Pencarian Jati Diri

7 3 0
                                    

🕊🕊🕊🌹🌹🌹🪞🪞🪞
----------------------------

Seiring berjalannya waktu, Hasana tumbuh dalam sunyi dan keteguhan, menghadapi dunia dengan mata yang semakin dewasa. Tahun-tahun berlalu seperti lembaran-lembaran kertas yang diterbangkan angin, membawa perubahan pada dirinya. Kini, di usia remajanya, Hasana bukan lagi anak kecil yang hanya tahu tentang kesedihan dan kehilangan, tetapi seorang gadis muda yang mulai meraba makna hidup di tengah perjalanan menuju jati diri yang lebih dalam.

Kesyaira, adik Hasana, tumbuh dengan kepribadian yang berlawanan dengan kakaknya. Di saat Hasana lebih pendiam dan penuh perenungan, Kesyaira justru ceria dan penuh semangat, membawa keceriaan ke setiap sudut rumah yang dulu dipenuhi oleh kesedihan. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya dan tawa yang mudah terdengar, Kesyaira menjadi sinar terang yang menghangatkan hati setiap orang di sekitarnya. Dia memiliki keingintahuan yang besar terhadap dunia, dan selalu berusaha mengajak Hasana untuk melihat sisi kehidupan yang lebih berwarna. Meskipun berbeda, kedua saudara ini saling melengkapi, seperti dua sisi dari satu koin.

Akhir pekan Hasana duduk di teras dengan sebuah buku di tangan, matanya tenggelam dalam cerita yang penuh makna. Kesyaira, di sisi lain, tampak sibuk dengan ponselnya, memainkan sebuah game baru yang memikat perhatiannya. "Kesyaira, kamu tahu, buku ini sangat menarik," ujar Hasana sambil tersenyum lembut. "Cerita tentang seorang pahlawan yang berjuang melawan ketidakadilan di dunia."

Kesyaira melirik ke arah kakaknya dan mengangkat alis. "Hadeeh Mbak Hasana, kamu selalu saja sibuk dengan buku. Aku heran darimana Mbak mendapatkan buku yang berbeda setiap minggu? Oh iya sku baru saja menemukan game yang seru banget. Mbak Hasana harus coba, aku jamin Mbak akan suka."

Hasana menggeleng pelan sambil menatap bukunya. "Bibi Ratri juga suka membaca, dan aku meminjam buku-bukunya. Terkadang Paman Aditya juga membelikan buku untukku. Aku lebih suka menikmati cerita-cerita klasik. Rasanya ada sesuatu yang menenangkan saat membaca buku, terutama di tempat yang tenang seperti ini."

"Cobalah untuk memainkan game ini," kata Kesyaira sambil mengetuk layar ponselnya dengan penuh semangat. "Ini bisa jadi cara yang seru untuk bersantai. Lagipula, ada banyak yang bisa kita pelajari dari teknologi."

Hasana mengangkat alisnya dengan rasa ingin tahu. "Aku yakin ada banyak hal menarik di dunia modern, Kesyaira. Tapi aku merasa lebih nyaman dengan cara lama. Ada keindahan dalam kesederhanaan yang sulit aku jelaskan."

Kesyaira menatap Hasana dengan penasaran. "Kadang aku penasaran, apa sih yang membuat Mbak, sangat menyukai hal-hal yang 'lama'? Sepertinya Mbak Hasana bisa lebih senang kalau mencoba hal-hal baru."

Hasana memandang adiknya dengan lembut. "Mungkin aku hanya menemukan kebahagiaan dalam hal-hal yang tidak berubah. Buku-buku ini mengajarkanku tentang banyak hal, dan aku merasa tenang saat berlama-lama dengan mereka. Tapi aku senang kamu selalu mencoba hal-hal baru, Kesyaira. Kamu mengajarkanku bahwa ada banyak cara untuk melihat dunia."

Kesyaira tersenyum cerah, hatinya merasa hangat mendengar kata-kata kakaknya. "Terima kasih, Mbak. Meskipun kita berbeda, aku tetap senang kita bisa berbagi waktu bersama. Mungkin suatu hari nanti kamu mau coba game yang aku suka, dan aku bisa membaca buku yang Mbak Hasana rekomendasikan."

Hasana tertawa kecil. "Tentu, Kesyaira. Aku akan mencobanya. Lagipula, kita bisa belajar banyak dari satu sama lain."

***

Di hari berikutnya, suasana pagi di desa terlihat cerah dan sejuk. Hasana dan Kesyaira, yang berusia sebelas dan delapan tahun, berangkat menuju sekolah bersama. Langkah kaki mereka terasa ringan di trotoar yang belum sepenuhnya terkena sinar matahari pagi. Jarak sekolah yang tidak terlalu jauh membuat mereka memilih untuk berjalan kaki setiap hari.

Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang