Union V

5 0 0
                                    

🕊🕊🕊🕊🌹🌹🌹🌹🪞🪞🪞🪞
------------------------------------------------
------------------------------------------------

11 A.M, London.
Tepat di Cradle of Dreams, nama lain dari Bentala Renjana cabang London, suasana sedang hangat meskipun para penghuni sibuk dengan aktivitas masing-masing. Hari itu, sejumlah anggota keluarga Estiawan dan Kiranataya berkumpul di ruang utama. Mereka adalah Dreyna Estiawan dan Elvarette Estiawan, dua sosok yang mencerminkan ketegasan dan ketenangan khas keluarga Estiawan, serta Sae Kiranataya, Janu Kiranataya, dan Danumaya Kiranataya yang membawa aura dingin tetapi tetap penuh wibawa dari keluarga Kiranataya.

Meski terkenal dengan sifat yang serius dan jarang melontarkan canda, perhatian mereka kepada anak-anak Cradle of Dreams tak pernah surut. Mereka menunjukkan kasih sayang melalui tindakan yang tenang namun mendalam, dengan memastikan setiap kebutuhan anak-anak terpenuhi dan memberikan contoh disiplin yang menginspirasi.

Berbeda dengan keluarga Hadinata dan Laksana yang tinggal di Indonesia, keluarga Estiawan dan Kiranataya lahir dan besar di London. Masa kecil mereka dipenuhi dengan kenangan berlarian di taman kota, menghadiri sekolah-sekolah bergengsi, dan menyesuaikan diri dengan budaya Inggris yang khas. Namun, ada keunikan yang tak pernah hilang dari mereka—ikatan keluarga yang erat dan nilai-nilai tradisional yang tetap mereka jaga meski hidup di tengah-tengah kota modern.

Dreyna, yang duduk di sofa berlapis kain beludru abu-abu, menatap ke luar jendela besar di ruang itu. Hujan ringan membasahi kaca, menciptakan pola-pola yang bergerak perlahan. "London selalu begini," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. "Hujan yang tak pernah absen, seperti kenangan yang selalu datang tanpa diundang."

"Dan dingin yang tak pernah gagal membuatku rindu pada sesuatu yang hangat," tambah Elvarette sembari menyeruput secangkir teh hitam.

"Kau merindukan apa?" tanya Janu Kiranataya tanpa menoleh, jemarinya sibuk membolak-balik halaman sebuah buku.

Dreyna tersenyum tipis. "Entahlah. Mungkin suasana yang berbeda. Meski aku mencintai London, aku penasaran seperti apa kehidupan keluarga Hadinata dan Laksana di Indonesia. Mereka selalu menceritakan tentang desa mereka yang hangat, ramah, dan penuh warna."

Sae Kiranataya, yang dikenal sebagai sosok paling dingin di antara mereka, akhirnya bersuara. "Indonesia memang terdengar menarik, tapi aku rasa itu bukan tempat untuk kita yang sudah terbiasa dengan kehidupan di sini. Kau tahu, kita tidak suka terlalu banyak basa-basi."

Danumaya, yang sedari tadi sibuk dengan catatannya, menimpali tanpa mengangkat kepala. "Kau hanya takut kalau orang-orang di sana akan menganggapmu sombong, Sae. Aku rasa kau butuh belajar sedikit tentang keramahan ala mereka."

"Aku setuju," kata Elvarette sambil tersenyum. "Kita memang berbeda dalam banyak hal. Keluarga Hadinata dan Laksana tampaknya memiliki kehangatan yang sulit kita pahami. Tapi, itu bukan berarti kita tidak bisa mencoba."

"Aku tidak tahu," sahut Sae. "Mungkin suatu hari aku akan mempertimbangkannya. Tapi untuk sekarang, biarkan aku menikmati ketenangan di sini."

Dreyna tertawa kecil. "Kau selalu begitu, Sae. Tapi jangan lupa, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari mereka. Siapa tahu, suatu hari kita benar-benar memutuskan untuk pergi ke sana dan melihat semuanya sendiri."

Tiba-tiba suara berat namun tenang terdengar dari belakang. "Kalian memang akan pergi ke sana."

Dreyna langsung menoleh. "Apa?" tanyanya sambil menatap Mr. Harit Estiawan, ayahnya, yang baru saja masuk ke ruangan dengan setumpuk dokumen di tangannya.

Mr. Harit meletakkan dokumen di meja dan tersenyum kecil. "Nehan Laksana will get married. Drey, El, Sae, Janu, dan Danu, kalian akan mewakili keluarga Estiawan dan Kiranataya. Aku kira kalian sudah tahu dari saudara kalian yang lain."

Jejak Takdir dalam Keheningan: Cinta Abadi Jiwa KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang