Pertemuan Tanpa Sekenario

1 1 0
                                    

🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
------------------

Saat Mbak Hasana sedang sibuk menjaga stand buku, tiba-tiba datang seorang pembeli laki-laki dewasa. Usianya sekitar tiga puluh tahun, tingginya menjulang hingga 198 cm, membuat Mbak Hasana yang hanya setinggi 155 cm harus sedikit mendongakkan kepala untuk menatap wajahnya.

Pria itu tampak berbeda dari kebanyakan pembeli yang datang hari ini. Walau sudah dewasa, wajahnya tetap terlihat begitu muda, penuh karisma dan wibawa yang memancar dengan alami. Ketika pria itu mendekat, Mbak Hasana sejenak terpana, memperhatikan otot-otot tangannya yang terlihat jelas meskipun tertutup oleh kemeja hitam lengan pendek yang ia kenakan. Kemeja itu sederhana, hanya setinggi siku, tapi dari penampilannya, Mbak Hasana bisa menebak bahwa pakaian tersebut mahal.

Saat pria itu bergerak, ada sesuatu yang berkelas dan anggun dalam caranya membawa diri. Mbak Hasana bisa langsung menebak bahwa pria tersebut bukan hanya sembarangan orang. Postur tubuhnya yang kekar dan terjaga dengan baik mengisyaratkan bahwa dia mungkin terlatih dalam seni bela diri, mungkin karate, melihat dari bagaimana otot-ototnya terbentuk sempurna.

Pria itu melangkah lebih dekat ke meja stand, membuat kehadirannya semakin nyata di hadapan Mbak Hasana. Seketika, ia merasa sedikit gugup, tapi tetap tersenyum ramah seperti yang biasa ia lakukan kepada setiap pelanggan.

Pak Nehan Laksana melangkah mendekati stand buku dengan tenang, matanya menangkap sosok perempuan muda yang berada di belakang meja. Di tengah kesibukannya menjaga stand, ia tampak berbeda dari orang-orang lain di sekitar bazar. Gadis itu mungil, mungkin hanya setinggi dadanya, sekitar 155 cm, sehingga Pak Nehan harus sedikit menunduk untuk benar-benar melihat wajahnya.

Yang pertama menarik perhatian Pak Nehan adalah rambut panjang gadis itu. Rambutnya sangat panjang, hingga mencapai paha, bergelombang lembut seperti ombak yang bergerak perlahan di pantai. Warnanya hitam pekat, terlihat alami, dan meskipun sederhana, rambut itu memberikan kesan yang anggun dan lembut pada dirinya.

Meski gadis itu tidak menggunakan make-up, kecantikannya tetap terpancar dengan alami. Wajahnya bersih, halus, dan imut, memperlihatkan pesona yang tenang dan sederhana. Pak Nehan juga memperhatikan bagaimana pakaian yang dikenakan gadis tersebut sangat tertutup dan sederhana, mencerminkan karakter yang tidak suka berlebihan, namun tetap elegan.

Ada sesuatu tentang dirinya yang membuat Pak Nehan merasa bahwa gadis ini bukan hanya sekadar penjaga stand buku biasa. Ia tampak pendiam, tapi dari cara gerakannya yang lembut dan sikapnya yang tenang, Pak Nehan bisa merasakan bahwa gadis ini memiliki kebijaksanaan yang mendalam. Setiap gerak-geriknya terasa penuh perhitungan, tidak tergesa-gesa, dan seolah-olah ia tahu kapan harus bertindak dan kapan harus diam.

Walaupun terkesan pendiam, Pak Nehan melihat sisi kelembutan dan ketenangan dalam dirinya. Ada aura bijak yang mengelilingi gadis itu, seakan-akan dia sudah memahami lebih banyak tentang kehidupan daripada yang terlihat dari usianya yang masih muda.

Pak Nehan tidak bisa menahan senyuman kecil ketika memandangnya. Entah kenapa, kehadirannya yang tenang dan sederhana justru membuat gadis itu terlihat begitu anggun di matanya. Sesuatu dalam dirinya merasakan ketertarikan, bukan hanya dari penampilan fisik, tapi dari energi tenang yang dibawa gadis ini.

Ketika Pak Nehan pertama kali bertemu dengan Mbak Hasana di stand buku, ada sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan biasa. Ada dorongan kuat yang seolah menyeret mereka satu sama lain, meski mereka tidak mengucapkan apa-apa. Keduanya merasa ada keterhubungan yang mendalam, sebuah ikatan yang tak terjelaskan melalui kata-kata. Perasaan mereka saat itu tak bisa diabaikan seperti bertemu seseorang yang telah dikenal sepanjang hidup, meski baru saja berjumpa untuk pertama kalinya.

Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang