Fajar baru saja menyingsing di Kota Mitrawangi, dan di dalam rumah mewah yang hangat itu, Mbak Hasana tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya tercinta, Pak Nehan Laksana. Aroma roti panggang yang renyah dan teh hangat menguar lembut, mengisi udara dengan kehangatan rumah tangga yang tenang. Mbak Hasana dengan cekatan menyusun hidangan di meja makan, memastikan segala sesuatu siap sebelum suaminya selesai mandi.
Namun, ketenangan pagi itu tiba-tiba terpecah oleh suara gedebuk keras yang berasal dari kamar mandi. Mbak Hasana terlonjak kaget, sendok di tangannya hampir jatuh ke lantai. Seketika wajahnya dipenuhi kecemasan. Ia ingat betul bahwa beberapa menit lalu, Pak Nehan masuk ke kamar mandi untuk mandi pagi. Tanpa berpikir panjang, Mbak Hasana bergegas menuju sumber suara, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Sesampainya di depan pintu kamar mandi, ia mengetuk dengan tergesa-gesa. "Pak Nehan! Apa yang terjadi? Apakah Pak Nehan baik-baik saja?" suaranya sarat dengan kepanikan. Namun, tidak ada jawaban.
Keheningan itu justru semakin membuatnya gelisah. Mbak Hasana menggigit bibir, lalu tanpa ragu memutar gagang pintu. Beruntung, pintu tidak terkunci. Begitu terbuka, pandangan Mbak Hasana langsung membelalak melihat suaminya tergeletak pingsan di lantai kamar mandi. Piyama mandinya masih basah, talinya belum sepenuhnya terikat dengan benar, memperlihatkan tubuhnya yang tegap dan berotot.
Mbak Hasana tertegun sejenak, napasnya tercekat di tenggorokan. Panik mulai menjalar, tetapi ia tahu ia harus tetap tenang. "Tenang, Hasana... Tenang... Hufft... Hufft..." gumamnya pada diri sendiri, mencoba mengendalikan pikirannya yang kalut. Namun, masalah lain muncul. Tubuh mungilnya tidak sebanding dengan postur tegap dan kokoh Pak Nehan. Bagaimana caranya ia mengangkat suaminya?
Rasa frustrasi membuatnya hampir menangis, tetapi sifat aslinya yang manja pun muncul tanpa sadar. "Maafkan aku, Pak Nehan... Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana... Huaaa..." rengeknya dengan suara lirih. Namun, ia segera menggelengkan kepala dan menguatkan hatinya.
"Aku bisa! Aku pasti bisa!" katanya dengan penuh tekad.
Dengan sekuat tenaga, ia memeluk suaminya dari belakang dan menyeret tubuhnya keluar dari kamar mandi. Setiap tarikan terasa berat, tetapi Mbak Hasana menggertakkan giginya, berusaha semaksimal mungkin membawa Pak Nehan ke ruang tengah. Setelah perjuangan panjang, ia akhirnya berhasil merebahkan tubuh suaminya di atas sofa besar, meski tubuhnya sendiri hampir ambruk ke lantai karena kelelahan.
Sambil terengah-engah, ia menyeka keringat di dahinya. "Oke... Langkah selanjutnya..." pikirnya, sebelum ia berlari ke kamar untuk mengambil pakaian bersih bagi suaminya.
Ia memilih kaos putih longgar yang nyaman dan kemeja hitam lengan pendek yang tidak perlu banyak kancing. Untuk bawahannya, ia mengambil celana panjang berbahan lembut yang bisa dipakai dalam suasana santai maupun acara formal. Tak lupa pakaian dalamnya. Setelah mengumpulkan semuanya, ia kembali ke ruang tengah.
Mbak Hasana menarik napas dalam-dalam sebelum berjongkok di samping tubuh suaminya. "Handuknya basah... Kalau aku membiarkannya begini, dia bisa masuk angin," pikirnya. Namun, begitu ia hendak membuka piyama mandinya, wajahnya langsung memanas.
"Akkhh, Hasana! Apa yang kamu pikirkan?! Fokus!" Ia mengguncang-guncangkan kepalanya sendiri, berusaha menyingkirkan pikiran aneh yang tiba-tiba menyergap.
Dengan tangan gemetar, ia mulai melepas piyama bagian atas suaminya. Dadanya yang bidang tampak jelas di depan matanya, membuat wajahnya semakin bersemu merah. Ia buru-buru mengenakan kaos putih yang sudah ia siapkan, lalu menyampirkan kemeja hitam di atasnya tanpa mengancingkan.
Langkah berikutnya adalah memakaikan celananya. Dengan setengah berlutut, Mbak Hasana menghela napas. Untung saja, proses itu berlangsung cepat, dan kini suaminya sudah berpakaian rapi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa Kembar
RomanceDi dalam labirin waktu yang tak terhingga, kisah cinta Hasana Iswari dan Nehan Laksana menggambarkan keindahan dan kedalaman dari hubungan twinflame dan old soul. Sebagai jiwa-jiwa yang telah lama hidup dan mengalami berbagai kehidupan, mereka menem...