperti seorang jenderal yang siap memberikan perintah.
"Jumlah anak dari asrama putra yang akan ikut karyawisata adalah 400 orang," ia mulai menjelaskan sambil menuliskan angka-angka di papan. "Setiap kelompok terdiri dari 10 anggota. Jadi, 400 dibagi 10... itu berarti 40 kelompok. Nah, jika dibagi lagi menjadi lima bagian besar, akan ada delapan divisi."
Mas Inoya berhenti sejenak, menatap papan tulis dengan dahi sedikit berkerut. Ia menoleh ke arah Mas Randika yang duduk di kursi depan sambil menyilangkan tangan. "Betele-tele sekali ya? Apa seperti ini yang Mas Nehan maksudkan?" tanyanya dengan nada datar.
"Iya," jawab Mas Randika sambil tersenyum simpul.
Namun sebelum suasana jadi kaku, Mas Usada, pengurus yang terkenal santai dan humoris, menyela dengan nada riang. "Begini saja, 400 dibagi 50 hasilnya delapan kelompok. Jadi tiap kelompok akan terdiri dari 50 anak."
Mas Inoya mengangguk setuju sambil menghela napas lega. "Oke, itu lebih jelas. Mas Yunar, pembagian kelompoknya sudah selesai, kan?" tanyanya sambil melirik ke arah pengurus yang sibuk mengetik di laptop.
Mas Yunar, yang dikenal sebagai otak teknologi di asrama, mengangkat wajahnya dari layar. "Sudah. Aku share pembagiannya di grup sekarang, ya. Aku sudah membagi dengan adil, jadi jangan ada yang protes," katanya dengan nada ringan tapi tegas.
Sekejap, aula kembali ramai dengan suara anak-anak yang langsung mengecek ponsel mereka. Pengurus lain juga sibuk memantau pembagian tersebut untuk memastikan tidak ada kesalahan.
"Oke, anak-anakku, perhatikan!" seru Mas Pramatya, pengurus muda "Divisi satu, kumpul di sudut kanan aula! Kita mulai diskusi sekarang!"
"Divisi dua, ayo bro, cari tempat diskusi di sebelah sini," tambah Mas Julian yang juga merupakan seorang pengurus sambil melambaikan tangannya untuk menarik perhatian anggota kelompoknya.
Sementara itu, Mas Yunar berdiri di tengah aula dengan suara lantang mengingatkan, "Jangan lupa koordinasi juga sama anak-anak asrama putri, ya. Nanti kita harus sinkronisasi rencana!"
Aula besar itu kini berubah menjadi ruang yang penuh dengan energi produktif. Anak-anak dari tiap divisi mulai bergerak ke sudut-sudut ruangan, membawa buku catatan dan ponsel untuk mendiskusikan peran mereka masing-masing. Beberapa anak tampak berbicara dengan penuh semangat, sementara yang lain mencatat dengan tekun.
Mas Inoya berdiri sejenak di dekat papan tulis, memperhatikan semua anak-anak dengan senyuman tipis yang jarang terlihat. "Ini akan menjadi perjalanan yang tak terlupakan," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa Kembar
RomanceDi dalam labirin waktu yang tak terhingga, kisah cinta Hasana Iswari dan Nehan Laksana menggambarkan keindahan dan kedalaman dari hubungan twinflame dan old soul. Sebagai jiwa-jiwa yang telah lama hidup dan mengalami berbagai kehidupan, mereka menem...